"Kau dipecat!" ujar Yunho dengan lantang, membuat semua murid club sepakbola menatap Yunho tak percaya - begitu pula dengan Junsu.

"Apa salahku?" tanya Junsu. Ia bersumpah demi apapun, ia merasa sakit hati karena dipecat secara tiba-tiba oleh muridnya sendiri. Aku tekankan sekali lagi MURIDNYA SENDIRI.

"Tentu saja karena membuat dongsaengku pingsan! Cepat kemasi barang-barangmu! Dan kalian semua bawa Yoochun ke UKS tanpa lecet sedikit pun!" perintah Yunho dengan nada penekanan dan seolah tak peduli dengan tatapan sinis yang dikirimkan Junsu untuknya.

Dengan langkah cepat dan khawatir aku segera menuju atap dimana tempat itu selalu aku jadikan tempat untuk bertemu Jaejoong. Hari ini perasaan ku sedang kesal dan kalut. Aku harap dengan bertemu Jaejoong, aku bisa lebih baik. Hanya dia satu-satunya yang bisa menenangkanmu.

"Hiks"

Aku mengerutkan keningku saat mendengar suara isak tangis seseorang.

'Mungkinkah Jaejoong menangis? Tapi kenapa?' aku terus menerka-nerka hingga akhirnya dugaan ku benar. Jaejoong tengah memeluk kedua lututnya seraya menangis. Hati ku benar-benar sakit melihatnya seperti itu.

"Joongie~a" panggilku dan dengan cepat Jaejoong memelukku dan membenamkan wajahnya didadaku. Beruntung aku masih bisa menopang tubuhnya yang besar, kalo tidak, pasti kami berdua sama-sama terjatuh.

"Hiks Hiks. Kim-nim. Hiks hiks.." isakan Jaejoong membuat hatiku bertambah perih. Well, hari ini adalah hari yang buruk rupanya untuk kami berdua. Kubalas pelukannya lalu mengelus punggungnya - berusaha menenangkan.

"Waeyo Joongie? hmm?" tanyaku seraya mengecup puncak kepalanya.

"A-apa joongie menjijikan? hiks hiks.." hatiku mencelos saat ia menanyakan hal itu.

"Aniyo~ Siapa yang bilang Joongie menjijikan? Biar Kim-nim jitak kepalanya.."

"Hiks hiks. Semua orang. Hiks. Apa gendut itu menjijikan? hiks hiks.."

"Jangan dengarkan mereka ne? Joongie itu cantik.."

"Jinnjja?" Jaejoong mendongakan wajahnya kearahku - neomu kyeopta. Aku mengangguk antusias dan senyuman manisnya mulai terlukis diwajahnya.

'Teruslah tersenyum Joongie~ senyummu membuat hatiku damai' batinku.

"Ne! Mulai sekarang aku tak akan medengarkan perkataan mereka. Aku akan terus mendengarkan kata-kata Kim-nim!" ucapnya ceria.

"Good!"

CHU~

Ku kecup pipi kanan Jaejoong dan membuat seburat merah merona terlukis diwajahnya. Ah! Benar-benar manis dan cantik. Aku menarik Jaejoong agar duduk didepanku seperti biasa. Kupeluk tubuhnya dari belakang. Entah kenapa aku malah jatuh cinta terhadap namja cantik nan polos ini. Meski ia gendut tapi menurutku ia sangat cantik. Sifat polos dan baik hatinya lah yang membuat hatiku benar-benar simpatik padanya.

"Kim-nim.." panggilnya.

"Waeyo?"

"Pernahkah Kim-nim jatuh cinta?" tanya Jaejoong.

"tentu saja.." jawabku lalu ia berbalik kebelakang - menghadap kearahku - matanya berbinar melihatku.

"Jinjja? Rasanya seperti apa?" tanyanya dengan tampang polos.

"Rasanya? hmm, ini terasa lebih menajubkan daripada kau berhasil mencetak gol dipertandingan world cup atau kau berhasil menang undian lotre. Saat kau jatuh cinta kau akan merasa seperti ingin selalu disampingnya dan melihatnya tersenyum, bahkan kau akan rela mengorbankan apapun demi dirinya. Dan disini.." aku meletakkan tangannya didadaku.

I'M FAT SO WHY?Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon