Sang Saksi 'Bisu'

141 17 3
                                    


3 bulan yang lalu aku pindah rumah karena papa, dan mama ku sudah tak sanggup membayar apartement. kami pun pindah ke rumah papa, padahal aku dan mama tidak mengetahui bahwa papa punya rumah pribadi . rumah ini cukup luas dengan dilengkapi pekarangan belakang, seperti pada umumnya rumah yang telah ditinggalkan ini sangat kumuh, kotor, terdapat banyak daun-daun kering yang berserakan. Belum saja kami masuk ke rumah, saat membuka pintunya saja disambut dengan debu yang berterbangan dan bau khas rumah yang sudah ditinggalkan lama. Aku berkeliling di dalam rumah melihat setiap sudut bagian yang di selimuti oleh debu, disana gelap, dan lembab. Setelah itu kami membersihkan rumah hingga tidak tersisa debu.

Hari demi hari berlalu semuanya berjalan seperti biasa, namun papa tetap diam tidak berbicara tentang rumah ini kepada kami, tetapi aku dan mama tidak mempermasalahkan hal itu lagipula tidak penting, yang terpenting adalah kami punya tempat untuk berlindung.

Malam itu aku tidak bisa tidur karena suara gemuruh petir terus-menerus membangunkanku, susah sekali rasanya untuk tidur. Aku menutup seluruh badanku dari ujung kepala hingga kaki dengan selimut berharap bisa tidur, saat aku mulai merasa akan terlelap dalam tidur, tiba-tiba terdengar suara ketukan kaca.

"Tok... Tok". aku jelas mendengarnya tetapi karena tidak mau berpikiran negatif aku kembali berusaha tidur.

"Tok...Tok..Tok". aku mendengarnya kembali berarti itu bukan halusinasiku akupun terdiam tak bergerak didalam selimut.

"Tok Tok Tok Tok Tok ". oh tidak ketukan itu semakin jelas dan keras tidak mungkin papa dan mama mengetuk kaca yang jelas-jelas kaca kamarku terdapat dilantai 2 siapa yang bisa mengetuknya?. Apa yang harus aku lakukan, hanya orang tidak waras yang mengetuk kaca pada jam segini, kalau tidak salah terakhir aku melihat jam menunjukkan pukul 23.45.

"driiiiittttt". Suara kaca yang di cakar betapa linunya aku mendengarnya, ingin rasanya aku memarahi orang tersebut namun apalah daya aku belum berani, aku masih terdiam di dalam selimut.

"Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok". Suara ketukan itu terdengar lagi. Aku tidak bisa berdiam di dalam selimut ini terus-menerus aku bukan pengecut, mama tidak mengajarku menjadi seseorang yang pengecut. Aku harus melihat siapa yang mengetuk kaca itu. Dengan pelan-pelan aku mulai menurunkan selimut dengan hitungan.

"1...2...3". Aku langsung berdiri dan berkata dengan nada tinggi padahal menahan takut dan menghadap ke arah jendela. " siapa lo berani-beraninya ganggu gue sialan ". aku ucapkan dengan lantang dan ku lihat ternyata tidak ada siapa-siapa disana hanya jendela yang terbuka karena angin aku pun mengunci jendela dengan rapat agar tidak terbuka lagi oleh angin. Akupun kembali ke Kasur dan diselimuti selimut. Kalau tidak ada orang lalu siapa yang mengetuk dan mencakar kaca kamar. Ah masa bodo lebih baik aku tidur lagi.

Aku mencoba tertidur lagi dan aku bersyukur karena aku bisa terlelap. Tak lama aku terlelap tiba-tiba ada suara yang membangunkanku.

"Raya..... Raya......Raya....". terdengar suara yang meringis memanggilku membuatku cukup merinding mendengarnya, akupun terdiam aku hanya mengira itu halusinasiku.

"Raya..Raya.Raya...". suara itu terdengar lagi apa yang harus aku lakukan? Itu bukan halusinasi. Aku harus lawan rasa takut ini. Aku pun bangun mencari asal suara itu, sebelum mencarinya aku membawa sapu untuk berjaga-jaga. Akupun sudah berada di luar kamar yang gelap.

"Raya....". suara itu pun terdengar lagi. Berasal dari lantai bawah, aku melangkah menuruni tangga dengan pelan dan takut, amat takut ingin rasanya pingsan namun aku bukan pengecut.

"Raya......". Oh tidak suara itu berasal dari gudang. Apa yang ada dalam gudang ini?. Kini aku sudah berada di depan pintu mengintip kedalam gudang dan ternyata gelap

Cermin Sang Saksi 'Bisu'Where stories live. Discover now