Move

99K 7K 473
                                    

"Ya Tuhan, Olivia benar, aku tidak bisa tinggal di flat ini. Tempat ini tidak aman."Lorna berdecak sebal, ia mengacak rambutnya, lantas mengeluh kasar. Masih memikirkan semua tawaran sahabatnya tersebut.

"Siapa yang berani melakukan ini padaku! Dia terlihat familiar, tapi—"Lorna berusaha mengingat, ia memijat kening nya kuat mencoba berpikir keras. Ah— semua tidak ada gunanya.

Drrrtt!!

Lorna menoleh, meneliti sebuah sumber suara yang terdengar cukup lantang. Ia mengeluh kasar, malas untuk menerima panggilan dari siapapun. Tapi, baiklah, Lorna bukan tipe gadis yang mengabaikan sesuatu hal. Ia penasaran.

"Eric, kenapa dia menelpon ku?"pikir nya sembari menatap layar ponsel tersebut. Ia sedikit ragu, namun tetap saja, jari lancang nya itu menekan warna hijau seakan bentuk penerimaan.

"Erick!"

"Lorna, dengarkan aku dengan benar, kau harus tahu sesuatu hal, sejujurnya—"

Tuuttttt!!

Panggilan mendadak terputus, gadis itu mengerutkan kening dan melihat layar ponselnya. "Sepertinya dia sedang mabuk, dasar pria sialan!"umpat Lorna masih tidak terima dengan keputusan Erick yang memutuskan hubungannya begitu saja. Ia merasa terhina.

"Aku akan mengabari Olivia!"Lorna menekan ponselnya, lantas, melihat kembali nama Erick yang berhasil membuatnya frustasi.

"Ah! Tidak penting!"gadis itu menghapus nomor Erick, memblokirnya cepat, lantas menghapus semua hal yang berkaitan dengan pria tersebut.

"Olivia, kau belum tidur?"tanya Lorna, sembari merapatkan ponsel nya, saat mendengar suara gadis itu di ujung sana.

"Yah! Aku menunggu Alexander, kenapa?"tanya nya datar.

"Aku dan Erick putus,"jelas Laura. Olivia mengangkat salah satu alisnya, lalu tertawa terbahak-bahak. Ia begitu bahagia, sangat setuju dengan keputusan yang di ambil Lorna.

"Tapi, ada sesuatu hal yang aneh!"aku Lorna terdengar serius membuat Olivia terdiam.

"Aneh? Apa kau pikir Erick akan bunuh diri?"

"Ayolah, kau sedang serius Olivia. Barusan dia menghubungi ku kembali dan dari nadanya, aku bisa mendengar suara penuh ketakutan, ia bergetar dan panggilannya mati begitu saja!"

"Lorna, kau jangan heran! Bukannya dia selalu bersikap seperti itu dengan mu? Aku yakin, dia mungkin sedang berada di hotel atau mabuk bersama puluhan gadis. Ayolah, jangan di pikirkan!"ucap Olivia mencoba meyakinkan.

"Olivia, aku setuju untuk tinggal di flat mu, seseorang baru saja—"Lorna menghentikan ucapannya, ia melihat ke area pintu. Mencoba mengingat adegan yang berhasil menyita perhatiannya. Tuhan, mendadak, bulu kuduknya berdiri. Ia bergetar takut.

"Lorna!"sentak Olivia membuat lamunan gadis itu buyar seketika. "Ah sorry, aku tidak mendengar mu, aku harus istirahat, kabari aku jika Alexander setuju!"

"Hm okay, istirahatlah. Jangan terlalu di pikirkan. Alexander akan setuju!"ucap Olivia lantas tersenyum simpul.

"Okay, night baby!"Lorna memutuskan panggilan dan langsung menjauhkan benda itu dari telinganya.

"Aku harus berkemas, Alexander setuju atau tidak, aku akan tetap pindah dari flat ini!"ucapnya sembari beranjak, ia takut jika kejadian yang sama akan terjadi. Apalagi Jace tahu kediamannya, ia tidak ingin mendapat kunjungan mendadak dari pria idiot itu. 

---

"Perlu bantuan?"tawar seseorang sambil melempar senyuman. Suara pria itu cukup kuat mencoba menyaingi suara music di dalam ruangan.

When love meets 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang