2. New york kesukaanmu

90 9 0
                                    

"nanti pulang gue jemput ya qil?" tanya haikal saat suasana mulai sepi, aku mengangguk, aku langsung pamit pada haikal, tariku begitu kencang kepada ska

"sakit qil, kenapasih?"
"gue deg deg an banget"
"apa gue suka ya sama ical?"
"ayo bantu jawab dong ska" lanjutku, ska terdiam, melepas tangannya dari genggamanku
"eh gue ada pr, gue duluan?" aku mengangguk
"nanti kekelas gue ya" teriakku, ska hanya menoleh sambil berlari pelan.

Aku bergegas memberi tahu adin, tak tahu ini berita yang sangat bagus. Tapi yakinkanlah hatiku lebih cepat dari biasanya.

"pelan pelan qil nanti jatoh es gue" saat aku tiba, adin menaruh gelas tepat dimeja ku
"ical" jawabku terengah engah
"ical? siapa? ooh haikal?" tepat, adin selalu mengerti maksudku. Aku hanya menganggukan kepala
"dia ngajak pulang bareng gue" kataku, namun adin hanya memandangiku tanpa mengucapkan satu dua kata
"din ini berita bagus ih" lanjutku
"aqsa gimana?" adin malah menanyakan hal itu
"yaa ska pulang sendiri lah, udah gede juga"
"lo yakin?" dekatnya pada wajahku
"lo baru ngomong beberapa kata, bahkan chat dia manis gitu lo gak takut?" kata kata adin membuatku terdiam, obrolan kita terhenti saat pak Tio datang.

Istirahat kedua menunjukan pukul setengah 12 namun sarapan ska belum diambil sedari tadi, bahkan tak ada tanda dia akan datang.

"kenapa ga kekelas gue?" tanyaku langsung duduk disampingnya, dengan ponselnya yang membuat ska menghiraukan aku
"ska, makan dong" aku melepas satu earphone
"taroh aja" katanya langsung mengambil earphonenya kembali. Hal itu membuat aku ingin kekelas saja, ada apa coba dengan pria yang biasanya banyak sekali bicara bahkan tak pernah diam

"dari mana?"
"kelas ska, ngasih makananya"
"bener dugaan gue, dia marah qil" kata adin kekeh. Namun aku terdiam saja.

Yang tadinya aku menunggu bel pulang, pikiranku menuju sikap ska hari ini, tak mungkin ska marah, bahkan bersedih pun bukan ska. Aku memutuskan menuju kelas ska, ku lihat namun tempat duduknya sudah kosong. Fix ska ninggalin gue!

Aku berjalan kesal menuju keluar sekolah, ical tepat menungguku digerbang sekolah

"hai" sapanya, padahal aku sudah menyembunyikan wajahku di hoodie abu abuku, aku melihatnya dengan senyum ketahuan
"makasih ya" lanjutnya saat diatas motor besarnya
"buat?"
"mau pulang sama gue" jelasnya sembari meraih tanganku, namun aku melepasnya
"udah disini aja cal"
"cal?"
"yaudah apapun nama lo, bisanya gue manggil lo ical" ical tersenyum malu, seperti dia menganggap spesial oleh diriku.

Aku menatap jelas rumah ska, tepat didepan rumahku, namun hanya sunyi yang aku temukan. Bahkan motor ska tak terlihat, kemana dia?

"mi, ska udah pulang?"
"udah, tapi pergi lagi. Katanya kamu ada kerja kelompok" mengapa ska berbohong?
"yaudah aku mau ganti baju dulu"
aku menatap ponselku, pesanku belum ska buka dari kemarin malam, ska mematikan notif aktif dirinya. Ska lo kemana?

 🌯

"sayang, ditunggu sama temennya tuh diluar" mami membangunkanku, pukul 9 kulihat arah jam, aku membuka ponsel tetap ska tak membalas
"ska?" tanyaku
"lihat aja sana"

Dengan kaos hitam yang digunakan, serta bomber seperti ciri khas ical tepat duduk di sofa kesukaan ska.
"tadi gue udah bilang mau ngajak jalan lo sama tante" ucapnya saat melihatku, aku langsung bergegas berganti pakaian pagi itu.

"lo gasuka ya gue usik kek gitu?" tanyanya saat memesan es krim ditaman
"suka"
"apa bener yang pas itu pacar lo?"
"eh bukan bukan" aku tampak bersemangat menjawabnya
"kalo bukan, kenapa sama gue cuek?" aku terdiam, benar juga. Lagian apa yang harus aku khawatirkan dari seorang seperti ska. ayo qil berubah kali aja cogan ini jodoh lo
"maaf ya" sembari mengambil es krim darinya

Sehari aku bersamanya, menceritakan bagaimana sekolah dikeduanya, aku sangat menyukai senyumnya apalagi melihat alis tebal itu. Aku pernah mendengar tentang ical dari adin. Disekolahnya ia sangat disegani para makhluk yang mungkin lebih cantik daripadaku. Setiap hari seperti itu, ical menjemput dan mengantarkan ku pulang.

 🌯

"dicariin aqsa" kata dhea, teman kelasku
"ska dimana?"
"balkon depan kelasnya" aku bergegas berlari kearah ska
"ah lo sombong" kataku langsung menepuk pundaknya
"kata adin udah jadian? makan makan lah" ucap ska
"jadian apasih?" jawabku sembari tertawa
"tunjukin gue dong orangnya yang mana"

Saat aku bersama ska pagi menjelang siang itu, ical izin tak bisa menjamput untuk sore nanti. Dan pastinya ini waktu ku bersama ska.
"loh kemana ini ska?" tanyaku mengetahui arahnya berbeda. Ska membawaku ketempat yang lumayan ramai, pusat kota
"tumben lo suka rame?" tanyaku
"gue..."
"bentar ska, ada telfon" aku mengangkat dan mencari tempat sepi untuk menjawab telfon ical
"gue..." lanjut ska, saat aku menghampiri ska
"ical mau kesini gapapakan?" tanyaku. Ska hanya mengangguk

Detak jantungku tak menentu saat mengetahui ical akan bertemu ku, apalah seperti beberapa hari tak melihatnya dan ingin bertemunya lagi dan lagi.

"seneng banget qil?"
"gue suka dia" ucapku
Kedatangannya sudah ku tau
"ini ical"
"cal ini ska" lanjutku memperkenalkan
"aqsa" ska menjulurkan tangannya
"yang bener ska atau aqsa"
"apa aja" jawab ska

Kalau aku tahu perasaanmu sangatlah hancur saat itu aku benar benar akan menghukum diriku sendiri ska. Namun kamu begitu tegar dengan senyum tertawamu melihat ical bersamaku sore itu. Jiwamu sangat aku kagumi untuk aku lakukan saat ini, namun aku tak sesanggup itu.

*

"qil, sorry gue potong, gue ada kerjaan sebentar" ucap bio, bio pun pamit dan akan menghubungiku secepatnya.

Aku berjalan keluar dari caffe, mencari perpustakaan yang aku cari hari ini. Udara dingin NY membuatku ingin menambah satu lagi jaket atau memasuki ruangan yang hangat.

"sir, i looking for book of NYC, could i read this book today or i can get it?" tanyaku pada seorang penjaga perpustakaan, sangat ramah dan menunjukan tempat sejarah New York, entahlah aku senang melihat buku yang ingin sekali aku raih.

Aku memutuskan untuk membacanya disini, bagiku cukup sepi untuk aku usahakan menyelesaikan buku dan mencatat bagian terpenting.
Pertanyaannya, mengapa aku ingin sekali membaca buku tentang New York, atau aku ingin menjelajahi New York, itu semua keinginan mu ska, kamu tahu betul bagaimana New York, kamu ingin bermalam disini, kamu ingin menyantap coklat panas atau udara dingin yang membuatmu ingin meraih jaket.

   🌯

"qil kata aqsa, kemaren dia liat haikal jalan sama cewe" kata adin saat aku menemaninya dikantin
"ska? tau darimana dia? kenapa gak ngomong langsung sama gue?" jawabku dan adin hanya menggelengkan kepala
"aqila aqsa jangan dimarahin" teriak adin, aku memutuskan menemui ska sekarang juga
"kalo lo gasuka, gausah nyebar yang aneh aneh tentang ical" ska berdiri melepas buku itu, sejarah tentang New York
"qil?"
"gausah sok manis ska, gasuka gue sama cara lo kek gini" aku langsung pergi, namun ska menarik tanganku dan ingin menjelaskan
"gue bakal buktiin omongan gue qil" saat ska banyak bicara menjelaskan aku hanya terdiam, tanpa senyum aku pergi dari ska siang itu.

Kala itu aku menangis, ska menganggap ical tak sama seperti apa yang aku rasa juga. Ical penyebab jantungku berdetak beda pertama kali, namun ska baru berpendapat beda dengan ku tentang ical. Adin menenangkanku, tapi adin juga membenarkan yang diucap ska, aku butuh ical untuk membenarkan kalau ucapan sahabat ku tak benar dan tak buatku sakit.

sekiranya, hampir.  [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang