Typo-typo bertebaran.. smg sider semakin berkurang!
Sudah beberapa hari sejak kejadian hari itu, Jaemin berusaha bersikap biasa saja dengan Jeno.
"Jaemin-Sunbae!"
"Oh.. Jeno.. Ada apa? Apa kancingmu copot lagi?" Tanya Jaemin.
"Iya.. eh, enggak.. Aku hanya ingin memanggil Sunbae ketika ku menyadari kalau Sunbae ada disini," Ucap Jeno lalu tersenyum hingga kedua matanya berbentuk bulan sabit.. eye smilenya.. benar benar imut
*Deg deg..
"Sialan.. apa-apaan ini dengan jantungku? Apa aku kena serangan jantung.. rasanya senyumnya menyesakkan.. tunggu, jangan bilang.. akh.. efek dari benang merah itu!" Batin jaemin sambil memegang dadanya yang berdebar begitu cepat, ia tak menyadari kalau wajahnya sudah berubah semerah tomat.
"Sunbae? Kau tidak apa? Wajahmu memerah.. apa kau demam?" Tany Jeno khawatir lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Jaemin untuk memastikan Jaemin baik baik saja.
"Aku baik-baik saja! Disini terlalu panas aku pergi dulu!" Ucap Jaemin lalu kabur secepat kilat dari hadapan Jeno.
***
Jaemin sedari tadi masih memikirkan cara untuk memutus benang merahnya itu. sambil meneguk jus peachnya ia pun mulai menjelajahi dunia internet, walau pun itu sama sekali tak masuk akal.
"Eh? Ketemu!"Gumam Jaemin setelah ia menemukan sebuah web. Tapi entah kenapa ini terasa sedikit mencurigakan.. memangnya bagaimana caranya orang mengubah takdirnya?
Ah, masa bodo. Kita tidak akan tau jika belum mencoba.
.
.
.
Keesokan harinya
" Jaemin-ssi? Hai, saya Chittaphon Leechaiyapornkul, panggil saja Ten. " Ucap seseorang bertubuh mungil sambil berjalan ke arah Jaemin.
"Ha-Halo.. Saya Na Jaemin." Ucap Jaemin gugup, ia merasa tidak yakin dengan orang ini. Penampilannya agak nyentrik dengan ala-ala bad boy, dan entah ada berapa piercing yang ada pada telinganya.
"Uwah.. Sepertinya kau meragukanku? Terlihat dari tatapanmu itu—
"Tu-tunggu disitu! Jangan pergi, akan ku buktikan! Hm.. bagaimana ya?" Pikir Ten berusaha mencegah yang hendak Jaemin kabur.
"Aha!" Ten kemudian memegang benang merah Jaemin dengan tangannya. Mata Jaemin terbelalak, sungguh! Bahkan dirinya tidak pernah bisa menyentuhnya.
"Kau dapat menyentuhnya?!" Ucap Jaemin tidak percaya, ia kembali mendekat ke arah Ten.
"Kau percaya sekarang?" Tanya Ten tersenyum miring.
.
.
.
Jaemin dan Ten kini berada dicafe yang tidak jauh dari tempat mereka bertemu tadi.
"Jadi, ceritakan apa yang membuatmu ingin memutuskan takdirmu?"Tanya Ten memulai pembicaraan pokok.
YOU ARE READING
Our Red String (Nomin)
FanfictionBenang merah takdir, benang yang menghubungkan kedua insan dalam satu takdir yang sama. Jaemin memiliki keistimewaan untuk melihatnya dan kini ia bertemu takdirnya. Bagaimana jika takdirnya tidak sesuai seperti yang ia harapkan? Bisakah ia menerima...
