Pulang

102 3 0
                                    

Tuhan masih sayang padaku.

------------



Kim Taehyung telah melewati masa kritisnya. Operasi pengangkatan 2 peluru yang bersarang ditubuhnya sukses dilakukan oleh dokter bedah di sebuah rumah sakit perbatasan. Entah bagaimana keselamatan pria itu jika sang dokter bedah telah pergi dari sana.

Sebuah jas berwarna putih tergeletak di atas meja dengan tambahan bordir nama bertuliskan 'Hong Nana (홍나나) di bagian kantong atasnya. Hong Nana adalah seorang dokter bedah berusia 28 tahun. Rasa kemanusiaan yang tinggilah yang membuatnya berada di sebuah rumah sakit kecil tak begitu jauh dari perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Sebelum itu dia juga pernah menjadi relawan di Palestina dan Afrika Selatan selama beberapa bulan. Dan hari ini adalah hari terakhirnya di rumah sakit. Malam ini dia akan kembali ke Seoul setelah menjadi relawan selama 1 bulan. Katanya akhir tahun harus di isi dengan kegiatan kemanusiaan.

"sudah mau berangkat yah dok?" tanya seorang perawat bernama Jina saat Nana keluar dari ruangannya.

"Iya, aku akan pulang untuk berkemas dan beristirahat sebentar. Aku akan berangkat ke Seoul subuh nanti. Temanku akan datang untuk menjemputku."

"ahh, aku ingin memberitahukan jika pasien yang dioperasi tadi sudah dipindahkan ke ruang perawatan dok." ujar Jina. Mereka masih berjalan dan berbincang menuju ke arah IGD.

"dimana?" langkah kaki Nana pun terhenti.

"di ruang VIP dok."

"apa dokter ingin melihat keadaannya dulu sebelum kembali ke Seoul?" Nana tampak berpikir.

"jika saja tadi dokter benar-benar pulang maka entah apa yang terjadi dengannya."
Ya, sore tadi Nana memang berencana untuk segera pulang, beristirahat  dan mengemasi barang-barangnya setelah melakukan operasi yang memelahkan. Mungkin Tuhan sudah menakdirkannya untuk menyematkan pria malang itu.

"ayo, aku ingin mengecek keadaannya dulu. Sebentar saja."










Di depan sebuah kamar rawat VIP terdapat beberapa pemuda berseragam tentara juga komandan yang tadi mengantar korban penembakan ke rumah sakit.

"terima kasih dok. Kau menyelamatkan nyawaku." ujar sang komandan diikuti hormat dari pasukannya.

Nyawa siapa yang paman ini maksud?

Pria tua itu masih saja membicarakan hal yang aneh sejak pertama memasuki rumah sakit ini. Seolah-olah nyawa pria yang dioperasinya adalah sebagian dari nyawanya. Toh sekarang dia masih sehat dan mampu menjabat tangan Nana begitu erat.

"Iya paman, sudah tugasku untuk berusaha menyelamatkan pasienku."

"kalau begitu saya masuk dulu."

"Iya silahkan. Periksalah dengan baik."

Di dalam ruang VIP yang besar itu terbaringlah seorang pria dengan pakaian rumah sakit dan segala alat medis lainnya. Hidung dan mulutnya ditutupi dengan  nebulizer (alat bantu pernapasan) tak lupa pula pasien monitor untuk mengetahui kondisi sang pasien dengan real mengelurkan bunyi khas namun tetap stabil. Dia baik-baik saja.

Nana mengeluarkan stetoskop dari kantong sisi kanan jas putih kebanggaannya, lalu memasangnya di kedua telinga selagi mengarahkan benda bulat itu di dada sang pasien. Tangannya bisa merasakan lilitan kain kasa yang membalut dada lapangnya.

Mata dengan bulu lentik itu terpejam merasakan irama jantung dari si pasien yang bersahutan di telinga kiri dan kanannya. Indah.

"hiduplah dengan baik." ucapnya sebelum kembali memasukkan stetoskop ke dalam sakunya. Namun gadis itu masih berdiri di sana, di sisi sebelah kanan pasien bernama Kim Taehyung itu.

"kau punya hidung yang sangat mancung." itu sebuah pernyataan, tidak berniat memuji pria yang hampir saja tewas itu. Dia tidak tahu jelas jika hidung itu memang benar-benar mancung atau hanya efek dari nebulizer-nya saja. Tapi bibirnya telah terlanjur melontarkan gumaman memuji wajah sang tentara.

Nana memandanginya. Entah dorongan darimana hingga jari-jarinya bergerak begitu  nekat menyingkirkan serpihan kain kasa di rambutnya. Rambut itu tidaklah panjang karena dia yang seorang tentara, harus rapi dan sesuai aturan. Mungkin dia akan kelihatan lebih tampan dengan rambut yang tumbuh lebat.

"Baiklah, aku harus pulang. Mungkin kita bisa bertemu lagi jika Tuhan mengizinkan."

"Cepatlah sadar."


"Annyeong."

Nana pun pergi meninggalkan ruangan itu. Dia sungguh tidak bisa berlama-lama di sana karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan dia harus mempersiapkan kepulangannya ke Seoul. Jika dia telat maka bisa dipastikan perjalanan pulangnya akan dipenuhi dengan ceramah dari bebek hidupnya.

Sementara itu, si pria lemah yang baru menjalani operasi beberapa jam lalu tak mampu bergerak atau sekedar bergumam saat seorang gadis berpakaian dokter dengan rambut yang dikuncir berdiri di dekatnya. Matanya pun masih terasa sangat berat. Gadis itu hanya mampu dilihatnya dari sisi samping itu pun tak terlalu jelas. Kabur.

Matanya kembali menutup saat mendengar suara pintu yang ditutup. Gadis itu sudah pergi. Di atas tangan pria itu terdapat jarum dan selang infus yang terpasang rapi juga sesuatu yang berwarna biru langit, lembut, bersulam bunga sakura merah muda dan bertuliskan "Hong Na2 (홍나2)"








___TBC___

PRINCE WANTWhere stories live. Discover now