Pipi Jimin semakin memerah.
"Adegan romantis?" Tanya Jimin malu-malu.
"Yup." Ucap Yoongi singkat. "Contohnya ini" ia mengecup bibir Jimin sekilas, lalu kembali melihat manik Jimin yang sedikit membola.
Jangan ditanya, hal kecil dan singkat yang dilakukan Yoongi berdampak apa pada Jimin. Dilihat dari semakin memerahnya pipi pria itu, kau pasti bisa menarik kesimpulan yang tepat.
Yoongi mengecup lagi bibir Jimin dengan cepat lalu melihat kembali manik pacarnya itu. Bibirnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, lalu tertutup kembali.
Lagi, Yoongi mengecupnya. Kali ini tiga detik, hanya menempel. Lalu kembali melepasnya. Wajah Jimin berubah jadi jengkel.
"Kalau cium Jimin jangan setengah-setengah!"
Yoongi tertawa geli. Mulutnya terbuka lebar, menampilkan gigi-gigi taringnya yang kecil, matanya sipit.
Yoongi memperbaiki duduk Jimin. Ia maju sedikit dan menarik kaki Jimin untuk melingkari pinggangnya. Mereka sudah sepenuhnya berhadapan.
"Jiminie mau dicium berapa lama? Semenit saja cukup?" Tanya Yoongi lalu mengerling nakal.
"Kalau semenit napas Hyung sudah habislah!" Jimin berucap sambil memandang remeh. Padahal jantungnya sudah memompa lebih cepat.
"Hyung pasang stopwatch ya, agar tau berapa lama Hyung sanggup memakan bibir pedasmu itu"
Yoongi memajukan tubuhnya, mengambil ponsel pipihnya yang ia letakkan disamping laptop yang masih menampilkan naskah novelnya. Jimin yang merasa seperti ingin terjatuh itu mencengkram pundak Yoongi. Barulah ia melepasnya setelah Yoongi duduk dengan normal.
Sebelum menekan kata 'start' Yoongi kembali menatap wajah Jimin yang.. astaga. Bagaimana Yoongi menjelaskannya?
Tunggu, ia bahkan tidak ingin menjelaskannya, ia ingin hanya dirinya sendiri yang melihat wajah itu, tidak ingin ada orang lain yang membayangkannya. Membayangkan wajah Jimin yang sedang menatapnya saat ini.
Setelah itu ia menekan kata start pada ponsel layar sentuhnya, dan langsung meraup bibir Jimin.
Manis sekali. Bibir penuhnya itu terasa sangat pas disentuh oleh bibir tipisnya.
Berkali-kali Yoongi memiringkan kepalanya ke samping kiri atau kanan, mencari posisi terbaik agar dapat lebih mudah meraup bibir Jimin.
Jiminpun sama. Ia suka, suka sekali dengan bibir tipis itu. Tangan Jimin yang tergalung pada leher Yoongi merambat naik untuk menyentuh rambut putih itu, menjambakinya. Mencoba membalas ciuman Yoongi yang sedikit kasar. Berkali-kali Yoongi harus memelankan tempo ciumannya karena Jimin tergopoh-gopoh untuk menyejajarkan intensitasnya.
Sedangkan tangan kanan Yoongi memegangi leher Jimin, mengetuk-ngetuknya setiap kali jalinan saliva mereka lepas dan terbentuk lagi dalam sepersekian detik. Bahkan memijatinya setiap kali jari-jari mungil Jimin terlalu kuat menarik rambutnya. Sedangkan tangan kirinya menyelusup dibalik sweater hijau bermodel turtleneck yang Jimin kenakan. Yoongi mengelus perut Jimin yang sudah terbentuk, lalu meremas pinggangnya membuat Jimin mendesah.
Dan Yoongi segera menyelesapkan lidahnya pada mulut Jimin. Lebih banyak saliva yang mengalir pada rahang mereka berdua karena perbuatannya itu. Yoongi menarik kembali lidahnya yang belum bermain dengan milik Jimin, menjilat saliva yang mengalir pada rahang pria itu lalu kembali memasukkannya lidahnya pada mulut Jimin. Ia dapat merasakan gigi-gigi Jimin yang kecil, membuatnya tersenyum. Karena Jimin tidak kunjung menggunakan lidahnya untuk membalas Yoongi (ia hanya membuka mulutnya dan membiarkan lidah Yoongi berkelana di mulutnya), Yoongi menarik lidahnya. Bibir mereka masih bersentuhan.
YOU ARE READING
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.
22: tease
Start from the beginning
