"Gak bisa jawab pertanyaan saya, Taehyung?"

Intimidasi. Bunda Jungkook terlalu pintar mainin perasaannya, juga keadaan. Sialan.

"Jungkook, beresin meja makan. Besok antar Taehyung pulang."

Dua langkah tinggal meja makan, Jungkook bahkan hilang harapan. Matanya berkaca-kaca.

"Mungkin saya gak tau malu, masih disini biar pun saya tau saya udah positif ditolak."

Bunda Jungkook berhenti jalan.

"Sesama jenis, tapi siapa yang peduli? Maaf lancang, tapi Jungkook perlu bahagia. Saya sanggup, masalah materi saya wajib usaha. Nikah gak melulu soal sex, bukannya begitu?"

Bundanya masih belakangi Taehyung dan Jungkook.

"Betul keluarga saya gak harmonis, saya tersinggung tadi. Tapi toh gak apa, kalau pun iya diterima, abis ini Bunda jadi keluarga saya juga."

"Bun, maaf kalo saya banyak omong. Tapi saya serius sama Jungkook. Saya belum pernah rasain rumah kaya apa yang saya rasain setiap saya sama anak Bunda. Keluarga saya ga mampu kasih saya itu, mereka asing."

Jeda sebentar. Dan Taehyung hampir nangis buat ucapin yang satu ini.

"Bahkan..." Taehyung hela napas. Tatap punggung Bunda Jungkook yang dibalut cardigan peach buat Taehyung berkaca-kaca.

"Bahkan malam ini, saya rasain Bunda saya waktu saya makan disini." Taehyung hela napas, "Bunda Taehyung di surga, sama persis kaya Bunda Jungkook disini."

Jungkook jelas jadi satu-satunya yang nangis. Umpat pelan, bahkan disituasi begini dia gak bisa buka suara buat bela Taehyung.

"Bunda gak seharusnya lepas Jungkook, Bunda gak seharusnya gila kerja, itu yang saya tau. Ini lancang, jelas. Tapi saya harus bilang, alasan Jungkook rusak bukan saya, tapi Bunda sendiri."

Jungkook bahkan gak nafas buat beberapa detik, Taehyung seberani itu.

"Di satu sisi, Bunda persis Bunda saya. Di sisi lain, Bunda persis Ayah saya. Kasih sayang gak harus diukur pakai materi, karena persetan sama uang... saya, juga Jungkook, cuma mau perhatian kalian."

"Kami butuh bahagia sama orang terdekat kami masing-masing."

Ini diluar perkiraan Jungkook. Semua keluh kesahnya Taehyung ungkap sekarang. Kalimat yang bahkan dari dulu Jungkook gak berani bilang.

"Saya butuh anak Bunda, anak Bunda juga butuh saya. Sebrengsek apa pun saya, anak Bunda selalu bisa jadi pawang. Saya pensiun brengsek."

"Jadi.. Bunda, kalo emang Bunda gak terima saya—"

"Besok Jungkook pulang sama kamu, Taehyung. Urusan pernikahan Bunda gak mau repot, kalian harus mandiri. Setelah nikah, Bunda gak mau tau kalian harus punya pekerjaan."

Hening.

"Jangan buat anak Bunda nangis. Kamu yang tau cara buat dia bahagia, lebih dari Bundanya sendiri, Taehyung."

Taehyung bahkan duduk lemas di kursi makan, sambil tatap punggung Bunda yang menghilang di belokan koridor ruang makan.

Selesai. Ini finalnya. Dan Taehyung berhasil.

"Peluk calon suami lo, dong?"

Dan Jungkook yang nangis sambil peluk dia erat sekali buat Taehyung ketawa kencang, peduli setan Bunda dengar, karena bahagianya jelas semua orang harus tau.

Taehyung ketemu titik akhirnya, dan memang.. Jungkook yang dia temui disana.










[ R U S A K ]


wew. anak q yang keberapa ini?
akhirnya kelar. ヽ(*゚ー゚*)ノ

tq soooo much for all reader(s) and yea, also y'all pembaca gelap (͡° ͜ʖ ͡°) yang udah sempetin baca, bahkan nunggu gue sembuh dari writter block, mungkin?

SINI IH AYOK PELUK (T⌓T)

ini book paling precious kayanya, like brooOoo.. gwe selalu excited tiap nulis di book ini. ╥﹏╥

gatau si kalo ntar ada book baru (͡° ͜ʖ ͡°)

after all, gue minta kesan dan pesannya,


write here, if you want (●`・(エ)・´●)








rusak, 12.10.18 —;
selesai.

rusak › tk.Where stories live. Discover now