Indira dalam hati merapalkan unek-uneknya, yang tak mungkin ia sampaikan secara frontal langsung di hadapan Fabian.

"Maaf ya, Pak. Kalau Bapak enggak pelit, empat tahun saya kerja sama Bapak, tapi Bapak kok jarang kasih bonus. Kerjaan saya banyak loh."

"Ngapain kasih bonus, kalau kerjaan kamu suka enggak bener. Kamu aja sering telat ke kantor, malah kadang saya lihat kamu tidur. Lagian gaji kamu banyak, udah di atas UMR."

"Bapak, saya enggak fokus kerja atau sering telat itu kan saya kecapekan. Saya kecapekan karena bukan jadi sekretaris Bapak doang. Tapi, merangkap menjadi kacung dan babysistter. Masa urusan rumah saya juga yang nangani, urusan pasangan juga, masa saya yang harus cariin. Bapak kok semena-mena sama saya," celetuk Indira gemas.

"Saya kan percayanya sama kamu. Makanya, saya suruh kamu ini-itu, bukan mau nyiksa kamu, tapi saya itu enggak mudah percaya sama orang. Soalnya, udah banyak yang sering manfaatin saya. Cuma kamu yang tulus sama saya, meski suka ngeyel, berisik, tapi akhirnya kamu juga nurut. Pokoknya, kamu itu pegawai terbaik yang saya punya," aku Fabian tulus. Ia memang sangat mempercayai Indira. Makanya, hampir semua sifat buruk yang ada dalam dirinya, Indira tahu karena Fabian tidak pernah menutupinya, walau dia yakin seratus persen kalau dirinya orang baik dan patut mendapatkan pujian.

"Itu mah enak di Bapak. Enggak enak di saya. Bapak suka semena-mena sama saya. Gara-gara Bapak saya jomblo sampai sekarang," gerutu Indira yang mengingat setiap ia mencoba kencan, pasti gagal. Itu semua gara-gara Fabian yang selalu merocokinya dengan menghubunginya terus. Kalau tidak lelaki itu malah menyusul, merusak kencannya. Acapkali Fabian menjelek-jelekkan dirinya di hadapan teman kencannya. Mengatakan kalau Indira pemalas, suka terlambat ke kantor, jarang mandi, suka pakai pakaian yang berantakan karena bangun kesiangan, bawel, dan tukang kentut sembarangan. Padahal yang terakhir itu tidak benar. Fabian suka melebih-lebihkan.

"Ya udah, saya tanggung jawab deh. Ayo, nikah sama saya."

"Kalau saya nikah sama Bapak, pasti saya ini kerja rodi. Kerjanya jadi berlipat-lipat. Bapak itu kan bossy. Saya enggak mau jadi kacung seumur hidup."

"Ya enggaklah, kamu pasti saya perlakuin dengan baik. Saya sayangi sepenuh hati," janjinya yang entah janji palsu atau apa.

"Saya tanya dulu! Menurut Bapak saya cantik enggak?" Indira menatap Fabian lekat, penasaran dengan jawaban bosnya itu.

"Jujur, ya. Enggak sama sekali. Bentukan kamu aja kayak gini," Fabian menatap Indira dari bawah sampai atas. Benar-benar bukan seleranya. Penampilan perempuan itu terlalu old fashion, rambutnya selalu digelung, celana kedodoran yang selalu menutupi kaki jenjangnya, kacamata burung hantu juga menghiasi wajahnya. Belum lagi, kalau Indira terlambat bajunya kusut seperti tidak di setrika, wajah tanpa make up. Dan, jangan lupakan perempuan itu sering menganti hak tingginya dengan sepatu kalau terburu-buru atau merasa kakinya kesakitan, padahal Fabian selalu mengomelinya kalau menggunakan sepatu kets.

Indira ingin mengumpat begitu mendengar jawaban sang bos. Apalagi, cara Fabian yang memandangnya dengan rendah.

"Lalu, Bapak cinta enggak sama saya?"

Fabian menggeleng.

"Mohon maaf, saya benar-benar tidak bisa menerima Bapak. Soalnya yang saling mencintai saja bisa selingkuh. Apalagi, kalau Bapak enggak cinta sama saya dan di mata Bapak saya enggak menarik sama sekali. Bisa-bisa Bapak mencari wanita lain lagi. Toh Bapak tampan dan mapan," Indira beralasan selogis mungkin agar Fabian tidak memaksanya. Tanpa mencari alasan seperti itu saja, dia sudah tidak suka dengan lelaki itu karena sifat dan sikapnya.

"Saya enggak suka main gelap kayak gitu. Lagian, saya enggak selera cewek murahan yang mau dijadikan selingkuhan. Saya ini orang berkelas. Cuma orang bodoh yang memilih istri terus disakiti." Fabian mana sempat mencari selingkuhan, ia terlalu sibuk dengan kedudukannya. Makanya, ia mau cari istri yang seprofesi--yang tahu dunia bisnis itu seperti apa agar mengerti dirinya.

"Lagian ya, kalau masalah cantik itu mah gampang. Semua perempuan cantik kok pada dasarnya, cuma bisa ngerawat atau enggak. Kamu dipoles dikit nanti juga cantik, kalau kurang nanti perawatan mahal atau operasi plastik juga enggak pa-pa. Saya rela keluar uang banyak kok kalau buat bahagiain istri."

"Yakin, Pak? Bapak bakal ngeluarin uang banyak buat perawatan istri Bapak?"

"Iya," jawabnya mantap, "lagi pula, kalau punya simpanan atau selingkuhan itu juga keluar banyak uang. Biasanya yang enggak sah itu malah ngerepotin dan banyak nuntutnya. Mending ngerawat istri sendiri yang siap nemenin dan ngerawat suami dua puluh empat jam."

Indira tahu kalau lelaki seperti Fabian tidak mungkin punya selingkuhan. Dirinya hanya mencari alasan saja agar tak terjerat oleh bujukan bosnya itu.

"Sekali pelit, ya pelit. Saya tahu Bapak enggak suka main perempuan, karena  sayang uang. Bapak lebih cinta takhta dan harta daripada wanita. Ckckck...."

"Bukan gitu juga. Saya ini memang pria baik-baik dan berkelas. Main perempuan itu juga banyak buruknya. Nanti pasti ada yang terluka, orang tua saya jadi kecewa, belum lagi nanti kena penyakit mengerikan, terus buang-buang uang lagi."

Indira hanya tersenyum masam.

"Dir, apa salahnya sih suka uang?" Fabian menatap lesu Indira. Ia menunggu jawaban tapi tak kunjung dijawab. "Uang memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang. Semua orang juga suka dan butuh uang. Dir, kamu aja minta kenaikan gaji, kalau enggak suka uang, enggak mungkin, kan?"

Tbc...

Proses pemesanan novel + e book

Free tas spond + pouch selama stok masih ada.

Isi format:

Nama
Judul Buku
Jumlah
Alamat
Kode Pos
No telepon

Kirim ke 087825497438 (WA)

Kirana (Aku Bukan Simpanan)  = Rp 65.000
Romantic Drama = Rp 65.000 (Habis)
Ugly Ceo = Rp 68.000
Pernikahan Status = Rp 59.000 (Habis)
Random Wife = Rp 69.000
Romantic Hospital = Rp 65.000
Pernikahan Status = Rp 59.000 (Habis)
Random Husband = Rp 80.000 (habis)
Wanted! Ugly Wife! = Rp 63.000

Harga pdf per judul Rp 35.000
Promo 100 ribu dapat 4 judul. 150 ribu 6 judul bisa beli via pulsa

Habis baca ulang RD. Keingat kata2nya El yang bilang mau pilih Zio karena Glory pelit, terus si Glo bilang dia enggak pelit tapi hemat. Nyatanya emang hemat, tapi gak pelit, buktinya si El dimanjain. Kalau Fabian ini mah parah, dia bukan pelit lagi, tapi super pelit.

Semua yang buruk ada pada nenek-kakek, emak-bapaknya ada di Fabian. Gila hartanya Caca, pelitnya Vano, koplaknya Glory, narsisnya El. Parah😂😂😂

Random WifeWhere stories live. Discover now