16 - Hari Ujian

735 72 6
                                    

Pagi ini, aku bangun lebih awal untuk merapikan semua buku-buku pelajaran hari ini ke dalam tas untuk kubawa ke sekolah.

Kemarin setelah Haruse mengantarku pulang, aku tidak menghabiskan waktuku untuk belajar lagi. Aku tidak lagi mengulangi apa yang telah ia ajari di perpustakaan. Hanya dengan mengulangi apa yang diajarinya, memori soal ia yang menertawaiku karena aku ileran saat tertidur langsung teringat olehku. Dan itu sudah cukup membuatku kesal dan memiliki alasan untuk tidak menyukai orang sepertinya.

Aku bahkan tidak menyusun buku untuk hari ini dan langsung memilih tidur setelah membasuh wajah dan gosok gigi. Rasanya kemarin begitu melelahkan.

Untungnya kemarin aku tiba di rumah sekitar jam sembilan lewat sepuluh menit, sehingga okā-san dan otou-san tidak menyulitkanku dengan bertanya apa-apa saja yang telah kulakukan setelah dari sekolah di rumah Kaori.

Aku mengeluarkan ponselku dan mengirimkan pesan LINE ke Seiichi. Aku mengajaknya untuk berangkat ke sekolah bersama karena sepedaku yang bannya bocor baru akan di tambal bannya saat siang hari.

Tidak butuh waktu yang lama untuk mendapatkan balasan LINE dari Seiichi, setelah aku selesai mandi, notifikasi diterimanya pesan dari Seiichi telah terpampang di layar ponselku.

Aku merasa sangat senang menerima pesan LINE dari Seiichi. Dan aku yakin, perasaanku terhadap Seiichi sangat kuat. Karena aku telah menyukainya sejak SMP.

☆☆☆

"Aku cukup kaget saat mendapat pesan darimu, Miki. Aku kira, kamu akan berangkat ke sekolah naik sepeda seperti biasanya. Soalnya hari ini kan, nggak ada prakiraan cuaca akan hujan." Seiichi mengawali pembicaraan saat kami telah duduk di dalam bis. Karena hari ini berangkat lebih pagi, kami jadi mendapatkan bis dengan keberangkatan terawal dari jadwal dan tempat duduk karena belum ada banyak orang yang naik bis di jam ini.

"Iya, ban sepedaku kemarin bocor. Jadi hari ini aku tidak bisa naik sepeda ke sekolah."

"Jadi kemarin kamu pulangnya bagaimana?"

"Jalan kaki sambil dorongin sepeda," ucapku yang mengakhirnya dengan tawa kaku.

Ah, sepertinya ini bukan topik yang bagus untuk diceritakan. Aku tidak ingin pikiran Seiichi mendadak terlintas diriku yang lecek karena mendorong sepeda hingga ke rumah.

Jadi, aku memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. "Ah, kamu sudah siap untuk menghadapi ulangan hari ini?"

"Maksudmu ulangan matematika? Aku sudah mencoba memahami dan mengerjakan setiap contoh soal yang ada."

"Begitu? Kamu pasti dapat nilai yang bagus."

"Miki juga pasti bisa. Semangat!" Senyum Seiichi kemudian.

Aku membalas senyuman Seiichi.

Bagaimanapun juga, aku harus mendapatkan nilai yang bagus agar tidak diremehkan oleh Haruse dan dapat membanggakannya pada Seiichi.

Aku akan berusaha!

☆☆☆

Sudah lima menit dari saat aku telah tiba di sekolah. Sekarang aku sedang ada di depan kelas, mencoba menantikan kedatangan Haruse yang mengembalikan catatan matematikaku.

Kenapa ia tidak datang-datang? Harusnya ia yang datang menemuiku, kan? Aku kan tidak tahu ... ah, tahu! Kelasnya di MIA-2. Tapi, apa tidak apa-apa aku mencarinya di kelasnya? Bagaimana jika saat aku mencarinya di kelasnya, ia mencariku di kelasku? Atau bagaimana jika teman-teman sekelas Haruse memperhatikanku?

Disaat aku frustasi karena tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada di dalam benakku, seseorang menepuk bahuku dari belakang.

Entah karena apa, aku langsung berasumsi Haruse yang melakukannya, "Kenapa lama sekali, sih?!"

"Miki?"

"Ah ...." Aku menutup mulutku secara spontan. Aku kembali salah. Tanpa memastikan siapa, aku langsung berucap begitu saja.

"Kamu tengah menunggu seseorang, Miki?" tanya Seiichi.

"Ah iya, maaf. Aku pikir dia yang ...," Aku menggantungkan kata-kataku dan menuduk malu. Pasti Seiichi akan berpikir bahwa aku perempuan kasar.

"Miki!" Terdengar olehku, sebuah suara dari arah belakang yang pemiliknya telah kutunggu sejak tadi. Tunggu ... sejak kapan Haruse pernah memanggilku dengan nama kecil?

Aku memalingkan wajahku dan mendapati Haruse yang berjalan mendekat dengan sebuah buku. Buku catatanku!

"Ini," ujar Haruse sambil menyerahkannya padaku. Setelah itu, pandangan Haruse beralih pada Seiichi yang ada di sebelahku.

"Ah ... kamu yang namanya Seiichi?" tanya Haruse.

"Iya. Tahu dari mana? Dan ada urusan apa kamu sama Miki? Kenapa buku catatan matematikanya dapat bersamamu?"

Tunggu ... nggak bakal terjadi sesuatu seperti yang kupikirkan, kan? Semoga Haruse tidak mengatakan apa-apa tentang perasaanku pada Seiichi.

"Kalau soal itu, sepertinya kamu kurang mengenal Miki, ya? Harusnya kamu tahu dong kalau kemarin Miki sudah menghabiskan waktu bersamaku. Kalian kan tetanggaan."

"Menghabiskan waktu bersama?" Seiichi terlihat kaget, tetapi segera kuperjelas perkataan Haruse sebelum pikiran Seiichi yang tidak-tidak melayang lebih jauh.

"Maksud Haruse, dia dan aku bersama-sama belajar di perpustakaan. Ah, sebenarnya hanya aku yang belajar, Haruse membaca buku Astronomi. Ka-kami tidak sengaja bertemu kemarin. Sungguh!"

"Bertemu di perpustakaan? Sejak kapan kamu suka belajar di perpustakaan, Miki?" tanya Seiichi.

"Ah, itu ...."

"Maka dari itu, aku katakan bahwa kamu tidak mengenal Miki dengan baik. Kamu bahkan nggak tahu kan, ada apa di halaman terakhir buku catatan matematika Miki?"

Seiichi memandangiku dan aku hanya dapat menelan ludah.

Kenapa situasinya jadi kacau seperti ini?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I Do It? [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang