empat

16.8K 1K 25
                                    

Gak kerasa mereka berdua --- (Namakamu) dan Iqbaal --- udah lima hari di Bali. Saat ini mereka lagi packing barang-barang mereka yang nambah banyak. Karena oleh-oleh lah atau si Iqbaal beli baju lagi.

Mereka akan ke bandara pukul tiga sore, dikarenakan pesawatnya take off jam setengah empat sore. Maka dari itu Iqbaal memutuskan untuk membawa (Namakamu) jalan-jalan sebentar di daerah dekat bandara.

"Yang, kacamata aku dimana ya?" Iqbaal membongkar semua barang-barang yang ada di tasnya. (Namakamu) yang melihat langsung menatap sinis Iqbaal.

"Kok gak ad---," ucapan Iqbaal terhenti karena ia sudah menatap tatapan (Namakamu) yang sinis itu. Iqbaal hanya bisa menunjukkan senyum mirisnya.

"Kamu tau gak? Aku capek beresin tas kamu yang banyak barang itu. Dan sekarang kamu dengan tidak berdosanya kamu malah berantakin itu lagi!"

Iqbaal menggaruk tengkuknya, "Y-ya ya kan aku lagi nyari kacamata, sayang. Ilang kacamata aku."

"Terus itu yang di deket tivi namanya apa?" Iqbaal langsung menoleh ke arah meja televisi yang berada di ujung kasur. Melihat itu Iqbaal langsung menunjukkan giginya dan menatap (Namakamu) dengan melas.

"Beresin lagi! Aku gak mau tau!" Iqbaal mengangguk patuh ucapan (Namakamu).

Sepertinya Iqbaal membuat kesalahan hari ini, buktinya setelah Iqbaal merapihkan kembali barangnya, (Namakamu) masih mendiaminya.

Iqbaal melirik ke arah (Namakamu) yang sedang memainkan handphonenya, "Yang,"

(Namakamu) langsung menoleh ke arah Iqbaal kemudian kembali fokus lagi ke arah handphonenya. Melihat itu Iqbaal langsung berjalan ke arah (Namakamu) yang sedang berbaring di kasur.

"Masih marah?" Tanya Iqbaal.

"Gak tau."

Iqbaal memposisikan dirinya di atas tubuh (Namakamu), posisi (Namakamu) sekarang berada di bawah dekapan Iqbaal.

"Maaf, sayang. Aku kan gak tau, gak liat aku." Ujar Iqbaal sesekali mencium kening (Namakamu).

(Namakamu) yang masih dalam mode bete meminta Iqbaal untuk melepaskan pelukannya. "Lepas, Baal. Sesek aku."

Iqbaal melepaskan pelukannya, "Maaf dulu tapi." (Namakamu) mengangguk, lantas Iqbaal pun langsung mengecup pipi (Namakamu).

"Ada syaratnya tapi." Ucap (Namakamu) sambil melihat ke arah Iqbaal.

"Apa?"

"Beliin aku pai susu dua kotak, chattime kayak biasa, sama richeese level lima."

"Aku oke sama yang dua pertama, tapi untuk yang terakhit aku gak mau. " Kata Iqbaal sembari memposisikan tubuhnya di sandaran kasur.

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan memohon, "Yah, please Baal. Ya ya ya?"

"Nanti kamu sakit perut." Iqbaal menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. (Namakamu) pun mendengus kesal.

"Aku gak bakal sakit."

"Gak"

"Yaudah gak aku maafin,"

Iqbaal melirik ke arah (Namakamu), "Terserah kamu."

"Beneran ya? Oke, aku pulang duluan kalo gitu."

Melihat (Namakamu) yang langsing bangkit dari tempat tidur menuju koper-koper membuat Iqbaal langsung melangkahkan kakinya mengikuti (Namakamu).

"Sayang, aku bercanda." Iqbaal menarik lengan (Namakamu) sehingga ia mendekap tubuh kecil (Namakamu). "Lepas gak,aku mau pulang. "

Bucin - IDR  [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang