Namun ternyata Jaehyun-lah yang harus menganggu. "Pada ngapain sih? Bukannya balik bantuin yang lain di kantor desa, malah nongkrong di sini."
Eunha menatap kesal Mingyu yang langsung menjawab rasa penasaran Jaehyun sebagai ojek dadakan. "Gue gak santai-santai ya! Ini manusia bongsor satu nyaris bikin gue jantungan. Ayok Jae kita balik, biarin aja dia sendirian di sini. Gedeg gue!"
"Iya, gedeg kenapa, Eunha? Emang udah kelar ngejurinya?"
"Nanti gue ceritain, sekarang mending anterin gue balik."
Lalu Mingyu ditinggal sendiri, duduk menyepi sementara jejak dua sejoli sudah lesap sedari tadi. Diapitnya sebatang rokok di antara jemari. Pikiran kusut membuat Mingyu ingin menghilangkan stres, maka dia berjalan ke warung untuk membeli korek. Di tengah sesapan dan kepulan asap, pikirannya bercabang ke mana-mana.
Kegiatan iya, menyesal iya, tapi yang paling mendominasi rindu pada sosok manis bernama Arshaka. Dia gak pernah seputus asa ini, semua hal terasa baru dan menjadikan Mingyu sebagai pribadi baru selama di posko, nyaris lupa jika di Ciputat sana dia memiliki Najma.
Bahkan panggilan di hape dari cowok yang udah dipacarinya selama 4 tahun itu gak mampu menginterupsi lamunan Mingyu. Hanya sekelebat bayangan mengenai wajah merah Wonwoo yang menangis setelah dia kasari kemarin yang mengembalikannya pada alam nyata.
"Halo?" Mingyu mengangkat panggilan tanpa melihat siapa id pemanggil hingga mendengar suara super ceria di sebrang sana.
"Ayangku lama banget sih angkat teleponnya?! Aku udah nungguin di posko dari setengah jam yang lalu, mana sepi banget lagi. Gak ada hantu kan di sini?"
Mingyu mendadak lemot, mencerna kalimat Seungkwan. "Posko? Posko siapa? Emangnya kamu lagi di mana?!"
Terdengar kekeh ringan dari Seungkwan. "Tebak dong aku lagi di mana? Ah, kelamaan ding. Mending kamu pulang ke posko aja sini, aku sendirian tau. Digigitin nyamuk."
Tanpa salam atau kalimat balasan, Mingyu menutup panggilan Seungkwan. Dia buru-buru menstarter motor dan menancap gas, sementara rokok yang baru disesap tergeletak tanpa makna di tanah.
Rupanya cobaan belum mau berhenti sampai di situ, Mingyu diberkahi seabreg pikiran secara bertubi-tubi. Pasalnya, dari sekian banyak problematika yang gak ingin dia alami, bertemu Seungkwan dalam situasi seperti ini sama saja mencari mati.
Entah mengapa, atensinya untuk Wonwoo menyedot semua atensi untuk Seungkwan. Dulu cowok gemas itu adalah pusat dan prioritasnya, namun kali ini Mingyu rasakan kejenuhan. Jika boleh jujur dia kesal dengan kunjungan Seungkwan yang terbilang super dadakan.
"Kalanya akuuuu!" Seungkwan berlari kecil, menghampiri Mingyu yang baru sampai di depan posko. Langsung menghambur ke pelukan si cowok bongsor, seolah mereka terpisah bertahun-tahun lamanya.
Bagi Seungkwan memang tiga minggu seperti sewindu. Lamanya astaga, mungkin jika menahan rindu bisa membunuh manusia, dia udah mati sekarat lantaran ingin bertemu dengan Kalandra tercinta.
"Kangen ih, mau nangis aja aku sendirian di Ciputat gak ada temennya. Kamu KKN lama banget deh. Gak kangen aku apa ya?"
Mingyu membiarkan Seungkwan memeluk erat tubuhnya, merasakan getaran dari tubuh sang pacar yang seperti terisak.
"Najma, Najma....," Mingyu geleng-geleng kepala. "Kamu sama siapa ke sini? Kenapa gak bilang dulu? Mana udah sore, dan ini tas ransel buat apa coba?"
Seungkwan nyengir, lalu menghapus jejak air mata. "Aku mau nginep di sini boleh? Tadi aku sama Kino naik motor, tapi dia di desa sebelah, sodaranya KKN di situ. Daripada aku kayak anak hilang ya udah ngunjungin kamu. Tapi kok mukanya gak happy gitu sih? Aku ganggu yah?"
YOU ARE READING
[✔] KKN
Fanfiction[𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙] 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘳𝘶𝘱𝘴𝘪 𝘒𝘰𝘭𝘶𝘴𝘪 𝘕𝘦𝘱𝘰𝘵𝘪𝘴𝘮𝘦. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘒𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘕𝘺𝘢𝘵𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵. 𝘈𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢�...
[14] All you do is run back to the one who breaks your heart
Start from the beginning