Prologue

31 1 0
                                    

30 September 2018 06:10, 4 hari setelah wisuda.

Hape berdering .......

"Ah sudah pagi." Kataku yang masih berselimut di ranjang sambil melihat jam di ujung handphone.

Aku masih rebahan memandangi sekitar, ya ini bukan kamarku tapi kamarnya, kamar Vero. Akhirnya aku bangun, merapikan kasur lalu duduk di kursi depan meja belajar. Kembali ku buka buku diary di depanku yang semalam telah aku khatamkan, cukup tebal seperti buku novel yang ada di sampingnya. Novel kesukaan nya yang selalu ia ceritakan padaku hingga aku hampir hafal setiap dialog didalamnya, novel yang ia baca beribu kali.

Akupun menutup diary itu dan ku pandangi sekitar, namun pandangan ku tak teralihkan dari sebuah box kardus yang bertumpuk di dekat pintu. Kardus yang berisi beberapa buku, satunya berisi kumpulan figura, dan ada juga yang berisi pakaian pakaian. Semalam aku membantu ayahnya untuk membersihkan semua ornamen yang ada di kamar ini. Katanya buku dan pakaian ini akan di sumbangkan, sementara 2 buku yang ada di meja serta pajangan lain akan diletakkan di gudang. Aku kembali membuka kardus yang berisi figura, foto foto dia bersama keluarga, teman dan bersamaku. Aku tak ada niatan untuk mengambil foto kami berdua, bagiku mungkin aku harus melewati cobaan ini karena sebelumnya aku sudah melewatinya. Aku harus lebih kuat. Kuputuskan untuk mengembalikan foto itu ke kardus. Akupun keluar kamar dan akan pergi wudhu kemudian sholat.

"Zefan, sudah bangun pagi begini." Sambut seorang yang keluar dari kamar sebelah.

"Sudah tante, ini saya mau wudhu kemudian sholat." Jawabku padanya.

"Oh iya, pake aja kamarnya Vero. Butuh tikar atau semacam nya ?"

"Oh gak usah tante, saya sudah bawa sajadah dan sarung sekalian. Ada di tas."

"Yaudah tante kebawah dulu ya, nyiapin sarapan buat kalian. Nanti kita pagi-pagi berangkat ke pemakaman umum."

"Ya tante."

Akupun segera ke kamar mandi dan kembali ke kamar untuk sholat. Setelahnya aku merapikan alat sholat, seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok tok
"Fan, dah bangun. Mau gak lari pagi bareng gue ?" Teriak seorang dari luar.

"Bentar..." Kataku.

"Iya kak, ada apa ?" Kataku setelah membuka pintu.

"Lari lari yuk, bareng aku. Dekat kok."

"Duh, aku gak bawa celana olahraga kak." Jawabku.

"Aku pinjamin, bentar ku ambilin."

Setelah berganti dengan celana olahraga milik Kak Rey, kami pun mulai berangkat lari-lari. Kamipun sedikit berbincang tentang Vero.

"Vero juga sering lari lari kak ?" Tanyaku mengawali.

"Dia tuh mana tahan ngelakuin ginian, pernah dia lari lari sama keluarga tapi pas nemuin stand makanan favoritnya ia langsung alesan lapar." Jawab kak rey.

"Hahaha.... Jadi kek gitu."

"Terus kamu sekarang gimana ?"

"Ya masih kayak gini kak."

"Ohhh...... " kamipun melanjutkan lari-lari kami dan jam 7 kami kembali ke rumah.

Sesampainya aku kembali kerumah, aku istirahat sebentar dan mandi setelahnya. Setelah itu aku, kak rey, tante dan om sarapan bareng, suasana sarapan tampak beda tanpa Vero. Tapi kami mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Setelah makan aku kembali ke kamar untuk berganti pakaian hitam. Sebelum aku pergi, aku memandangi kamar itu untuk terakhir kalinya. Aku pun menuju ke bawah sambil membawa tas, dan menemui om.

"Pak, nanti saya aja yang bawa mobil. Pak sopir nunggu di rumah saja." Kata om pada supir.

"Baik pak." Kata pak supir.

Itu adalah supir yang selalu nganterin Vero dan aku kemanapun Vero mau.

"Eh fan, udah siap ?" Sapa nya menyadariku sedari tadi berdiri di depan rumah.

"Sudah om." Jawabku

"Kenapa bawa tas ? Udah mau pulang ?" Tanya nya.

"Iya om, sudah pesan tiket pulang kemaren."

"Kenapa buru-buru, kamu disini agak lama juga om gak keberatan."

"Justru saya yang merepotkan om, saya juga masih punya beberapa urusan di kampus."

"Ya udah, tapi sering-sering main kesini tapi. Walau dah gak ada Vero, tapi kamu masih saya anggap bagian dari keluarga ini."

"Terima kasih banyak om, kalau ada waktu luang saya sempatkan berkunjung."

"Bentar ya, kita nunggu tante sama rey dulu."

"Iya om ga pa pa." Sahutku dan meletakkan tas ku di bagasi mobil.

Setelah semua siap kami berangkat ke toko bunga terlebih dahulu untuk membeli bunga, kami membeli beberapa buket bunga. Sesampainya kami di pemakaman umum, kami langsung menuju sebuah makam yang sudah tidak asing bagi kami.

Batu nisan berbentuk salib, yang di bawahnya bertuliskan :

Veronica Alviea
03 April 1995
12 Juni 2016

><><><><><><><><><><><><><><><><

You will be loved
One day again
You will hear
The words

Rhiannon Johanna

Can We Do This All The Time ? [Postponed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon