[0] Yang (Tak) Diharapkan

4.1K 407 230
                                    





Hari ini terlampau cerah di Cipayung, tapi Fajar yang baru selesai latihan kembali ke kamar dengan murung. Rian nggak bisa dihubungi dari tadi pagi. Kemarin pacarnya itu izin untuk istirahat di rumah setelah seminggu lebih mengeluh nggak enak badan. Kepala pelatih ganda putra--sekaligus ayah Rian, Hendra Setiawan secara spesifik mengizinkan Rian untuk pulang dan berobat karena putra satu-satunya itu dinilai tidak mungkin bisa mengikuti ritme latihan. Jadi Fajar makin khawatir, takut kalau ternyata Rian sakit parah.

Fajar menelpon Rian lagi. Setidaknya Fajar harus mendengar suara Rian supaya yakin pacarnya baik-baik saja. Fajar mendekatkan kembali ponselnya ke telinga, cuman nada sambung. Lalu terdengar ribut-ribut di luar kamar. Suaranya terdengar tidak asing, jadi dia memutus panggilannya dan berjalan mendekati pintu.

“DIMANA FAJAR ALFIAN?!”

Seketika Fajar menegang, suara yang nggak asing itu sangat melengking. Penasaran, Fajar menarik kenop pintu dan menemukan Mohammad Ahsan, Babah-nya Rian, berdiri di luar kamarnya dengan muka marah. Ada raket y*nex di tangannya. Otak Fajar yang agak lambat masih memproses yang terjadi saat tiba-tiba—

“KELUAR, KAMU!”

--rambutnya ditarik oleh Ahsan.

“Loh, Bah? Ada apa nih?” Fajar mengaduh komikal, memegangi pergelangan tangan Ahsan yang menarik kuat rambutnya. “Bah, sakit! Aduh!”

Ahsan melepaskan rambut Fajar setelah berhasil menariknya keluar dari kamar, lalu menunjuk batang hidungnya dengan raket di tangan kanannya. Penghuni Cipayung yang dasarnya suka keributan, berbondong-bondong ke asrama putra untuk melihat apa yang terjadi.

"A-ada apa, sih, Bah? Kenapa?” tanya Fajar tidak mengerti. Matanya menatap was-was raket di tangan Ahsan.

"DASAR ANAK SETAN!!” Alih-alih menjawab, Ahsan malah meneriaki Fajar dan bersiap menyambit lehernya dengan raket yang sepertinya beralih fungsi jadi senjata dadakan. “Berani-beraninya kamu, buluk!”

Untungnya walaupun buluk, refleks Fajar cukup bagus. Maka Fajar langsung ambil langkah seribu begitu Ahsan mengangkat raketnya lebih tinggi dan mengejarnya. Sekarang Fajar makin yakin, Ahsan bener-bener marah sama dia. Tapi kenapa? Memangnya Fajar salah apaan sampai Ahsan mengamuk? Sampai hari kemarin, waktu Ahsan menjemput Rian di Cipayung, rasanya calon mertuanya itu masih ramah sama dia.

"Saya kasih izin kamu macarin anak saya bukan untuk kamu nodai, ya! Sini kamu! Memang minta dihajar, ya!”

“Aduh, Bah, ampun! Santai, atuh! Ini menodai gimana, Bah? Ya Allah, emang Rian baju kotor?”

"Kamu apain Rian sampe bisa hamil gitu, HAH?!”

“HAH?”

Semua orang di Cipayung berkoor kaget. Fajar memperlambat larinya, mukanya keliatan jauh lebih bego mencerna kata-kata Ahsan barusan. Gak salah denger ‘kan? Rian hamil?! Hamil sama siapa?!

Kejar-kejaran mereka sampai di pelataran parkir, tepat di belakang asrama. Penghuni pelatnas yang mendengar teriakan Ahsan dan jeritan minta ampun Fajar, mulai melongok dari jendela kamar masing-masing dan menonton aksi yang gak kalah seru dari all Indonesian final beberapa waktu lalu. Kapan lagi liat Fajar Alfian disambit raket sama legend.

"Mampus! Azab melakukan hal tidak senonoh di kamar gue waktu gue gak ada!” –Wahyu Nayaka.

Modyar koe, Jar!” –Kevin Sanjaya Sukamuljo.

"Anak jaman sekarang, ya.” –Marcus Fernaldi Gideon.

Sisanya cuman tawa terbahak-bahak dari penonton yang lain.

Keluarga CipayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang