empty-nest | marvin

1K 119 6
                                    

warning: mpreg

atau kalo mau dianggep gender bender juga gapapa 😂


_______

"MII! KAUS KAKI IHSAN DI MANA MIII?"

"KOKOOOO!!!! BALIKIN BEARNIENYA SINYO! MAMIII, KO JOJO MI!!!" 

"SINYO TUKANG NGADUUU!!!"

Kevin yang sedari tadi khidmat dengan masakannya pada akhirnya menyerah juga. Tidak bisa ya ia melalui pagi dengan tenang barang satu hari. Kevin memijit pelipisnya yang berdenyut, bersiap-siap untuk balas berteriak ketika suaminya lebih dulu turun tangan.

"Kak Isan, coba cari lagi deh yang bener, kemarin Mami baru masukin kaus kaki baru di lemari, kok."

Ihsan nyengir. "Oh iya ada, Pi, hehe."

"Koko, mending kamu cepetan siap-siap deh, adeknya jangan digangguin terus. Nanti Papi potong uang saku kamu lho kalo kamu usil mulu. Nggak mau, kan? Udah sini, dasinya Papi benerin."

Jonatan buru-buru mendekat ke Papinya, panik. "Jangan dong, Papi, nanti aku nggak bisa ngajak kak Ony nonton, dong?"

"Sinyo, Bearnienya nggak usah dibawa sekolah, mau ditaruh mana, coba? Bangku kamu juga nggak muat. Nanti kan pulang sekolah bisa main lagi sama Bearnie, ya?"

Calvin menunduk kecewa, tapi tetap menurut. "Iya deh, Pi. Dadah Bearnie, Sinyo sekolah dulu."

Sedetik setelahnya suasana jadi tenang. Kevin menghela nafas lega. Akhirnya.

Ketika ia kembali ke meja makan dengan piring-piring berisi lauk di tangan, semuanya sudah siap dengan seragam, duduk patuh pada kursi masing-masing.

"Tumben nggak sampe ada piring pecah dulu. Sering-sering begini, deh. Anak Mami tuh manis-manis kalo anteng gini. Mami capek tau teriak-teriak terus."

Tiga kepala kecil itu hanya angguk-angguk.

Nah, kalau begini kan enak.

"Nanti sebelum berangkat foto dulu, ya. Ini kan hari pertama Sinyo masuk SD."

"Buat apa sih, Mi?"

"Iya, nanti telat, nggak usah aja,"

Kevin merengut. Boleh kan, Ihsan sama Jojo ia tukar dengan se-karung kerupuk saja?

"Nggak apa-apa, biar kalian ada kenang-kenangan. Toh foto juga nggak sampe lima menit kan, Kak, Ko,"

"Iya, Pi." Jawab keduanya berbarengan.

Senyum Kevin mengembang. Kecupan panjang ia daratkan pada pipi kanan suaminya. "Sayang Papi, deh."

Sekarang sih suasana pagi di rumah mereka sudah jauh dari rusuh, tapi kok malah Kevin rindu pagi mereka yang super sibuk seperti dulu, ya?

Ia mengelus foto pada album yang terbuka di pangkuannya: foto yang diambil di hari pertama sekolah pagi itu. Kepalanya lantas ia sandarkan pada bahu Marcus. "Kooo,"

"Hmm?"

Melihat respon suaminya yang sekenanya, bibir Kevin mencebik. Marcus bahkan tidak menoleh untuk melihatnya. Ia kemudian bangkit berdiri, menarik pelan majalah bisnis di genggaman suaminya, kemudian berganti duduk pada pangkuan Marcus. Tangannya ia kalungkan pada leher Marcus, kepalanya ia sembunyikan pada perpotongan leher suaminya, menggelitik dengan terpaan nafasnya.

Marcus tertawa. Kevin sedang dalam mode manja ternyata. Marcus balas memeluk kekasih mungilnya, mendekap erat layaknya Calvin dengan si Bearnie kalau Jojo sedang berusaha menjahili adiknya itu. "Kenapa, Sayang? Hm?"

Yang terdengar hanya rengekan kecil.

"Bosen, ya?"

Kali ini gerakan kecil terasa pada pangkal lehernya: Kevin mengangguk.

"Ya udah, weekend ini liburan gimana? Adek lagi pengen kemana?"

Sontak kepala Kevin terangkat, mata bulatnya bersinar-sinar menatap suaminya. "Norway yuk, Ko?"

Tangan Marcus sudah mengusak gemas surai hitam Kevin, "iya, boleh." Tawanya mengudara ketika Kevin berseru 'yay' senang.

Setelah si bungsu Calvin berangkat merantau untuk kuliah sebulan lalu, Kevin memang lebih sering terlihat murung dan melamun, jadi Marcus pikir tak ada salahnya mereka menghabiskan waktu dengan liburan berdua. Toh sudah sangat lama mereka tidak kencan, dan memang sudah masanya mereka menikmati waktu tua. Marcus pun merasa sedang agak jenuh. Apalagi setelah sekarang perusahaan sudah diambil alih sepenuhnya oleh Jonatan.

Tak terasa ternyata anak-anak sudah dewasa. Sudah puluhan tahun perkawinan mereka, hidup berdua, tumbuh menua bersama.. ah, sepertinya hanya Marcus yang menua, Kevin masih tetap manis dan menggemaskan sepeti waktu dulu.

Tiba-tiba dadanya dielus pelan, Marcus menaikkan alisnya kaget. Oh, jadi masih ada permintaan yang lain? "Iya, Dek?"

Kevin menampilkan senyum manis, mata belonya berkedip-kedip. Marcus menjerit dalam hati, kenapa hingga sekarangpun ia tidak pernah bisa tahan dengan ekspresi Kevin yang satu ini. Ia bahkan sudah siap mengiyakan apapun permintaan Kevin sebelum keluar dari mulut manisnya.

"Emm, Koh, boleh nggak ke Norway-nya bulan depan aja? Minggu ini kita ke Bandung aja yuk, Adek udah kangen sama Panji,"

Kecupan berkali-kali hinggap pada bibir kesayangannya, Marcus sudah tidak sanggup menahan gemas. "Ya boleh lah, Sayang." Lagipula ia juga sangat rindu dengan tingkah lucu cucunya yang baru tiga tahun itu. Video-video yang dikirimkan Ihsan memang tidak membantu sama sekali, malah membuat bertambah kadar kangennya.

"Eh tapi nanti kita nengok Jojo sama Ony dulu aja kali, ya? Abis itu ke Jogja ya, Ko, jengukin Sinyo? Uhm, sama mampir Bantul yuk, ke besan hehe. Enaknya bawain oleh-oleh apa ya, Ko? Eh tapi Ian lagi di Bantul apa Bandung, ya? Ya pokoknya gitu lah. Ya, Ko, ya? Boleh, ya?"

Kevin memang lekat dengan image galak kalau dari perspektif anak-anaknya, tapi Kevin juga yang paling perhatian dan pengertian. Sayangnya Kevin pada anak-anak bahkan bisa dibilang jauh lebih-lebih dibanding sayangnya Marcus ke anak-anak. Prioritas utama Kevin tetap ketiga buah hati mereka, yang sekarang ditambah menantu dan cucu mereka, ketimbang keinginannya sendiri.

Sebenarnya Marcus kasihan dengan kakinya yang pasti akan sangat pegal nanti seharian menyetir, karena Kevin biasanya tidak mau kalau harus pergi dengan supir. Tapi ya, mana bisa ia menolak permintaan kekasihnya ini. Apalagi melihat Kevin sangat antusias, bahkan sudah membayangkan rencana akhir minggu mereka. "Iya Sayang, boleh, kok," padahal batinnya sedang mengumpati mulutnya yang tidak bisa sejalan dengan otak.

Kevin lantas tersenyum lebar, memberikan ciuman singkat pada bibir suaminya, kemudian kembali ke posisi awal: menempel bak koala pada Marcus.

"Makasih, Ko. Sayang puol sama Koko hehe."

"Sekarang giliran Koko yang minta sesuatu ya, Vin?"

Kevin tampak terkejut, tentu saja tidak mengantisipasi kalimat tadi keluar dari Marcus. "Apa, Ko?"

"Mumpung lagi nggak ada orang," Marcus merapatkan pelukannya, telapak tangannya bahkan sudah meremat pelan pantat sintal Kevin, senyum matahari berganti jadi seringai menggoda. Kevin meremang. "Sexy time, yuk?"

Kevin mengulum bibirnya sambil mengangguk malu-malu. Tapi bola matanya justru berkilat nafsu.

___

"Koko Jojo pulaaaaa- ya Tuhan, Mami Papi! Iya sih Koko tau cuma ada Mami sama Papi di rumah tapi ya kalo mau macem-macem jangan di sofa juga kaliiii. Di kamar kek, di hotel kek-"

"HALAH LAPO TAH, JO!! KAKEAN CANGKEM!! KAMU TUH YANG MASUK RUMAH NGGAK PAKE SALAM NGGAK PAKE PERMISI. ANAK KOK ISONE NGGAWE JENGKEL WONG TUO-"

Kali ini Marcus yang hanya bisa memijit pelipisnya. Omelan Kevin bisa dipastikan tidak akan selesai dalam waktu singkat.

blueUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum