CHAPTER - 01

188 15 0
                                    

Alena hampir saja terlambat datang ke kantor karena semalaman dirinya bangun kesiangan. Setelah magang selama satu setengah tahun saat ini Alena sudah berhasil masuk ke dalam tim utama bagian perencanaan dan tentu saja itu di dukung kerja keras Alena. Rapat pagi ini berjalan tidak terlalu baik karena wakil direktur bagian keuangan yaitu Lee Hwa Shin yang terkenal sebagai diktaktor sedang tidak bermood baik dan mendebat semua orang.

"Sepertinya pak Lee sedang PMS," Bisik Fani rekan se-tim Alena.

"Sttt," Tegur Paul si ketua tim utama.

Rapat berakhir dengan Lee Hwa Shin yang keluar paling awal. Semua orang menghela nafas lega begitu pria itu keluar. Semua orang mulai berkomentar ini dan itu sembari membereskan berkas mereka masing-masing begitu juga dengan Alena. Hanya saja Alena memilih untuk bungkam dan tidak berkomentar.

"Eh, berkas ini punya Pak Lee." Kata seorang staff.

"Wah kalau begitu cepat antarkan!" Seru Fani.

"Tapi aku takut," Balas staff itu.

Semua orang saling pandang. Jelas tidak ada yang mau bertemu dengan Lee Hwa Shin saat ini. Tetapi berkas itu bisa jadi sumber masalah baru jika tidak segera di antarkan kepada pemiliknya. Manajer perencanaan mengambil alih berkas itu dan semua orang terlihat lega tapi tiba-tiba berkas itu di sodorkan pada Alena.

"Cuma kamu yang bisa meluluhkan hati para atasan." Kata Pak Bimo sembari tersenyum "Kalau kamu berhasil maka aku yakin promosimu bakal lebih cepat."

"Tapi..." Alena bermaksud menolak tetapi Pak Bimo kembali menyela.

"Alena, kamu dari keluarga Bramajaya dan aku rasa kamu punya jiwa yang kuat!" imbuhnya.

Alena berdecak "Baik pak." Kata Alena mengambil dokumen itu dan mendapat tepuk tangan dari rekan-rekannya.

Ini bukan pertama kalinya dirinya harus berhadapan dengan Lee Hwa Shin. Tetapi saat-saat seperti ini menurut Alena bukanlah saat yang tepat. Alena mempercepat langkahnya menuju lift begitu keluar dari ruang rapat. Ruagan Lee Hwa Shin berada di lantai 5 dan rapatnya di adakan di lantai perencana ya itu lantai 3. Meski engan Alena pun menekan tombol berukir angka lima.

Ting.

Pintu lift terbuka dan suasana suram langsung terasa saat Alena keluar dari lift. Semua orang Nampak sibuk dan jelas Lee Hwa Shin pasti juga sudah memarahi mereka. Alena berbelok ke kiri menuju ruangan di sisi timur dengan tulisan wakil direktur keuangan di pintunya. Alena mengetuk pintu itu perlahan tapi tidak ada jawaban. Akhirnya Alena mendorong pintu itu perlahan dan ia terkejut saat tiba-tiba ada yang bergerak kasar di dinding dekat pintu yang sedikit terbuka.

Alena melebarkan matanya melihat pemandangan di hadapannya. Sungguh Alena berharap apa yang dilihatnya tidaklah nyata tapi itu nyata. Alena buru-buru menutup pintu ruangan manajer keuangan tersebut, gadis itu benar-benar merasa tidak nyaman dan masih syok bahkan ia tidak sadar sudah menutup pintu dengan keras.

"Ada apa Alena?" Tanya seorang staff keuangan.

"Ah... tidak...aku... aku mau menyerahkan berkas pada Pak Lee," Jawab Alena mencoba tersenyum sampai staff itu pergi.

Brak.

Pintu terbuka kasar dan seorang pemuda yang cukup tampan keluar. Pemuda itu bertatapan dengan Alena dan terlihat begitu terluka. Alena buru-buru memalingkan wajahnya sampai pemuda itu pergi. Mata Alena kembali bergerak ke pintu ruangan Lee Hwa Shin, sungguh Alena tidak menyangka akan melihat kejadian itu. Tiba-tiba pintu kembali terbuka dengan kasar dan membuat Alena terkejut melihat sosok Lee Hwa Shin.

"Jadi tadi itu kamu?" Tanya Lee Hwa Shin.

"Saya mau menyerahkan berkas." Kata Alena cepat sembari menyodorkan berkas dengan salah satu tangannya.

Like A DramaWhere stories live. Discover now