"AAAWWWHHHH!!" barulah Jisung menjerit dengan suara desahan yang keras.
"Shit, you're so tight, Jisung-ieeeee!" racau Minho kemudian.
Minho mulai bergerak di dalam Jisung. Tak peduli dengan suara jeritan Jisung. Tak peduli dengan suara desahan Jisung. Tak peduli dengan suara tangisan Jisung. Juga tak peduli bahwa hanya dirinyalah yang menikmati permainan ini.
Entah pada tubrukan yang keberapa, tiba-tiba saja darah merembes keluar dari lubang dubur Jisung. Membasahi selangkangan Minho dan Jisung, lalu menetes ke seprei kasur.
"Ah, ternyata gue malah membuat bokong lo semakin luka ya," gumam Minho. "Tapi sayang kalau dihentikan sekarang. Jadi bagaimana kalau permainan kita lanjutkan sampai selesai?"
Kemudian Minho mempercepat laju temponya dan semakin menggila.
"AAAAAKKKKHHH―"
Jisung berteriak kesakitan, sementara Minho berteriak keenakan.
Minho bergerak maju-mundur. Terus menubruk selangkangan Jisung tanpa ampun. Bahkan kini tangannya mulai mengocok burung Jisung lagi yang terabaikan, sementara tangan lainnya menahan pinggang Jisung yang dia hentakkan berkali-kali.
Minho tak peduli dengan gelengan kepala Jisung. Tak peduli dengan jeritan Jisung yang terdengar semakin kesakitan. Juga tak peduli dengan tangisan Jisung yang semakin keras. Dia hanya peduli dengan kenikmatan yang terjadi pada tubuhnya.
Sementara di bawah sana, Jisung juga semakin menggila. Rasa sakit dan sensasi aneh pada selangkangannya juga menggila. Tapi bukan rasa nikmat yang ada, melainkan rasa kecewa, rasa sakit, dan juga rasa benci pada kakaknya yang telah menjebol lubangnya yang sedang terluka akibat kedua teman bajingannya.
"Gue sampaaaaiiii, Jisung-ieeee―AAAHHHH!!"
"aaaAAAAAaaaaaAAAkkkKKKHhhhh!!"
Tepat saat itu, Jisung berteriak keras-keras saat merasakan bagian bawahnya meledak. Cairan yang keluar dari burungnya membanjiri perutnya. Sementara bokongnya terasa penuh sekaligus sakit di saat yang bersamaan.
Tubuh Minho ambruk di atas tubuh Jisung dengan napas terengah-engah usai mencapai klimaks. Tapi dia malah terkekeh karena merasa puas telah menikmati permainan ini. Benar kata Hyunjin, segala yang ada pada Jisung saat permainan berlangsung benar-benar membuatnya ketagihan. Membuatnya semakin menggila dan ingin menikmatinya terus-menerus.
Kepala Minho kini mendongak, menatap wajah Jisung yang kini dipenuhi oleh linangan air mata. Wajahnya langsung berubah mengiba, lalu dia merangkak mendekati wajah itu.
"Hey, kenapa menangis?" tanya Minho dengan suara mengiba yang terdengar lembut.
Bibir Minho kemudian bergerak untuk menghapus air mata yang membasahi seluruh wajah Jisung. Menjilatinya dengan penuh sensual, hingga akhirnya dia tiba pada bibir cowok itu.
Minho memejamkan mata saat mencumbu bibir penuh itu. Ketika dia hendak menikmati betapa lembutnya bibir itu dengan mata tertutup, tiba-tiba saja dia merasakan pipinya basah oleh air yang mengalir.
Bukan, bukan air mata miliknya, tetapi, milik Jisung.
Refleks Minho membuka mata. Dan tepat di depan matanya, tanpa jarak sama sekali, dia melihat sendiri bagaimana likuid bening itu mengalir keluar dari pelupuk mata Jisung lalu turun dengan perlahan melewati pipi yang sebelumnya sudah basah itu; basah oleh air mata, peluh, maupun air liur Minho.
Sontak, Minho terpekur. Dia menegakkan badan dan menarik diri menjauh dari tubuh Jisung yang tergolek pasrah di atas kasur.
OOPS! APA YANG BARU SAJA DIA LAKUKAN?!
Jisung pun melakukan hal yang sama. Tepat ketika tubuh Minho menyingkir darinya, dia langsung menegakkan tubuhnya, terduduk, lalu bergerak mundur hingga punggungnya menabrak tembok. Dia meringkuk, menutupi selangkangan dan lubang duburnya yang berdarah menggunakan tangannya yang masih terikat, lalu kembali terisak di sana sebelum melempar sorot ketakutan pada Minho.
Kembali, Minho terpekur. Tubuhnya merosot ke lantai dengan mata terbelalak. Benar-benar baru tersadar atas kehilangan kendalinya barusan.
DEMI TUHAN, APA YANG BARU SAJA DIA LAKUKAN PADA ADIK KANDUNGNYA SENDIRI?!
"J-Jisung..." Minho merangkak mendekat, hendak menyentuh adiknya yang tampak rapuh itu.
Namun sayang, Jisung menolaknya. Dia semakin merapatkan tubuhnya ke tembok sambil melemparkan sorot ketakutan itu dalam matanya.
Punggung Minho bersandar pada ujung kasur. Jarinya mengacak rambut dengan frustrasi.
"Ma-maaf," Minho berkata monolog.
Dia merasa hancur karena telah menyakiti adiknya sendiri. Entah kenapa semuanya telah menjadi buram sejak dia mengobati luka di lubang dubur Jisung dan mendengar suara desahan tertahan adiknya itu hingga akhirnya dia kehilangan kendali.
Sementara itu di belakangnya, Jisung masih merapatkan diri pada tembok dengan tubuh meringkuk. Kemeja tidur yang dipakainya tidak jauh berbeda seperti hatinya saat itu; berantakan dan hancur berkeping-keping.
Akibat pelecehan seksual dari seorang Lee Minho, kakak kandungnya sendiri.
AUTO TOBAT SETELAH NULIS CHAPTER INI T___T
I feel so bad for my little cutie Han in this story, i'm so sorry baby :'(
Tolong banget jangan asal judge cerita ini dulu karena ada adegan yang seperti ini ya, guys. Semuanya akan ada alasan dan penjelasan kenapa aku nulis begini. Dan untuk adegan yang kayak gini udah gak akan kalian temui lagi di chapter-chapter berikutnya, jadi nggak usah khawatir, ini adalah yang terakhir. Makasih pengertiannya :")
YOU ARE READING
[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔
FanfictionOops! (Minho x Jisung x Felix version) [18+] BOY X BOY AREA! YANG NGGAK SUKA YAOI MINGGAT DARI SINI!!
9. Oops! [M]
Start from the beginning
![[1] Oops! (Minsunglix Version) ✔](https://img.wattpad.com/cover/164116871-64-k552178.jpg)