Luna Smith

447 33 31
                                    

Dinginnya angin malam begitu terasa seperti akan menembus kulit Luna begitu ia berjalan di bawah terpaan angin dan kilatan petir di langit.

Luna terus menyusuri jalan di trotoar hingga akhirnya dia sampai pada rumah keluarga Joseph yang selalu ia jadikan perlindungan dan pelarian selama ini dari semua masalah yang menimpa hidupnya.

Tok tok

Luna meringis mengetuk pintu jati itu, namun tidak ada jawaban dari pemilik rumah. Gadis itu terduduk bersandar pada tembok, rasa sakit ditubuh serta kakinya yang terluka akibat pukulan yang diterimanya dari Alice kakaknya tak tertahankan lagi karna pukulannya cukup kuat, di tambah telapak kaki Luna mulai mengeluarkan darah akibat ranting-ranting pohon yang berguguran mengenai telapak kakinya yang tanpa alas.

Luna selalu bertanya dalam hatinya. Apa kesalahannya hingga Alice dengan tega melakukan ini padanya, adiknya sendiri. Dan kali ini pun sama tiba-tiba saja saat Luna pulang kerumah, Alice langsung memukul dirinya dengan kayu sembari berkata bahwa kehadiran dia didalam keluarganya hanyalah perusak kebahagiaan, Anak pembawa sial.

Tuhan! Apakah kehadirannya memang hanya membawa sial pada orang di sekitarnya? Apa salahku tuhan andaikan ibunya masih berada di dunia ini ia tidak akan merasa sendirian seperti ini walaupun terlahir dari rahim seorang pelacur ia ingat betul bahwa ibunya sangat menyayanginya dengan penuh kasih sayang selayaknya didapatkan dari orang tuanya. Andaikan dulu ia tidak pernah menginjakkan kakinya kerumah ini ia tidak akan merasakan siksaan seperti ini. Tidak ada Alice yang kasar. Tidak ada ayah yang suka mabuk mabukan dan berjudi.  Dan tidak ada penderitaan yang aku rasakan bertubi tubi.

Air mata kembali membasahi pipi Luna. Matanya terpejam.

Beberapa menit Luna terduduk di teras rumah keluarga Joseph, sahabatnya. Bersandar pada tembok disamping pintu.

Hingga terdengar seseorang menuruni tangga, memutar kenop pintu dan saat dia membuka pintu, betapa terkejutnya ia saat melihat temannya, Luna terkapar lemas dilantai sembari bersandar di balik pintu rumahnya.

"Luna? ada apa dengan kamu?"

"Oh Tuhan kaki kamu kenapa berdarah? " paniknya sembari mengangkat tubuh Luna ala bridal style, Berlari membawa gadis malang itu masuk.

Luna hanya tersenyum dengan mata tertutup, membalas pertanyaannya. karna, tanpa diberitahupun dia sudah tahu apa yang terjadi pada tubuhnya itu ulah dari kakaknya, Alice Smith.

Bukan hanya sekali dua kali saja Joseph melihat Luna dalam keadaan seperti ini bahkan sudah berulang kali.

Joseph membawanya kekamar tamu dimana biasanya gadis itu tidur untuk menginap.

"Katakan kali ini apa yang dilakukan oleh kakak kejammu itu? Dia tidak berhak melakukan ini kepadamu!!"

"Dia adalah kakakku."

"Biarpun dia adalah kakak mu bukan berarti kau tidak bisa melawan kan? Cepat katakan, kenapa kau tidak melawannya!?"Luna terkekeh pelan dengan kecerewetan sahabatnya yang satu ini.

"Sudahlah Joseph aku baik-baik saja" gadis itu tersenyum teduh pada Joseph mengisyaratkan bahwa dia benar baik-baik saja.

"Baik dari Hongkong hah. Kau di depan teras tadi seperti orang sekarat."marahnya.

"Kenapa kamu masih mau tinggal dengan mereka huh yang jelas-jelas tidak mengharapkan kehadiranmu. Kau bisa tinggal dengan ku dan ibuku."

"Mereka keluargaku. Tidak mungkin aku meninggalkan mereka. "

Joseph menghela nafas kasar.

"Baiklah terserah kamu."katanya berlalu setelah mengobati kaki Luna. Joseph langsung pergi, dia sengaja meninggalkan Luna untuk mempersilahkan beristirahat panjang malam ini.

Gadis itu menggelengkan kepala pelan.

Gadis bernama lengkap Luna Smith, dulunya mempunyai keluarga yang lengkap, Ayah yang menyayanginya (Bram Smith), Ibu yang mengkasihinya (Samatha Andriani) dan seorang kakak perempuan yang benama (Alice Smith). Tapi itu dulu sebelum rahasia besar Bram terungkap bahwa Luna bukanlah anak angkat yang diambil dari panti asuhan melainkan anak dari pelacur yang telah meninggal yang disewa Bram untuk memuaskan nafsunya dalam semalam. Namun karna kesalahan kecil, janin yang tak diinginkan itu tumbuh didalam perut pelacur itu. Tanpa sepengetahuan istrinya Bram membawa anak itu dan mengatakan bahwa anak itu ia ambil dari panti asuhan dengan alasan kasihan ia membawanya pulang.

Kebenaran memang tak bisa di tutup-tutupi lambat laun kebohongan itu terangkap juga Bram dan Samantha bertengkar hebat kala itu.

Pada akhirnya Samantha memutuskan untuk berpisah dan pergi meninggalkan keluarga kecilnya. Sifat penyayang Bram hilang, dia berubah drastis dan lebih banyak diam, tidak peduli pada anak anaknya, dan sesekali marah marah hanya karna kesalahan kecil saja. Apalagi jika sampai hal atau barang barang samantha berada di rumah ini, pasti Bram akan marah besar. Sifat Bram begitu dingin dia jadi sering mabuk dan main judi.

Sifat Alice pun sekarang berubahdulu ia lebih sering marah dan tak pernah main tangan tapi sekarang?! Entahlah mengapa secara kebetulan sifat mereka berubah.

Tak terasa Jam menunjukkan pukul 21.34 bersamaan dengan terbuka pintu kamar dan suara langkah kaki mendekat, matanya terpejam membawa gadis itu kealam mimpi.

Sayup-sayup Luna merasakan sesuatu yang kenyal sekaligus hangat menempel dijidatnya.
"Aku berjanji akan selalu menjagamu Luna."

**
Rada ngawur plus gak jelas tapi Semoga suka aja deh😘

SACRIFICEWhere stories live. Discover now