13⇝

12.7K 895 763
                                    

January, 25th 2015

Calum membaca sekali lagi pesan dari Anneliese. Gadis itu menyuruhnya untuk datang ke pemakaman. Calum tidak tahu untuk apa, tapi Anneliese bilang ia ingin Calum kesana. Calum sedikit kesal karena Anneliese bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Gadis itu hanya menyuruh Calum kesana.

Tapi tidak lama kemudian, Handphone Calum bergetar lagi, lalu tertera nama Anneliese dilayarnya, ternyata Anneliese menelfonnya. Senyum Calum mengembang.

"Hall-"

"Happy Birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday hey Calum.. Happy birthday to you..! Maaf kalau suaraku jelek, hehehe selamat ulang tahun sayang. I love you, as always. Kau baca pesanku kan?" suara riang Anneliese terdengar. Calum terkekeh sebentar.

"Thanks, babe. I love you too, as always." Kata Calum pelan, "-dan ya, aku membacanya. Kita bertemu disana nanti sore, okay?" kata Calum lagi.

"Ya, sayang. Nanti sore. Jangan terlambat. Aku punya kejutan untukmu." kata Anneliese lagi.

"Kejutan apa itu?" tanya Calum bodoh. "Kalau kuberitahu, itu bukan kejutan." Anneliese terkekeh.

"Baiklah, aku akan menunggunya, demi kau."

Terdengar kekehan Anneliese diseberang. Seketika pipi Calum memerah, entah kenapa ia jadi malu sendiri mendengar Anneliese tertawa. Calum bodoh hahaha.

"See you soon, bye!" ucap Anneliese lalu menutup telfonnya. Calum tersenyum lalu memutuskan sambungannya dengan Anneliese. Lelaki itu memandang layar handphone nya, membaca ulang pesan-pesan dari sahabat-sahabatnya, ia suka sekali melakukan itu. Lalu ia menatap gambar seorang gadis di wallpaper handphonenya. Lalu ia tersenyum tipis. Entah apa yang difikirkannya. Tapi ia tahu ia harus menemui gadis itu sekarang.

*

"Ann, semua sudah beres!" Alana dan Ansel memunculkan kepalanya ke dapur. Anneliese dan Liam yang tengah membuat kue menoleh ke arah Alana dan Ansel.

"Thanks, Al, Ans. Aku tidak sabar!" kata Anneliese senang. "Jangan banyak bicara. Sekarang harus diletakkan dimana adonan ini?" tanya Liam kesal. Bagaimana bisa ia tidak kesal? Anneliese memilihnya untuk membantu di dapur yang seharusnya pekerjaan wanita. Liam daritadi hanya merengut kesal sambil menuruti semua yang diperintahkan Anneliese. Pasrah.

"Masukkan ke dalam oven dan tunggu tiga puluh lima menit. Setelah itu kita hias." jawab Anneliese santai. Ia tengah menghias sebuah kue berbentuk bulat yang tampak enak sekali. Kue itu berwarna biru muda.

Ansel mendekati adiknya, ia berdiri dibelakang Anneliese dan tersenyum membaca tulisan diatas kue itu.

"Happy birthday, Mummy. We love you."

Ansel mengusap kepala adiknya. "Happy birthday Mama." kata Ansel lirih.

"Happy birthday, Bibi Savannah." kata Alana kemudian, ia berada di sebelah Anneliese sekarang. Mengusap pundak sahabatnya itu. Liam ikut berjalan mendekati Anneliese setelah selesai dengan urusan ovennya.

"Happy birthday, Bibi Sav." kata Liam pelan. Anneliese tersenyum sambil menatap Ansel, Liam dan Alana bergantian. Tiba-tiba saja, air matanya menetes. Ia merindukan ibunya.

Merasakan pergetaran tubuh Anneliese, Ansel yang seakan sudah tahu apa yang dirasakan adiknya itu langsung memeluk adiknya dari belakang. Melingkarkan lengannya di leher adik perempuannya itu.

"Jangan menangis, nanti Mama sedih melihatmu menangis di hari bahagianya. Kau ingat kan kalau dia selalu mengawasi kita?" kata Ansel pada Anneliese. Anneliese mengangguk. Ia mengusap air matanya.

Hey Calum ✖️ hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang