Desember Rain

268 6 0
                                    

Hujan deras membasahi bumi. Tiap tetesan yang jatuh tak terhitung jumlahnya. Mereka berlomba-lomba terjun ke bumi, mengikuti kemanapun sang angin membawanya. Jatuh di atas genting, di jalan, di dedaunan, danau taupun di tanah dan berkumpul sebuah tempat yang bernama lautan hingga kembali naik ke atas langit dan berubah menjadi gumpalan awan. Begitu kata Badan meteorologi klimatologi geofisika.

"neng, dari mana hujan-hujanan?"
"habis dari PVJ mbok."

Mbok Koyah segera memberiku handuk dan membantu mengelapkannya. Sembari melepas sepatuku yang basah kuyup, mbok Koyah pergi ke dapur membuatkan coklat panas untukku.

"neng, kalo musim hujan gini teh bawa mobil ajah. Atau bawa jas hujan. Biar ga basah-basahan. Kalo sakit kan repot."
Omel mbok Koyah sembari menotong-motong pisang.

"Neng akhir-akhir ini mbok liat sering pergi ke luar tiap hari sabtu atau minggu. Gak pernah absen, neng nii pasti habis ketemuan sama pacarnya yaaa..."
Mbok Koyah kembali meneruskan omelannya dengan di akhiri oleh guyonan. Pisang yang dia potong sudah masuk dalam adonan tepung terigu dan siap untuk di goreng.

Sedangkan aku sibuk membalut rambut yang basah dan hanya tersenyum menjawab semua omelan dan guyonan mbok Koyah.

Seperti biasa. Seperti minggu-minggu sebelumnya dalam waktu satu bulan ini, saat mendekati libur cuti akhir tahun. Aku pergi ke suatu tempat yang sering ramai di kunjungi para abdipraja untuk pesiar. Berharap ada dia diantara para praja yang sedang sibuk meluangkan waktunya di luar asrama.

PVJ dan Balkot (balai kota) adalah salah satu tempat yang sering aku kunjungi. Tempat dimana setiap sabtu minggu para abdipraja pesiar.

Dalam satu bulan ini aku belum mendapat kabar darinya. Resah, gelisah tak karuan yang ku rasakan. Terasa seperti berabad-abad menunggunya yang padahal hanya satu bulan. Setiap jam,setiap menit dan detiknya tanganku tak pernah lepas dari genggaman handphone hanya karena tak ingin melewatkan satu detik pun waktu tanpanya, jika dia datang menghubungiku.

Ada satu notif pesan via instagram muncul di layar handphoneku. Tanpa banyak berpikir lagi, segera ku scroll touch handphoneku untuk membuka layar kuncinya dan mencari media sosial bernama instagram.

Ketemu.

Aku sangat amat bahagia, bahagia melebihi diberi premen milkita olehnya pada saat berumur enam tahun. Pesan darinya masuk dan tertulis "hay cantik, apakabar?"

Tanganku bergerak dengan lancar mengetik pesan dalam keyboard handphone. Satu balasan pesan terkirim.

"syukur alhamdulillah, aku senang kamu sehat. Alhamdulillah kegiatanku disini lancar.
Aku kangen.
Minggu depan aku pulang. Doakan aku selamat sampai tujuan ya."

Begitu pesan yang terlihat di layar handphoneku. Hawa panas dingin dan jantung berdetak tak karuan kurasakan. Bukan karena gejala sakit demam atau penyakit dalam yang serius. Melainkan hati rasanya mau meledak karena bahagia setelah mendapat kabar darinya dengan tambahan dua kalimat "aku kangen" menambah rasa bahagia.  Tak sabaran rasanya menantikan berganti minggu untuk bisa betemu dengannya.

Abdi PrajakuWhere stories live. Discover now