v. takdir

458 74 0
                                    

"Jadi kau tinggal sendirian di apartmentmu?" tanya Taehyung sambil menyesap lattenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kau tinggal sendirian di apartmentmu?" tanya Taehyung sambil menyesap lattenya.

Jimin mengangguk sambil menyuap kecil cheese cake strawberrynya. "Sejak kuliah aku hidup terpisah dengan keluargaku."

Taehyung mengangguk tanda mengerti.

Dari sudut pandang Jimin, ia bisa menyimpulkan Taehyung adalah seorang pria yang asyik dijadikan teman mengobrol. Mulai dari pembicaraan kolot jaman dulu hingga modern, Taehyung bisa menyesuaikannya. Dan Taehyung orang yang cukup humoris sejauh ini sehingga mengobrol dengan Taehyun tidak terasa membosankan untuk Jimin. Bahkan Jimin merasa seperti sudah berteman lama dengannya.

"Jadi kau tinggal di mana Taehyung-ssi?" tanya Jimin setelah pembicaraan panjang mereka dan sejak tadi mereka hanya membahas tentang Jimin saja.

"Aku? Aku tinggal di apartment di dekat sini," jawab Taehyung sambil menyuap chocolate cakenya. "Kau mau main?" tanyanya sambil memasang cengiran berbentuk kotak.

"Aneh sekali. Aku seperti sudah kenal lama denganmu." Bukannya menanggapi ajakan Taehyung, Jimin justru menyampaikan keheranannya sejak tadi.

Taehyung mendongak menatap Jimin. Menyelami pikiran lelaki itu melalui bola mata cokelatnya. "Oh ya? Baguslah. Mungkin kita ditakdirkan menjadi sahabat?" tanyanya dengan cengiran yang senantiasa berada di wajahnya.

Jimin mendecih lalu akhirnya memilih memakan kembali cakenya.

"Kau dengar akhir-akhir ini banyak kasus pembunuhan di daerah sini?"

Jimin tengah asyik menikmati sensasi asam dan asin di lidahnya ketika Taehyung menanyakan pertanyaan tersebut. Jimin mendongak untuk menatap Taehyung. "Ya... ku dengar juga korbannya wanita-wanita muda," jawabnya sambil memakan kembali cakenya, seperti bahan pembicaraan itu tidak begitu menarik minatnya.

"Hmm, pembunuh itu pasti orang sakit jiwa. Bagaimana mungkin dia membunuh gadis-gadis cantik? Kalau aku...lebih baik ku pacari!"

Jimin memutar bola mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin memutar bola mata. Lalu perbincangan mereka terus berlanjut hingga senja datang.

At the Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang