PART 1 BANG AM

21.9K 866 23
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 4 lebih, saat nya para karyawan kantoran pulang, setelah menghabiskan jam kerja normal selama 8 jam. Begitu juga dengan gadis 23th itu, nama nya Cindy Nur Aisyah. Gadis itu baru saja menjalani hari-hari nya sebagai karyawan perusahaan Mahesa Inc. selama 6 bulan, Ia termasuk fresh graduate yang beruntung. Setelah menyelesaikan studi nya di jurusan Manajeme, Ia langsung di terima kerja disebuah perusahaan di Jakarta.

Cindy memakai kembali sandal nya yang Ia bawa dari balik meja kerja, standar kerja yang harus selalu memakai high heel membuatnya harus siap sedia sebuah sandal jika ingin melaksanakan solat. Selesai solat di mushola kantor, gadis muda itu berniat pulang. Badan dan otak nya sudah lelah karena banyak nya pekerjaan yang harus Ia kerjaan hari ini, belum lagi Ia harus belajar ekstra kerja untuk menyeimbangi kemampuan senior nya dalam bekerja.

Sampai di balik mejanya, ponsel nya berbunyi, tanda ada orang yang menghubunginya.

Bang Am ? Lantas Ia menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Ya halo, Bang !" sapa Cindy setelah tersambung dengan sang penelpon.

"Dimana, Cin ?" Tanya orang tersebut. Suara Ikram mengalun dari sana, terdengar juga suara berisik hujan dalam sambungan telepon mereka.

Ikram adalah tetangga nya di komplek. Lelaki itu sudah Cindy anggap sebagai kakak sulung nya, hubungan mereka hangat karena menjadi tetangga selama belasan tahun. Hangat bukan berarti banyak bacot, hanya saja mereka sudah menghapus rasa canggung yang membelenggu diantaranya.

"Masih di kantor, Bang. Kenapa nih ?" Cindy menanyakan kembali pada orang yang dipanggil nya Bang Am tersebut.

"Numpangin aku lah, Cin." Suara Ikram memelas di ujung sana membuat Cindi tak kuasa untuk tersenyum. Bukan lucu, sungguh. Namun kalau Ia membayang Ikram yang berperawakan gondrong, badan tegap dan juga brewokan memelas pasti terlihat cute.

Ikram bukan orang yang suka menampilkan banyak ekpresi diwajahnya, namun bukan juga tipe manusia datar yang minim ekpresi dan pelit berbicara.

"Boleh, boleh hehehe. Cindy lagi beres-beres nih. Bentar lagi Cindy caw ya, Bang !" Cindy menutup sambungan mereka terlebih dahulu setelah Ikram berpamitan untuk mandi sejenak dan memintanya untuk menunggu jika dirinya nanti tidak nampak di bengkel.

Ini bukan pertama kali Ikram minta dijemput Cindy. Itu sering terjadi bahkan terkadang Cindy meminta lelaki itu mengantar nya untuk pergi liburan sekalipun. Tidak ada kata canggung lagi diantara mereka. Sebagai kakak lelaki yang baik, Ikram akan menuruti keingin Cindy, mengantar dan menjaga gadis muda itu berpergian.

"CINDIIIYYY...." Pekik Salsa saat melihat gadis 23 tahun itu hendak keluar dari lobi kantor. "Lo bawa mobil kan ?" Tanya Salsa pada Cindy, lantas gadis itu mengangguk mantap.

"Nebengin gue dong. Pacar gue nggak bisa jemput." Pinta Salsa merengek pada Cindy sambil memegang lengan gadis berambut sebahu itu.

"Yaudah ayo, tapi gue jemput Bang Am dulu di bengkel." Jelas Cindy pada Salsa. Sontak saja, wanita berprofesi sebagai akuntan itu memekik kegirangan. Salsa jelas sangat tahu siapa lelaki yang akan dijemput oleh Cindy. Itu adalah lelaki tampan tetangga Cindy yang memiliki sejuta pesona hanya dalam sekilas pandang mata.

Pesona Ikram memang tidak diragukan. Siapa saja mudah tertarik melihat lelaki itu, apalagi kalau lelaki itu hilaf untuk melayangkan secarik senyuman, pasti wanita manapun akan memeleh. Wajah manisnya di padu dengan lesung pipi dengan rahang tegas. Uuhhhh.

"Ayoooo ! Gue udah nggak sabar jumpa sama dewa Yunani nya Jakarta." Cindy tak kuasa untuk tidak memutar bola matanya ke atas. Salsa itu bukan wanita lajang, gadis itu jelas-jelas punya pacar, bagaimana bisa akuntan cantik itu bersikap keganjenan dengan lelaki lain diluar sana.

Neighbour For Marriage ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن