The General's Wife Part 3 : Awal Mula [ Edited]

Start from the beginning
                                    

"Apakah kau sama sekali tidak mengingat sesuatu? Rumah ini mungkin?" Tatapan Akira tampak menyelidik dan mengancam, seolah-olah lelaki itu akan berbuat sesuatu yang jahat pada Asia kalau Asia berani-beraninya berbohong kepadanya.

Asia memandang sekeliling rumah itu, mengawasi setiap detailnya, mencari rasa familiar yang mungkin muncul di benaknya.

Tetapi tidak ditemukannya.

Dia sama sekali tidak ingat apa-apa. Seolah-olah ini baru pertama kalinya dia memasuki rumah megah ini. Tetapi tentu saja itu tidak mungkin, menilik kata-kata sang Jenderal, sepertinya dirinya tinggal di rumah ini sebelumnya.

"Tidak ada satupun yang kuingat." Asia berkata jujur, dan sepertinya jenderal Akira sudah terlatih untuk mengetahui kejujuran seseorang, sudut bibir Akira sedikit naik entah kenapa ketika mendengar jawaban Asia, dan kemudian lelaki itu melambaikan tangannya kepada seseorang disudut ruangan.

Pada saat itulah Asia baru menyadari bahwa mereka tidak sendirian di lobby utama yang besar dan megah ini. Ada dua orang perempuan setengah baya berpakaian pelayan berwarna hitam yang melangkah mendekat. Dua orang perempuan itu hampir serupa, entah karena dandanan mereka yang persis sama, baik pakaian maupun rambut mereka yang disisir kelimis kebelakang dengan cepol kecil di sana, atau memang karena wajah keduanya yang begitu mirip.

"Ini Martha dan Maira. Mereka berdua bersaudara, dan merupakan pelayan pribadimu, mereka ditugaskan di sini untuk memenuhi seluruh keperluanmu." Akira menjelaskan dengan tenang, lalu melanjutkan bertanya,

"Apakah kamar sudah disiapkan?"

Martha tampak menelan ludahnya dengan gugup, dan Asia entah kenapa memakluminya. Siapa yang tidak gugup ketika beercakap langsung dengan sang Jenderal yang melegenda kekejamannya?

"Kami sudah menyiapkan kamar putih untuk....."

"Kamarku, Martha. Kamarku." Akira menyela dengan kasar, suaranya tajam dan menyiratkan ketidak senangan yang amat sangat, hingga Asia mengernyit ketika menatap ekspresi lelaki di sebelahnya ini.

Martha tampak sedikit terkejut mendengar selaan sang jenderal, mata lebarnya menatap ke arah Asia dan sang Jenderal berganti-ganti, tampak kebingungan.

"Tetapi bukankah....." suaranya tertelan di tenggorokannya ketika menyadari bahwa sang Jenderal menatapnya dengan tatapan mata setajam pedang. Seandainya tatapan mata dapat membunuh, tentulah Martha sekarang sudah terkapar bersimbah darah terpotong oleh pedang yang tajam.

"Martha, Asia tidur di kamarku." Ulang Akira, kali ini mendesis pelan, tak terbantahkan membuat Maira menyikut pelan saudaranya, mengingatkan Martha agar tidak membantah tuannya itu.

Martha melemparkan pandangan tak terbaca ke arah Asia, sementara itu Asia membalas tatapan mata perempuan setengah baya itu dengan bingung.

Ada sedikit senyum sinis di bibir Akira ketika bergumam kepada Martha,

"Asia mengalami amnesia, dia lupa semuanya." Sang Jenderal entah kenapa tampak puas melihat wajah Martha yang langsung pucat pasi ketika mendengar kata-katanya, "Sudah tentu Isteriku akan tidur di kamarku."

***

"Apa itu kamar putih?" Dengan suara pelan Asia mempertanyakan apa yang dari tadi mengganggu benaknya. Martha tadi bilang sudah menyiapkan kamar putih untuknya.....

Mereka sekarang berada di dalam peraduan sang Jenderal, ruangan itu lagi-lagi didominasi warna cokelat dengan panel-panel kayu yang indah di dinding dan lantainya.

Berbeda dengan ruangan lainnya dinding rumah megah itu yang penuh dengan kemewahan, tirai-tirai indah, lampu-lampu kristal  berkilauan dan berbagai macam mahakarya lukisan yang berhasil diselamatkan setelah periode perang selesai, kamar sang Jenderal sendiri nampak begitu kosong.

The General's WifeWhere stories live. Discover now