Kacau.

846 76 92
                                    

Brugh...

"aw." Ringis gua kesakitan setelah gua merasa dipukul seseorang.

Pertama gua membuka mata, mata gua langsung tertuju pada tatapan tajam Adira mengarah kearah gua. Gua sedikit bingung lalu duduk menghadap kearahnya.

"kenapa?" tanya gua lemas.

"siapa lo?"

Gua tercengang mendengar ucapannya yang terdengar sengit dan sangat menyakitkan.

Tangan gua memeriksa keningnya yang terasa hangat, kemudian ditepisnya dengan kasar, tatapannya benar-benar menakutkan, sungguh.!

"kamu kenapa sih, Ra?"

"lo siapa? Kenapa lo tidur sama gua? Lo mau perkosa gua?"

"kamu ngomong apaan sih? Aku, Alee. suami kamu."

"suami? Kapan gua nikahnya. Jangan ngaku-ngaku deh lo."

"lo lagi ngerjain gua?" ucap gua.

"ngerjain lo? buat apa? Penting banget ngerjain lo."

"ada yang gak beres nih sama otak lo."

"otak lo tuh yang gak beres." Balasnya lebih sengit.

Gua menghela nafas kasar. Gua kembali menatapnya yang masih menatap gua sengit.

"mandi sana, kita ke dokter." Ucap gua sambil mengusap kepalanya lembut.

"gak usah pegang-pegang kepala gua deh, songong banget lo." ucapnya dengan menepis tangan gua kasar.

"yaudah sana mandi duluan." Ucap gua.

"gak usah sok merintah-merintah deh, lo pikir lo siapa."

"gua tau lo lagi ngerjain gua, gak usah sok kasar."

"lo tuh siapa sih, kenapa lo tidur sama gua. Terus kenapa gua bisa disini? Gua siapa?"

"ADIRA!!!!"

"berisik bodoh!! Gak usah teriak."

"cepat mandi."

"siapa lo merintah-merintah gua" balasnya tajam "asal lo tau, gua gak akan nurut sama lo."

Kesabaran gua udah habis untuk hadapi leluconnya. Langsung aja gua gendong tubuhnya untuk gua ajak mandi. Adira terus berontak dengan memukul-mukul punggung gua tapi tetap gua biarkan. Saat masuk kedalam kamar mandi, langsung gua masukkan kedalam bathtub yang sudah berisi air. Setelahnya gua ajak mandi bareng.

---ALEE X ADIRA---

"lo tuh siapa sih berani-beraninya merintah gua. Kenapa lo bawa gua ke dokter? Lo pikir gua sakit? Hah!! Lo tuh yang sakit. Harusnya lo periksa kejiwaan lo."

Celotehnya tak ada hentinya sedari tadi dirumah sampai kini sudah sampai dirumah sakit. Gua membawa Adira kerumah sakit untuk mengetahui kesehatannya. Gua merasa sedang dikerjai olehnya. Seakan-akan Adira hilang ingatan, tidak ada yang diingatnya sedikitpun.

"nyonya Adira Saura, silahkan masuk."

Gua menggenggam erat tangan Adira. Walaupun Adira terus berontak tapi tetap saja gua tahan dengan menahan rasa sabar gua. Gua benar-benar bingung harus seperti apa menghadapinya.

Perubahan yang gua rasa terhadap sikap Adira adalah dia berubah sangat kasar dan pembangkang. Bukan hanya sikapnya yang kasar tetapi ucapannya sangat kasar. Gua tidak mengenali siapa didalam diri Adira.

"kenapa istri lo?"

Terdengar decakan kasar dari bibir Adira. Gua menghela nafas perlahan kemudian gua hembuskan dengan kasar.

Kembali Pulang [ENDING]Där berättelser lever. Upptäck nu