Membentang

3.1K 206 13
                                    

"KEMARIN, balik jamber, Ra?" tanya Dira kepada Zara yang tengah sibuk dengan siomay nya.

Memakan kerupuknya, Zara mendongak, "Itu terus balik."

"Dianterin bang gojek dengan selamat kan?" tanya Dira lagi.

Mengangguk-angguk, Zara meminun es jeruknya sebelum mengelus dada dan berkata, "Alhamdulillah."

Zara memutuskan untuk tidak memberi tau soal kejadian kemarin. Bukan masalah apa-apa, tapi...

Entahlah, Zara juga belum tau alasan kenapa dia tidak menceritakannya kepada siapa-siapa.

Semuanya tidak seindah ekspetasinya. Itu terlalu menjijikkan dan Zara tidak suka perlakuan Pak Ganteng kemarin. Haruskah mulai sekarang dia melepas julukan Pak Ganteng dan menggantikannya dengan Pak Abiandra?

"Ra, Pak Ganteng cihuy, tuh," ucap Dira sembari mendongakkan kepalanya ke arah penjual soto.

Zara berputar 180 derajat, mengikuti arah pandangan Dira. Kemudian, sepersekian detik lamanya, mata mereka berdua bersibobrok. Sebelum rasa kesal dan jijik itu meluap dalam diri Zara, buru-buru dirinya menandaskan siomaynya buru-buru. Kemudian pergi ke kelas untuk mengerjakan PR.

*

"Ra, Ra! Besok lo jadi ngga sih ke Telkom?" tanya Ibran.

"Hah? Ngabain Bran?" tanya Zara tidak paham.

"Kan katanya lo mau download yang darker?" tanyanya dengan suara toa ala Ibran.

Anjir, asal jeplak emang ini anak kalau ngomong.

Berdiri, Zara sudah bersiap untuk mengejar Ibran. Dengan kadar kepekaan Ibran, dirinya sudah lebih dulu berlari dan menyiapkan tasnya sebagai tameng dari pukulan Zara yang memang terkenal nyess.

"Ndasmu! Lo pikir gue apaan, anjir!" sambil tertatih mengejar langkah Ibran yang lebar-lebar.

"Ra! Ra! Udah, gue capek, njir! Iyaa--iya, lo nggak mau download. Gue yang mau download, puas?" capek, Ibran membiarkan Zara menang kali ini.

Tak tinggal diam, Zara buru-buru maju mendekati Ibran dan membuat cubitan ala kepiting yang mampu membuat seorang Ibran mengeluarkan jeritan yang melengking.

"Awww, aww, ampun, Ra! Ampun!!" pintanya.

"Anjir, lo udah nginjek-nginjek harga diri gue sebagai perempuan suci, bego!" omel Zara sembari mencubit lengan Ibran.

"Ra, udah Ra! Ntar lo dilaporin mama gue ke polisi, mau? Biru semua nih, ntar. Ishhh," ringisnya.

"Bodo amat, bego!" umpatnya kesal.

"Pagi-pagi kok dua sejoli udah ribut ada apa gerangan?" tanya seseorang tiba-tiba.

Pagi? Ini siang ogeb.

Baik Ibran dan Zara kemudian menoleh ke arah Bu Betty, guru sastra di kelasnya. Di sebelahnya, ada pria dengan tinggi menjulang kisaran 180cm. Wangi parfumnya yang menguar sudah cukup untuk memberi tau siapa orang itu.

"Tau nih, Bu. Ibran gangguin terus, sebel saya," adunya. Tak mau berlama-lama, Zara berpamitan, "Ya udah ya Bu, masuk kelas dulu. Mari."

"Ati-ati, Ra. Witing tresno jalaran saka tukaran sabendino. Xixixi," kikik Bu Betty.

Xixixi. Kayak bbm anying.

AdiksiWhere stories live. Discover now