✧ Hide and Seek ✧

3.2K 631 1.1K
                                    


Hide ▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓


and

▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓ Seek



Hompimpa alaihum gambreng!

Enam orang anak laki-laki berseru melontarkan kalimat andalan turun temurun -yang entah siapa penciptanya sebelum memulai permainan. Sudah setuju untuk bermain petak umpet. Empat orang dari mereka bersorak setelah menampakkan punggung tangannya. Dua lagi mengaduh karena dipastikan salah satu diantara mereka akan menjadi penjaga. Mereka harus suit sekarang untuk menentukan siapa yang akan menjadi penjaga.

Batu gunting kertas!

Anak laki-laki berpipi gembul persis seperti bapao isi kacang hijau mengeluarkan dua jarinya, membentuk gunting. Sedang anak laki-laki satunya, yang berbadan tinggi dengan gigi kelinci, heboh protes ketika melihat apa yang dikeluarkan lawannya. Ia bersikukuh bahwa ia tadi belum siap sehingga berakhir hanya menyodorkan telapak tangannya, yang berati adalah kertas. Tapi sayang, kelima temannya tidak menggubris. Mereka sudah berpencar bersiap untuk sembunyi. Menyisakan dirinya sendiri yang mau tidak mau harus menjadi penjaga gawang, peran yang tidak ia sukai.

Setelah berhitung sampai dua puluh sambil menutup matanya, anak laki-laki itu mulai mencari teman-temannya yang sudah tersebar, bersembunyi di sudut-sudut tak terlihat. Matanya awas, menyisir setiap sudut di taman kompleks itu. Ia tidak mau kalah dan berakhir menjadi penjaga lagi. Di saat itu juga, ia melihat rambut hitam menyembul di balik pohon jambu. Itu si pipi gembul yang tadi suit dengannya.

"JAEHWAN!"

Anak laki-laki penjaga itu berseru mengagetkan si pipi gembul bernama Jaehwan yang sedang bersembunyi. Sadar sudah ketahuan, Jaehwan langsung berlari menyusul si penjaga yang sudah lari lebih dulu menuju tiang listrik yang sudah disepakati menjadi gawang oleh mereka.

"INGLO! Jaehwan inglo!"

Sia-sia usaha Jaehwan berlari karena nyatanya si penjaga itu sudah sampai di gawang terlebih dahulu. Anak itu memang sangat gesit berlari. Jaehwan hanya bisa tertawa sambil terengah-engah.

Lima menit berlalu, si penjaga telah berhasil menemukan keempat temannya satu per satu. Hanya tersisa satu lagi, seperti biasa. Anak ini selalu susah ditemukan, teman-temannya sampai malas mengajaknya bermain petak umpet karena ia sangat pandai bersembunyi. Pernah saking malasnya mencari anak ini karena tidak kunjung ditemukan, mereka pun memutuskan untuk bubar begitu saja membiarkan anak ini tetap dalam persembunyiannya. Ia baru keluar dari tempat persembunyiannya setengah jam kemudian sambil manyun karena ditinggal oleh teman-temannya.

Dan mungkin saja kejadian itu akan terulang kembali sore ini.

"Sungwoon, udah sore masih main aja. Pulang!"

"Jaehwan, pulang udah mau maghrib! Nanti ada candiolo."

"Woojin, pulang! Kamu dari pagi belum mandi. Main aja kerjaannya!"

"Jihoon sayang, ayo pulang nak. Katanya abis maghrib mau jalan-jalan ke pasar malem."

Satu per satu anak laki-laki itu dipanggil untuk pulang oleh orang tuanya. Jelas saja, langit sudah mulai gelap. Kumandang suara qiroah menuju adzan maghrib dari toa masjid di seberang juga sudah terdengar. Bapak bapak bersarung dan berpeci juga sudah terlihat berjalan ke arah masjid. Malam segera tiba. Dan permainan itu masih menyisakan dua anak.

Satu penjaga dan satu lagi si ahli sembunyi.

"SEONGWU!"

Si anak penjaga berseru dan langsung berlari ketika berhasil menemukan si ahli sembunyi sedang meringkuk di dalam sebuah pot besar tanpa tanaman di ujung taman. Si ahli sembunyi -bernama Seongwu segera keluar dari potnya dan lari terbirit-birit menuju gawang.

POWER OF DESTINYWhere stories live. Discover now