Our Red String~4 (Edited)

Start from the beginning
                                        

" Hm.. Aku menyukai orang lain dan juga ku rasa dia lebih baik dengan yang lain.."Ucap Jaemin.

"Jadi kau tidak menyukainya?"

"Bukan begitu.. masalahnya dia itu cowok sama sepertiku!"Ucap Jaemin agak geram.

" Lalu kenapa? Dia takdirmu, seharusnya tidak ada yang salah dari itu."Ucap Ten santai, lalu ia meletakkan tangannya diatas meja, Jaemin sedari tadi memperhatikannya, ada yang menjanggal. Dia tidak memiliki benang merah milik Ten?

"Uhm.. Ten-ssi Bagaimana bisa kau tidak punya benang merah?" Tanya Jaemin.

Ten tersenyum kecut sembari melihat kelingkingnya, "Mungkin ini adalah kutukan turun temurun dari keluargaku karena keluarga ku adalah pemutus benang merah takdir" Jelas Ten yang dibalas 'Oh' ria dari Jaemin.

"Ngomong-ngomong.. kau jadi mau memutuskannya?" Tanya Ten.

"Jaemin-ssi.. Kalau kau mau, berarti kau telah melanggar hukum takdir, bisa saja kau tidak akan bertemu dengan takdirmu sempai kau mati. Atau malah, kau akan mendapatkan yang lebih buruk dari ini. Apa kau tidak masalah?"
Tanya Ten lagi.

"Aku ingin mencari pasanganku sesuai yang ku inginkan, bukan karena benang itu.. Dia juga menyukai ku hanya karena benang merah itu. Bukankah itu tidak adil jika terus berlanjut?

Dia orang yang baik, ramah, sopan, disukai semua orang. Aku tidak pernah bertemu orang seperti dia, dan ku rasa ia lebih pantas jika dengan yang lain," Jelas Jaemin.

Ten mengangkat bahunya, "Aku tidak pernah mengerti tentang persaan orang yang sesungguhnya." Ucap Ten menyondorkan sebuah gunting bergagang kaca yang sangat indah, sangat berbeda dengan gunting biasa.

"Apa ini?"

"Gunting untuk memutuskannya, biasanya aku yang akan memotongnya tapi ini lain cerita karena kau dapat melihat benangmu sendiri," Jelas Ten.

"Tapi aku tidak dapat memegang benangnya," Ucap Jaemin.

"Ah.. Kau benar. Kemarikan tanganmu," Jaemin pun mengulurkan tangannya. Ten pun menjabat tangan Jaemin.

"Baiklah aku pergi dulu!" Ucap Ten beranjak dari duduknya.

"Hei, kau serius ini tak apa?" Tanya Jaemin.

"Ya, kau bukan tipe orang yang suka membawa kabur barang orang lain, Tapi ingat.. pastikan kau menatap matanya ketika kau memutuskan benang itu. Hubungi aku lagi jika sudah selesai oke? Bye!" Ucap Ten lalu benar benar pergi dari hadapan Jaemin.

Jaemin menyentuh benang nya, Ia terus menatap benangnya itu.. entah kenapa perasaanya seperti tercampur aduk.

"Akhirnya, Aku akan bebas dari benang ini." Gumam Jaemin.

***

"Jeno-ya! Apa kau ada waktu nanti siang?" Tanya Jaemin.

"Huh? Jaemin-Sunbae! Tentu saja! Huah.. aku sangat senang Sunbae mau mengajakku keluar.." Ucap Jeno dengan semangat hingga lagi lagi matanya nyipit berbentuk bulan sabit.

"Akan ku tunggu habis makan siang di ruang club!" Ujar Jaemin.

"Baik Sunbae! Dada!" Ucap Jeno ceria lalu pergi meninggalkan Jaemin.

"Ku mohon jangan pasang raut bahagia seperti itu.. setelah benang ini putus.. aku tidak akan bisa lagi melihatnya." Gumam Jaemin sambil melihat Kejarah Jeno yang berjalan meninggalkan dirinya hingga akhirnya ia menghilang dari pandangan.

Jam makan siang.

Jeno kini sudah sampai di ruang club, ia membuka pintu perlahan.

"Sunbae.. maaf membuatmu menunggu." Ucap Jeno memasuki ruang club dengan wajah yang benar-benar ceria.

"Tidak apa, kau baru saja selesai kelaskan? Aku memanggilmu karena ada sesuatu yang ku ingin katakan."

Jaemin mengeluarkan gunting yang kemarin diberikan oleh Ten perlahan. Tangan Jaemin bergetar, jantungnya berdetak tak karuan, nafasnya agak tersenggal. Entah kenapa ia merasa sangat gugup.

" Soal perasaanmu, maaf.. sampai sekarang aku masih belum dapat membalasnya,"Tepat setelahnya Jaemin memotong benangnya, setelah melihat mata Jeno sepersekian detik, ia memalingkan wajahnya.

"Kau tau.. aku memang berkata kau boleh saja menyukai ku tapi maaf.. aku harap sekarang kau berhenti sebelum kau menyesal, banyak orang yang lebih cocok dari pada aku ya kan—?"

Ucapan Jaemin terhenti ketika ia menatap Jeno, wajah ceria yang tadi menghiasi wajah laki-laki tampan itu kini terganti dengan air mata.

"Hei.. ini bukan sesuatu yang perlu ditangisi kan?" Tanya Jaemin.

"I-ini aneh.. ia tak mau berhenti.. ha ha ha.. sunggu aku baik-baik saja.. tolong tinggalkan aku sendiri" Ucap Jeno menyeka kasar air matanya yang tak kunjung berhenti.

Jaemin pun menuruti permintaan Jeno, ia beranjak dari dari duduknya lalu berjalan menuju pintu dan keluar.

Jaemin menjatukan dirinya dibalik pintu, kakinya terasa begitu lemas, kepalanya pun terasa pusing, dadanya semakin sesak, dan nafasnya pun semakin memburu.

"Eh.. ada apa dengan ku? Kenapa aku menangis? Aku telah berhasil.. Tapi mengapa aku menangis? Mengapa rasanya sakit sekali?" Gumamnya menyeka air matanya yang tak berhenti keluar.

.

.

.

TBC

.

.

.

Huehehehe.. berhubung lagi ada waktu luang.. btw ini keknya bakal end 2 chap lagi.. hehehe.. semoga suka ya..

*Edited*
Hy gaes! Aku mutusin buat ganti Lucas disini menjadi Ten ya! Bcs.. I'll make a story about him. Hehe.. Wait for it! 😊

Our Red String (Nomin)Where stories live. Discover now