Everythings Gonna Be Okay, Gundulmu!

Comincia dall'inizio
                                    

"Udah ah gombalnya. Laper nih," kata Pak Abiandra.

"Mau makan apa, Pak?" tanya Zara.

"Kamu pengennya apa?"

"Mie aja Pak. Lama ngga makan mie," jawab Zara.

"Mm.. Mi apa nih?"

"Indomie seleraku dong."

"Jangan. Ada mi yang lebih enak."

"Apa tuh?"

"Miss you so much."

*

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

*

"Dih, ngapain deh foto nyemur-nyemur gitu?" tanya Pak Abiandra sambik bermain ponselnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Dih, ngapain deh foto nyemur-nyemur gitu?" tanya Pak Abiandra sambik bermain ponselnya.

Zara berdecih, "Suka-suka saya dong Pak. Saya cantik juga."

Pak Abiandra tertawa, "Iya emang."

Kan anjir.

"Tapi ngeliatin kamu kayak gitu bawaannya pengen ngabuburit deh."

"Bapak puasa emang?" tanya Zara.

"Ngabuburit. Ngajak buru-buru merit," ucap Pak Abiandra.

Zara diam, menahan tawanya supaya tidak menyembur sekarang juga.

Pak Abiandra tuh, kali gombal ngga nanggung-nanggung. Langsung babat habis asique.

"Becanda-becanda. Jangan tegang gitu dong!" ucap Pak Abiandra disusul mengacak rambut Zara.

"By the way, Zar. Bahasa inggrisnya ngomong apa deh?" tanya Pak Abiandra.

Nah. Mulai nih. Gas terooos pantang mundurr.

"Lah, masak gitu aja ga tau, Pak."

"Kan saya guru Mat. Mana ngerti."

"Say."

"Kalau satu dua tiga dan sebangsanya apa?"

"Angka?"

"Yup. Kalau tim liga inggris kesukaan saya, apa?"

"Apa ya? MU?"

"Hmm. Kalau digabung jadi?"

Behhh. Mon maap Pak, Zara udah gede. No typu-typu kleb.

"Jaka sambung ngupas bawang, ngga nyambung yang," jawab Zara singkat. Kemudian, tawa Pak Abiandra memenuhi ruang tamu dengan tv yang masih menyala.

Padahal, dalem ati Zara ngebatin,

Biarpun alay, gombalanmu bikin mabuk kepalang shay. Ihirrr.

"Pak, saya besok disuruh ke kepsek. Bapak juga ikut?" tanya Zara.

Pak Abiandra memandang Zara sejenak. Kemudian mengangguk. "Iya. Nggak apa-apa. Palingan juga cuma dengerin orang ngomong." kekehnya santai.

Zara tertawa. "Maaf ya Pak, saya bawa Bapak ke masalah besar."

Pak Abiandra menggeleng, "Saya yang minta maaf. Karena saya kamu harus terlibat semuanya."

"Saya ngehancurin karir Bapak ya? Saya pergi aja kali ya harusnya?"

"Engga. Justru kalau kamu pergi, kamu ngehancurin saya."

"Gimana ceritanya?"

"Iya, kamu menghancurkan saya dengan perasaan rindu yang membuncah di dada."

Uhug. Uhug.
Guru sapose alay beud.

"Ih, Pak. Serius. Kenapa ngga saya aja yang pindah?" tanya Zara.

"Kamu bentar lagi ujian, Zar. Saya ngga mau ngehancurin masa depan kamu," jawab Pak Abiandra tenang.

"Kepala juga udah ngasih pilihan, saya atau bapak yang pindah?"

Pak Abiandra mengangguk.

"Terus Bapak pilih apa?" tanya Zara.

"Ya saya pilih, saya aja yang pindah," ucapnya tanpa beban.

Zara menepuk jidatnya, "Ya ampuuuun, Pak Abiandraaa!"

"Ck," decaknya. "Tenang. Semua bakal baik-baik aja kok."

Baik-baik, gundulnyes.

"Ntar saya abis dari sekolah jemput kamu, kan bisa. Malah kita bisa leluasa pacaran. Duh asiknya.. Ntar kalo pagi kamu saya anter deh. Kalo temen kamu ada sweet seventeen ajak saya aja ga masalah.." kekeh Pak Abiandra.

Ya ampun, kayaknya seneng banget gitu ya?

"Ngga capek apa, Pak?"

"Engga. Lebih capekan nahan kangen soalnya, hehehe.."

"Duh, nggak capek apa Pak gombal mulu?" tanya Zara.

Pak Abiandra tersenyum, "Mana ada capek gombal. Kalo kamu aja selalu senyum. Mana ada coba bosen liat senyum kamu?"

Hihirrrr.

"Saya yang capek Pak senyum mulu."

"Senyum dalam hati aja, saya udah tau kok."

Hmm. Ada-ada aja si bapaque.

"Hari sabtu minggu tuh kenapa libur deh Pak?"

Siapp. Azzara Maharani sudah mulai mengeluarkan samurainya nih.

"Weekend kan. Waktunya nyantai."

"Kalau sabtu sama minggu weekend, saya sama Bapak will never end bisa dong?"

Hiks.

Moga aja Pak Abiandra sama Zara ngga jodoh ya. Kasian anaknya kenyang gombalan ntar.

Ntar anaknya baru lair, bukan diadzanin tapi malah digombalin sama bapakek. Ntar bilang gini,
"Nak, kamu kalau kuliah kayaknya cocok pertanian deh. Soalnya kamu tau banget cara menyuburkan cinta papa ke kamu."

"Jangan pergi, Zar. Apapun yang terjadi nanti kalau saya pindah. Jangan pernah pergi dari sisi saya, tanpa saya minta."

Zara diam, tak menjawab.

Kenapa? Kenapa Pak Abiandra selalu menampilkan sisi egoisnya secara tak langsung? Kenapa Pak Abiandra bersikukuh untuk menggenggam semuanya disaat dia bahkan tidak tau isi hatinya?

10.11.18

AdiksiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora