[0] Yang (Tak) Diharapkan

Start from the beginning
                                    

“San, ya ampun!” Hendra, yang baru selesai melatih, lari tergopoh-gopoh menyusul Ahsan. Di belakangnya ada Rian yang berlari pelan. "Udah, San, inget darah tinggi!”

“ANAKMU HAMIL, KOH! GIMANA MAU TENANG?!”

“Iya, San, iya, tenang dulu.”

"Bah, Astaghfirullah!” Teriakan Rian dari kejauhan membuat Ahsan berhenti mengejar Fajar yang sudah kelelahan dan hanya mampu tersungkur di tanah sambil mengatur napas.

Rian dengan berani berdiri di depan Fajar, menghalangi kalau saja Ahsan mau memukulnya menggunakan raket. “Udah, bah, Ian juga salah!” Rian mendengus lelah, wajahnya pucat dan rambutnya berantakan. Fajar mendongak menatap punggung Rian yang memakai piyama bergambar pikachu.

Habis ketauan hamil, Babahnya histeris dan minta Rian bilang siapa ayah dari bayi itu. Dan habis tahu kalau Fajar ayahnya, Ahsan makin histeris dan sekonyong-konyong menarik Rian untuk ikut ke Cipayung melabrak Fajar, nggak kasih waktu buat mandi atau sekadar ganti baju. “Babah jangan bunuh Fajar! Ian udah terlanjur hamil dan Ian gak mau jadi single parent kalo Fajar mati!”

“Astaghfirullah, Iannya Babah—” Ahsan memegang kepalanya berlebihan.

"SAN!"

"ASTAGHFIRULLAH!"

"BAH!"

Lalu teriakan Hendra, Rian dan penghuni pelatnas lain saling tumpang tindih setelah mendadak tubuh Ahsan limbung. Pingsan.




.




Satu jam kemudian, Ahsan sudah sadar setelah diberi minyak kayu putih dan dikipasin oleh anak-anak pelatnas. Lalu, mereka---Ahsan di tengah-tengah antara Hendra dan Rian dan Fajar di seberangnya, duduk di ruang tamu asrama putra. Ahsan mendekap Rian erat-erat, menjauhkannya dari jangkauan Fajar. Masih ogah menerima kenyataan bahwa putranya satu-satunya yang glowing dan kalem itu sudah tak perawan lagi.

Hendra duduk gelisah di sebelah Ahsan, takut suami kecilnya itu akan menerkam Fajar lagi. Sementara itu, seluruh penghuni pelatnas yang mengikuti aksi kejar-kejaran tadi siang sudah berdesakan di depan pintu asrama untuk mencuri dengar prahara yang terjadi antara keluarga Setiawan dan teman mereka Alfian.

"Jadi," Hendra memulai, matanya melirik Ahsan was-was. "Kalian beneran udah ngelakuin itu?"

Fajar yang mukanya sudah banyak cakaran, dan rambut yang sudah acak-acakan, mendongak untuk menatap ketiga orang di depannya bergantian, lalu berakhir di Rian. Pipi keduanya merah padam. "Uh, iya, Pah."

Pacaran hampir 6 tahun buat Fajar memanggil Hendra dan Ahsan Papah dan Babah, persis seperti Rian memanggil keduanya.

Ahsan bersiap untuk menjambak Fajar lagi sebelum ditahan suaminya. "Kamu tahu akibatnya? Rian hamil."

"KURANG AJAR EMANG KAMU YA--"

"San..."

"Bah, udah..."

Mengesampingkan reaksi Ahsan dan Hendra, Fajar justru menatap lekat Rian.

"Jom, kamu... beneran hamil?"

Rian menatapnya sebentar lalu mengangguk. Sebelah tangannya mengusap perutnya yang terbalut piyama pikachu. Fajar tiba-tiba pengen nangis. Nangis bahagia.

"Aku baru tahu tadi pagi, waktu iseng-iseng ngecek. Ternyata mual-mualku belakangan gara-gara hamil."

"YA ALLAAAH---" Ahsan kembali histeris. Fajar udah siap-siap mau melindungi diri. Hendra dan Rian diam-diam sebal karena menganggap Ahsan terlalu lebay. Dari luar terdengar bisik-bisik anak-anak yang terang-terangan menguping.

"Tapi Fajar bakal tanggung jawab, Pah." Fajar buru-buru bicara. Tatapan matanya pasti. "Fajar bakal nikahin Rian."

Ahsan kembali histeris. Bisik-bisik di luar berubah pekikan. Hendra masih diam, dan Fajar-Rian malah saling tatap.

"Kita sayang Rian, kan, San?"

"Koh?" Ahsan dibuat gagap.

Hendra menggenggam tangan Ahsan sebelum bicara lagi. Matanya menatap Fajar penuh.

"Besok, bawa orangtuamu datang ke rumah," Hendra berkata tegas. "Minta Rian dengan restu kedua orangtua kamu."

Fajar tersenyum lebar. Rian menatap ayahnya terharu. Ahsan setengah menangis tapi tidak membantah. Dari luar, suasana menjadi ribut.

"ALHAMDULILLAAAAH" - mayoritas penghuni pelatnas.

"FAJAR RIAN NIKAH WOY" - mayoritas sisanya.

"YAH KOK GAK JADI RIBUT?" - aliansi pecinta keributan pelatnas, termasuk di dalamnya Tontowi, Wahyu dan Praveen.

"AAAAAAK KAPAL KITA BERLAYAR!" -dan cewek-cewek pendukung FajRi yang diketuai oleh Apriyani Rahayu.




.




Keributan sore itu selesai begitu saja. Kabar beredar dengan cepat. Hendra Ahsan pulang ke rumah dengan lapang dada. Seluruh penghuni pelatnas bahagia. Fajar dan Rian, walau sempat tidak diharapkan, kehadiran bayi itu akan menjadi titik awal kehidupan mereka bersama.

Paginya, Fajar benar-benar datang dengan kedua orangtuanya. Meminta Rian dengan sungguh-sungguh untuk menjadi miliknya.

Bulan berikutnya, headline berita tercetak besar besar;



Ganda Putra ke-2 Indonesia, Fajar Alfian dan Rian Ardianto Resmi Menikah






.






A/N :

Our new project. M-Preg ahead. HAHAHAHAHAHAHHAHA

Jadi sebenernya kita udah bahas ini lama, cuman sebatas inside joke, tapi lama-lama pengen aja dituangkan sebelum keburu basi.

Time table-nya mungkin acak, tergantung nulisnya yang mana dulu. Dan ini semi-canon ya guys. Makanya kenapa Rian bisa jadi anaknya Daddies. Soalnya mereka lucu :(

Jadi, selamat datang di [0] Yang (Tak) Diharapkan.

Keluarga CipayungWhere stories live. Discover now