21. Arjuna

584 141 6
                                    

"Jovita?"

Jovita yang baru menaiki lift langsung menoleh kebelakang, "Juna?" Ia mengerutkan keningnya karena masih setengah tidak percaya kalau pria yang baru saja memanggilanya adalah Arjuna.

"Gila! Bisa-bisanya kita ketemu disini!" Arjuna melangkah agar berdiri sejajar dengan Jovita, "Kenapa kita selalu ketemu di tempat nggak terduga gini sih?"

"Lo kok bisa disini sih?" Tentu saja Jovita heran, karena seharusnya kan Arjuna berada di Tokyo untuk bekerja.

Arjuna menyeringai, "Guess what? Gue berhasil resign!" Jawabnya antusias.

Mereka pun keluar dari lift yang memang hanya diisi oleh mereka berdua.

"Gila, lo se-stres itu ya kerja di Tokyo? Resign aja girang banget." Jovita tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"You don't know how much I want to run away from that hell." Kini Arjuna merangkul Jovita, "Gue tadinya mau nyamperin lo ke kantor tau, nggak taunya malah ketemu disini. Ini lo udah mau jalan ke kantor?"

Jovita menggeleng, "Cuti gue hari ini, sekarang mau sarapan aja."

Setelah pertengkarannya dengan Daniel semalam, rasanya pikirannya tidak akan bisa fokus pada pekerjaan. Jadi ia memutuskan untuk cuti dan refreshing.

Arjuna melepas rangkulannya dan mengerutkan kedua alisnya, "Cuti? Lo mau kemana? Eh iya, terus lo kok bisa nginep disini sih? Tunangan lo mana?" Seperti menemukan banyak kejanggalan, Arjuna pun membanjiri Jovita dengan berbagai pertanyaan.

Raut wajah Jovita berubah, tapi ia tetap berusaha mengontrol ekpresinya sebisa mungkin. Jovita kembali berjalan menuju meja buffet dan mengambil sarapan yang akan ia makan, "Lo resign buat jadi wartawan ya?"

"You can talk to me if you want." Arjuna sudah mengenal Jovita lama, ia tahu ada yang tidak beres ketika melihat perubahan raut wajah Jovita seberapa besarpun ia berusaha menutupinya.

"Lo nggak ngambil makan?" Jovita tidak menggubris omongan Arjuna dan masih sibuk mengambil lauk-pauk.

Arjuna melipat kedua tangannya di dada, "Is it because your relationship with him?"

Jovita menghembuskan napasnya secara kasar, "Apa sih? Kok lo jadi nginterogasi gue gini? Gue baik-baik aja kok." Jovita berbicara sambil berjalan menuju bangku makan.

"Oh come on, Jo. I know you for freaking eight years! Terserah lo mau bohong sama siapa, yang jelas gue bukan orang yang tepat untuk lo bohongi." Arjuna mengambil duduk diseberang Jovita. Yang ia lakukan hanya menatap Jovita sampai wanita itu mau membuka suaranya.

Jovita awalnya berusaha mengelak dan tetap sibuk melahap makanannya. Tapi ia sadar kalau pandangan Arjuna sedari tadi tidak lepas darinya. Ia akan tetap seperti itu sampai Jovita membuka suaranya.

Akhirnya Jovita meletakkan sendok dan garpunya, menegaak air putih yang berada tepat dihadapannya dan mengelap mulutnya dengan tisu sebelum ia fokus kepada Arjuna, "Fine, you win." Decaknya, "Gue capek Jun ngejalanin semua ini... Belakangan hubungan gue sama dia cuman diisi dengan berantem. Nggak tau deh, sebenernya karena gue yang terlalu banyak menuntut, atau dia yang terlalu menganggap sepele semua permasalahan." Jovita menopang dagunya dan satu tangan lainnya sibuk memainkan makanan dengan menggunakan sendok.

Arjuna yang sebelumnya bersandar pada kursi kini menegakkan posisi duduknya, "Jo, sori kalau gue terkesan sok tau, tapi gue rasa ini basic banget. Kunci dari sebuah hubungan itu adalah komunikasi. Dan ketika lo berantem tapi lo sendiri nggak tau apa akar permasalahannya, yang harus lo lakuin ya diomongin baik-baik." Arjuna berkata dengan penuh kelembutan, tidak seperti gaya bicara yang biasa ia tampilkan sehari-hari.

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now