37. New Promise

11.6K 1.2K 157
                                    

"Seharusnya lo gak pake cara ini. Terlalu kejam, Rain!"

"Gue gak punya jalan lain selain ini. Dengan begini gue bisa mengambil kesimpulan dia beneran cinta sama gue atau enggak." ujar Raindra setelah menyesap kopi hitam nya. Raindra meletakkan cangkir kopi itu ke atas meja, kemudian memandang perempuan yang ada di depannya kembali.

"Iya gue tahu. Tapi lo gak lihat dia berkaca-kaca? Dia mau nangis tahu gak!" pekiknya sedikit kesal. Bukan bahagia, melainkan kecewa. Ya, sedikit kekecewaan mengapa dia harus menuruti keinginan sahabatnya. Padahal dia juga seorang perempuan yang dapat mengerti perasaan Maisha saat itu.

"Gue tahu," Rain mengangguk, "Tapi cuma cara itu yang bisa bikin gue tahu dia beneran cinta sama gue atau enggak." ungkap Raindra penuh arti. 

"Hm, tapi lo kelewatan. Nanti dia makin stres."

"Tidak akan. Maisha adalah perempuan yang kuat. Dia bisa menghadapinya, bahkan lebih berat sekalipun dia bisa." tutur Raindra menjelaskan. 

Sebenarnya Raindra tidak pernah ingin membuat kejadian ini menjadi nyata. Tapi mengolah lagi akan tingkat kasih sayang dan cinta nya sang kekasih kepadanya, Rain terpaksa melakukan. Dia meminta bantuan Keysa untuk menjadi perempuan lain dalam hubungan nya bersama Maisha. Hal ini hanya bersifat sementara saja. Tidak ada unsur mendalami, hanya sebatas ingin melihat bagaimana respon Maisha. 

Apakah Maisha akan memarahinya? Atau Maisha cuek-cuek saja. Harapan dan tujuan Raindra akhirnya berhasil. Mendapati Maisha memandangnya dengan tatapan sedih dan kecewa, Rain sudah bisa mengambil satu kesimpulan bila kekasihnya memang menaruh cinta yang besar kepadanya. 

"Terus rencana lo apa?" tanya Keysa kepada Raindra.

"Gue belum tahu. Tapi gue bakal lihat respon dia selanjutnya. Kalau dia marah-marah, atau sekedar bertanya, gue bakal ajak dia ketemu dan ngomong berdua. Tapi kalau dia cuek, ya udah. Gue biarin aja sampai dia mau ngomong sama gue."

"Eh, bukannya lo yang gak kepengen ngomong sama dia hm?" sungut Keysa.

"Ya, memang gue. Tapii..." kalimatnya terhenti, ketika Keysa memotongnya tiba-tiba.

"Lo juga yang gak mau balas chat dia." potong Keysa cepat.

"Iya. Tapi gue melakukannya juga ada alasan."

"Alasan apa? Alasan karena lo sakit hati ditanya soal pemilihan antara dia dan bonyok lo. Rain...Rain...lo tuh kelewat baik atau gimana sih??" Keysa menertawan Raindra yang berada di depannya. Perempuan itu tidak menyangka bila sahabatnya dapat merasakan sakit hati, padahal orang itu adalah perempuan yang begitu ia cintai.

"Lo kan bisa bohong sama dia. Cuma pertanyaan receh tahu gak? Lo bilang aja milih dia. Toh nanti kalo lo jadi nikah sama dia, dia gak bakal mau lepas dari lo juga. Jadi gak ada tuh milih bonyok lo atau dia." ucap Keysa panjang lebar memberi masukan kepada putra Randrian dan Virly tersebut. 

"Gue gak kepikiran sampai kesitu, Key. Lagian, pertanyaan bodoh macam apa itu sampai dia tanya ke gue? Memang nya gak ada pertanyaan lebih baik dari itu hh?"

"Ya mungkin dia ada maksud untuk tanya gitu ke lo. Lo juga gak tahu kan apa yang dipikirkan waktu itu. Mungkin ada sesuatu hal yang dia sembunyikan ke lo?" Keysa melempar pertanyaan balik kepada Raindra yang sekarang mulai memijit pelipisnya karena bagian tersebut mulai terasa nyeri. 

"Sesuatu apa Key? Menurut lo kenapa dia harus tanya begituan ke gue?"

"Gue gak tahu," Keysa mengedikkan bahu bersamaan, "Harusnya lo tanya sendiri ke dia."

"Kemarin gue sudah mau tanya ke dia, tapi karena gue lihat dia sakit dan terburu emosi, ya udah gue batalin buat memperdalam." jawab Raindra.

"Gue heran sama lo ya Rain. Lo ini udah dewasa, matang, dan seharusnya lo juga udah nikah kan?"

Dia Mencintaiku (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang