Daniel adalah..

5.9K 1K 119
                                    

Bagiku Daniel adalah segalanya.

Bila aku diminta untuk menggambarkan Daniel dalam sebuah kata, maka ia adalah segalanya.

Ia adalah penyemangatku, dia adalah motivasiku dan dia juga adalah alasan aku menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dia adalah anugerah terbaik yang pernah kudapatkan. Dia adalah keberuntungan yang diberikan Tuhan untukku.

Aku tidak perlu yang lain. Daniel jauh lebih dari kata cukup.

💌


Ketimbang makan diluar ataupun mencari udara segar setelah 3 tahun tidak bertemu, Daniel lebih suka kami menghabiskan waktu didalam kamarku. Bergelung selimut, saling menatap dengan tangan bertaut.

"Aku lelah," ucapnya, dengan tatapan tidak pernah lepas dariku.

Aku mengangguk, "Aku tahu."

Daniel pun tersenyum, "Aku rindu," lanjutnya lagi dengan senyum masih terkembang.

Aku menarik nafas, jantungku berisik karenanya. "Aku tahu,-

-dan akupun begitu," sambungku.

Seolah tidak menyangka dengan apa yang ia dengar, ia pun tersentak. Lalu menjawil hidungku.

"Sudah banyak berubah," tambahnya.

Aku tersenyum lebar, aku berhasil mengungkapkannya walaupun harus menetralkan jantungku yang menggila karenanya.

"Aku ingin mencoba peruntungan lain, jangan terlalu dipikirkan, dan tidak mengapa kalau kau tidak mau menjawab. Tapi aku serius, apakah kau mau hidup bersamaku?" Tanya dan jelasnya panjang lebar.

Aku terkikik didalam hati. Ekspresi seriusnya amat lucu, belum lagi tangannya yang berada digenggamanku mendadak dingin.

Setelah sekian lama berpisah, mengerjainya sedikit tidak apa kan?

"Tidak," kuhempaskan genggaman tangannya, lalu berbalik memunggunginya dan tersenyum lebar yang pasti tidak akan terlihat olehnya.

Aku sedikit menerka, setelah penolakanku kira-kira eskpresi apa yang terpampang di wajah Daniel saat ini, sedih? Kecewa? Atau marah?

"Terlalu cepat ya? Tidak apa, aku akan menunggu."

Tubuhku membeku, kaku karena tak terpikirkan olehku ia akan melingkarkan tangannya diperutku. Memelukku dari belakang, hingga tubuh kami tidak terpisah jarak lagi.

Jantungku berdebar semakin kencang, bisa kurasakan tubuh tegapnya mengukung tubuh kurusku dan juga sejak kapan Daniel menjadi begitu tegap dan berotot?

Deru nafasnya mengenai ceruk leherku, hangat dan teratur. Aku yang berniat mengerjainya, kenapa malah diriku yang kelimpungan menghadapi sikapnya yang mendadak clingy.

Boleh dibilang, ini adalah skinship terjauh sepanjang hampir 5 tahun kami saling mengenal. Biasanya ia hanya menggenggam tanganku, pelukan yang sangat jarang, juga terakhir kali ia mengecup keningku saat kami berpisah. Jadi, apakah budaya barat sudah mempengaruhinya berbuat seberani ini?

"Kukira disana kau belajar banyak hal Niel." Bisa kurasakan suaraku bergetar, mungkin karena tenggorokanku begitu kering.

"Tentu saja, sayang," jawabnya enteng.

Oh astaga, apa katanya tadi sa-yang? Kenapa diucapkan secara langsung terasa berbeda ketimbang melalui tulisan?

"Termasuk belajar bagimana cara menakhlukan hati seseorang? Bagaimana cara membuai seseorang melalui sentuhan, begitu?" Sekuat tenaga aku menjaga nada suara, tidak boleh goyah, gemetar ataupun tidak yakin. Aku harus berhasil kali ini.

Insecure - OngNiel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang