1. PINK IRISDESCENT [FF] - [FY] - [RM]

Start from the beginning
                                    

"Ah, kalo itu mah beda masalah lagi!" Sahabatnya, Woozi, tertawa. "Abisnya dia cantik sih. Gen keluarga lo kan cakep-cakep semua."

"Terserah!" DK mengambil tasnya dan berjalan cepat meninggalkan gedung olahraga setelah berganti pakaian kasualnya.

"Mau kemana?!"

"Biasa! Sayang-sayangan dulu sama pacar."

"PACAR APANYA WOY! KAYU BERSENAR ITU AJA LO BILANG PACAR, DASAR SIPIT NDA BISA MEREM!!"

"SADAR DIRI AELAH!"

DK melangkahkan kaki keluar gedung olahraga yang menjulang tinggi bak auditorium universitas. Namun, baru beberapa langkah saja sudah ada banyak wanita yang berusaha menarik perhatiannya. DK tersenyum miring, memang sih mereka cantik, namun tidak ada satupun diantara mereka yang tulus. Semuanya palsu! Hanya tatapan mendamba seorang wanita pada pria populer saja. Bukan rasa cinta murni berbentuk gelembung merah muda yang selalu ia saksikan di kejauhan.

Aura mereka semua sama. Berwarna oranye sedikit keabu-abuan menandakan kepalsuan. Tak ada sedikitpun celah gelembung merah muda yang hadir. Maka dari itu, selama ini DK tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun. Mengapa? Karena para wanita itu selalu saja memikirkan satu hal, berpacaran dengannya lalu memamerkannya kepada teman-teman. Tidak ada yang tulus!

DK melangkahkan kaki ke dalam ruang musik tercinta. Tempat satu-satunya bagi dia untuk menjadi dirinya sendiri. Tenang, bebas, dan alami tanpa campur tangan senyuman palsu yang selalu ia tunjukkan kepada semua orang.

Bahagia? Haha, selama dia masih memiliki kemampuan ini, dia akan selalu begitu. Tak akan bisa bahagia. Dia mudah sekali melihat kejahatan, kebohongan, penghianatan, dan sebagainya dari orang-orang yang ia temui. Tentu itu membuatnya menjadi pribadi yang tertutup dan misterius di mata orang-orang. Namun tidak di dalam ruang musik ini. Dia akan selalu menjadi dirinya sendiri, apa adanya, dan menikmati setiap petikan gitar yang ia lakukan.

Namun satu hal lain yang selalu membuatnya kemari setiap jam 3 sore itu. Bukan karena banyak alat musik yang dapat ia mainkan di sini. Namun, karena sesosok gadis berambut hitam bergelombang yang selalu hadir setiap dia bermain musik di sana. Gadis yang memiliki aura bergelembung merah muda di pojokkan ruangan itu. Gadis yang membuatnya tampak tak merasa ragu-ragu saat menjadi dirinya sendiri. Gadis yang selalu malu-malu saat berpapasan dengannya, namun selalu memperhatikan dalam diam setiap gerik yang DK lakukan.

Namun hari ini berbeda. DK harus membuatnya berbeda. Dia segera mengambil salah satu gitar kesukaannya dan bermain satu lagu yang dapat menggetarkan sesuatu di dalam dirinya.

Suara indahnya mulai mengalun membuat aura pink itu kian terpancar dari balik lemari cokelat yang menyimpan banyak alat musik kecil itu. Namun setelah lagu berakhir, dia tidak seperti biasanya yang beranjak dari sana. Dengan senyuman yang menawan, lelaki itu membenahi almamaternya, dan menatap pada satu titik. Satu titik di mana gadia itu berada.

"Setiap malam kita bertemu, kamu yakin itu belum cukup?"

DK tertawa kecil. Aura gadis itu mulai berubah. Awalnya merah muda yang kental, namun sekarang tercemari warna biru tua yang semakin terpancar jelas.

Tentu saja DK bukan seseorang yang bertingkah agresif dan memaksa "gadisnya" berbicara. Ia hanya menunggu sembari melayangkan senyuman miringnya yang selalu digandrungi banyak mahasiswa perempuan, apalagi sefakultas dengannya. Ia tahu, gadis itu tidak akan berbicara semudah saat ia dan gadis itu hadir di mimpi yang sama. Terpisahkan jarak, hati, dan pikiran, namun bertemu di tempat yang sama. Di alam mimpi.

"Kenapa kamu bisa tahu?" Gadis pemalu itu mulai membuka suaranya. DK tersenyum kecil.

"Bagaimana enggak? Kita selalu bertemu di mimpi, bukan begitu?"

Cerita Pendek - RIAETH SHIBAWhere stories live. Discover now