Bagian 2

1.2K 77 19
                                    

Aku memilih pergi ke kantin daripada terus berada di dalam kelas. Malas sekali aku satu meja dengan Gio. Baru satu hari tapi dia sudah membuat moodku hancur.

"Bi Saodah. Nasi goreng 1. Pedes," Kataku pada Bi Saodah yang sedang duduk santai.

"It's Oke," Jawabnya.

Aku segera memilih tempat untuk duduk. Ah aku belum pesan minum.

"Es teh satu, Bi,"Teriakku.

"Oke. Waiting ya?"Balasnya.

Jangan buru-buru mengumpat Bi Saodah dengan sok Bule guys. Belakangan ini dia bercita-cita mau membuat restoran makan di Bali. Sekarang dia sedang mempersiapkan diri kalau-kalau nanti ada turis yang mampir ke restorannya dia bisa menggunakan kemahirannya dalam bahasa Inggris.

"Selamat pagi menjelang siang Bi Saodah,"Terdengar Iwan menghampiri Bi Saodah yang sedang membuat es teh.

Iwan mendekati Bi Saodah?
Ada apakah gerangan?

"Morning."

"Iwan mau tanya."

"Bi Saodah mau answer."

"Eh bukan mau tanya. Mau bantuin Bi Saodah, boleh?"Kata Iwan.

"Literaly Bi Saodah lagi making es teh. Iwan cooking nasi goreng sana."

"Siap Bi."

Apa memang Iwan orangnya sebaik ini. Segitunya amat sampai bantuin Bi Saodah segala.

"This is  es tea made in Bi Saodah," Kata Bi Saodah dengan logat Jawanya yang kental.

Bi Saodah menyuguhkan segelas es teh kepadaku ala-ala lestoran berbintang lima. Aku tersenyum dan langsung meminumnya.

Aku mengamati Iwan yang sedang mengiris bawang diujung sana. Iwan bukan cowok mlehoy, dia termasuk salah satu tim basket di sekolahan ini. Tapi dia suka memasak. Sangat suka bahkan.

"Di tambahin ini Wan,"Kata Bi Saodah menunjukan suatu bumbu.

Bi Saodah beralih ke pembeli lain. Sementara Iwan tampak mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kertas dan pulpen.

Tangannya dengan lincah mencatat sesuatu sambil melirik-lirik bumbu-bumbu untuk membuat nasi goreng. Ternyata itu alasan dibalik niat baik Iwan, mencuri resep rahasia nasi goreng milik Bi Saodah. Sungguh di zaman sekarang ini persaingan semakin ketat. Terkadang penipuan bisa bermodus bantuan.

Nasi gorengpun selesai dibuat. Iwan mengantarkannya padaku. Dia meletakan sepiring nasi goreng buatannya di depanku.

"Silakan dicoba,"Kini Iwan duduk di sampingku. Dia menungguku mencicipi nasi goreng buatannya.

Aku menyendoknya dan memasukannya ke dalam mulut. Aku mulai mengunyahnya. Enak juga nasi goreng Iwan. Bahkan sejujurnya lebih enak dari buatan Bi Saodah.

Aku mengangguk-angguk mengakui kehebatannya dalam memasak.

Terlihat Iwan tersenyuman bangga.

Aku mengambil kertas di saku Iwan dan menggunakannya untuk mengelap minyak yang sedikit menempel diujung bibirku. Kemudian aku meletakannya di meja. Iwan menganga menatapku.

"Makasih,"Kataku dan melanjutkan menyantap nasi goreng.

"Oki......,"Iwan menggeram. Dia mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia segera menemui Bi Saodah.

"Bi, minta plastik es."

"Take it in the  atas table,"Jawab Bi Saodah dengan pelafalan utuh. Ta-ke it in the atas tab-le. Dibaca sesusai hurufnya.

Siklus PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang