Everythings Gonna Be Okay, Gundulmu!

1.8K 125 16
                                    

Zara masih mematung di tempatnya semula. Menatap nanar punggung Pak Abiandra yang berjalan menjauhinya bersama pussy. Eh, jangan pussy namanya, ambigu. Namanya sikur aja biar imut.

Kenapa Pak Abiandra harus pindah? Zara justru merasa, kalau dirinya membawa kesialan kepada Pak Abiandra. Kedatangannya yang tanpa apa-apa, hanya bermodalkan rasa suka dan gombalan receh sereceh permen yang lima ratus dapet tiga, justru menghancurkan semuanya. Menghancurkan karir yang mati-matian Pak Abiandra bangun.

Zara tau, bukan hal mudah untuk menjadi guru di sekolahnya. Minimal S2, atau IP diatas 3,5. Bukan hal yang mudah juga bagi Pak Abiandra untuk beradaptasi di lingkungan barunya nanti. Mengingat, Pak Abiandra yang sampai saat ini juga sedikit sungkan untuk berkumpul dengan rekannya yang senior. Apalagi, yang perempuan. Mengingat guru-guru SMA Lentera yang banyakan nyinyir, banyakan komen, dan banyakan genit. Nggak cuma gurunya sih, muridnya juga.

Tersadar dari lamunannya, Zara berjalan mengekori Pak Abiandra yang berjalan ke dapur. Memberi makan sikur dengan penuh keBapakan. Kucing aja dinafkahi apalagi istrinya ntar, kiwkiw.

"Pak.." panggil Zara.

"Hmm," jawabnya singkat tanpa memandang Zara.

"Bapak... Pindah ke mana?" tanya Zara.

Pak Abiandra menoleh, memasukkan sikur ke kandangnya. Kemudian, mencuci tangannya dan masuk ke ruang tamu. Yang diikuti Zara dengan patuhnya.

"Cuma deket kok, beda kabupaten aja. Hehehe," kekehnya.

Hah? Beda kabupaten? Beda kota? Gitu?

"Hah? Ke mana tuh Pak?" tanya Zara.

"Ke kabupaten sebelah aja. Palingan sejam dari sini," jawabnya enteng.

Hah? Satu jam?

"Pak.. Terus.."

"Terus apa?"

"Terus Bapak dari sini gitu berangkatnya?" tanya Zara tak percaya.

Pak Abiandea menaikkan satu alisnya, "Kamu mau saya kos?"

"Enggak!" ucap Zara spontan. "Eh tapi ngga papa kalau Bapak mau."

Pak Abiandra menggeleng, "Engga. Takut."

"Hah? Takut apa gitu Pak? Udah gede juga?" tanya Zara heran.

"Takut kamu kangen, hehehe.."

Zara tertawa.

"Bapak kali yang kangen."

"Saya apa?"

"Yang kangen."

"Kalo kangennya diilangin, jadi apa?"

"Yang?"

"Heh? Iya yang, ada apa?" tanya Pak Abiandra tanpa dosa sambil terseyum najis.

Tujuh detik, Zara gunakan untuk berpikir. Kemudian, dia tertawa terpingkal-pingkal.

"Ya ampun Pak Abiandra.. Eh, kepanjangan ngga tuh saya panggil Pak Abiandra? Panggil sayang aja apa gimana nih?" kekeh Zara.

Pak Abiandra tersenyum, "Boleh."

Kiwkiw.

"Kayaknya saya berhasil jadi guru matematika deh, Zar," ucap Pak Abiandra, duduk di samping Zara.

"Hah? Ada indikatornya gitu, Pak?" tanya Zara penasaran.

"Kamu contohnya. Selain udah pinter kerjain tangen juga pinter bikin saya tertangen-tangen."

Ihirr. Sa ae nih bapaque. Ngeri-ngeri sedap euy.

Gombalannya Pak Abiandra tuh, basi emang. Tapi tetep bikin senyum.

AdiksiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant