66. Marry You - (Extra Part 4)

20.4K 1.2K 432
                                    

Special part about
Arriane, Ramsey, and Audrey

***

Kedua kaki itu masih lemah pasca kejadian tiga malam lalu. Kejadian dimana pengakuan serta permintaan itu nyaris membuat dia pingsan. Ingin rasa nya menutup telinga dan memejam kan mata agar tak dapat melihat maupun mendengar lagi. Tapi tetap saja itu tak mungkin terjadi.

Kaki itu selalu gemetaran setiap memaksa untuk berdiri. Tapi tak mungkin juga bila harus seharian membaringkan diri di kamar. Oleh karena itu hanya paksaan besar lah yang membuatnya lebih kuat.

"Auh!"

"Aan??" Pria tinggi berkulit putih dan berambut hitam itu segera meninggalkan keponakan nya untuk menuju ke dapur. Di samping dapur, ada satu buah wastafel berukuran sedang yang menjadi sandaran wanita itu sejak puluhan menit lalu. Keadaannya sungguh tidak baik.

"Hei An!!" Pria tersebut langsung merunduk ke bawah, lalu menyentuh kedua lengan adik nya dari belakang, "An? Kenapa? Muntah lagi?"

"Kak Aldrich...aku tidak apa-apa." Jawab nya dengan napas tersengal-sengal.

"Kamu kenapa-kenapa, An. Pokoknya tidak boleh menolak. Kita ke rumah sakit. Sekarang!" Kata Aldrich penuh penekanan.

Tidak ada pilihan lain selain membawa Ibu Gavin dan Jizzy itu sesegera mungkin ke rumah sakit sebab kondisi nya semakin memburuk sejak tiga hari lalu.

"Uncle? Kemana? Kenapa bawa mama?" Si tampan Gavin spontan bertanya ketika Aldrich membopong Arriane dari dalam menuju keluar.

Gavin berjalan mendekat ke arah Aldrich, begitupun dengan Jizzy. Kedua buah hati Ramsey dan Arriane tersebut nampak khawatir akan kondisi ibu mereka. Terlebih lagi, Arriane sudah kembali memejamkan mata. Arriane sungguh membutuhkan perawatan lebih intensif di rumah sakit, bukan di rumah nya.

"Gavin, Jizzy, Uncle bawa Mama ke rumah sakit dulu. Gavin dan Jizzy di rumah saja ya sama mbak. Nanti pasti mama segera pulang."

"Tapi mama kenapa, Uncle?" Gavin ngotot meminta penjelasan kepada Aldrich. Namun, sekali lagi Aldrich tidak dapat menjelaskan sebab dia bukan dokter.

"Tidak apa-apa. Percayalah. Mama akan baik-baik saja. Oke?"

Tidak ada waktu lagi untuk berdiskusi atau mengobrol dengan kedua bocah itu. Aldrich memanggil pengasuh kedua bocah tersebut untuk mengawasi. Sedangkan dia akan membawa Arriane segera menuju ke rumah sakit. Aldrich sungguh tidak tega meninggalkan adik nya dalam keadaan yang seperti ini.

***

Selama berada di rumah sakit, Aldrich lebih banyak melihat adik nya sedih, kecewa, dan beruraian air mata. Bahkan dalam perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah, Arriane tak sedikitpun membuka bibir nya. Ia terdiam dan membisu sehingga Aldrich merasa bingung dibuat nya.

"An, makan dulu ya? Dekat sini ada resto favorit nya mama sama papa. Kita bisa makan disana. Setelah makan, obat nya bisa diminum." Seloroh Aldrich sambil sesekali melirik ke arah kiri.

Arriane menggelengkan kepala nya pelan, "Tidak kak. Aku mau pulang saja." ujar nya dingin.

"Kamu mau makan di rumah?" Aldrich bertanya lagi.

"Ya."

Jawaban Arriane cukup terdengar jelas di telinga nya. Oleh karena itu, Aldrich tak dapat membantah lagi. Tadi, di rumah sakit, dokter mengatakan jika Arriane mengalami demam tinggi. Bukan gejala kehamilan, sebab Arriane sudah mengikuti program KB sesuai dengan anjuran dokter. Arriane dan Ramsey juga telah sepakat hanya akan memiliki dua anak saja yaitu Gavin dan Jizzy.

Dia Mencintaiku (Complete)Where stories live. Discover now