"Oh, gue lupa lo belum pernah ketemu dia." Ando menatap lekat Bunny Cupcakes itu dan tersenyum. "Ini beneran bisa dimakan?"

"Kalau gak dimakan juga gak papa, biar gue semprot pake formalin supaya awet." Ia tak tahu kenapa kesal akan ucapan Ando barusan. "Ada apa kesini?"

Ando menggigit kuping Bunny itu tanpa mempedulikan tatapan heran Lista. "Kuenya enak banget. Bikin sendiri?"

"Kak Erika sebenarnya yang bikin. Gue cuman bantu sedikit. " Lista membayangkan kak Erika kini sibuk bereksperimen untuk resep terbaru, membiarkan seisi rumah menjadi semakin montok seperti ayam disuntik hormon. "Semakin stress saat kuliah, makin enak kue yang dia bikin."

Lista spontan menghapus whipped cream yang tertinggal di pipi kiri Ando. "Enak banget, yah?"

"Apapun yang lo lakukan saat bikin kue," Ia menggeleng saat Lista terlihat berusaha meralat ucapannya. "Walau cuman naroh hiasan di atas kue, itu tetap enak."

"Receh banget ucapan lo, Sumpah." Ia memilih meminum Orange Juice buatannya untuk menyamarkan rona pada wajahnya. "Jangan mimpi gue bakal terpesona terus berakhir memuja lo mati - matian  kayak ratusan mantan lo."

Ando hanya mengangkat bahu sambil menatap Lista. Sorot mata unik itu selalu sukses membuatnya terdiam dan tak tahu harus berkata apa dalam sepersekian detik. Seolah hatinya sedang bersujud akan kecantikan cewek ini. "Ayo kita ke pantai."

Kenapa harus pantai? Bukannya ia tak suka akan Pantai pribadi Ando yang sangat indah dan tenang itu, namun perjalanan yang ditempuh cukup jauh hingga ia harus pulang cukup larut saat terakhir kesana, membuatnya berdoa khusyuk dalam hati agar tiba dirumah dengan Selamat tanpa  terjadi hal apapun, serta Ando tak berbuat hal aneh - aneh padanya. Ia masih tak bisa percaya sepenuhnya pada cowok bermata arang ini.  "Disini aja gimana? Gazebo gue gitu?"

"Gue lagi pengen sendiri."

"Kalau gitu lo aja berangkat sendiri."

"Lista..." Ando menghapus sisa tepung di pipi kiri Lista, menikmati sorot terkejut dari sepasang bola mata unik itu, merasakan ketenangan familiar setiap bersama Lista. "Gue butuh lo."

"Kenapa harus gue?"

"Mungkin karna kehadiran lo," Ia menggenggam tangan Lista, berharap agar sepasang tangan lembut itu tak menjauh. "Bikin gue gak perlu berpikir aneh - aneh?"

Ia merasa Ando sedang menyembunyikan sesuatu dibalik sorot mata kelam yang memandangnya tanpa kedip. Jengah, ia memutuskan untuk berpaling sambil berusaha terpukau pada  ukiran Guci yang dibeli Mama saat berada di China beberapa tahun lalu. "Lo aneh."

"Itu yang gue alami sekarang sejak kenal ama lo." Ia mengikuti arah tatapan Lista, lalu menatap gadis itu balik. "Jadi, mau temenin gue sebentar? Please?"


***


"Jadi, Papah gue baru saja meninggal tadi pagi."

Lista hampir saja memuncratkan air mineral yang diteguknya setengah saat mendengar kabar tak terduga itu. Inikah alasannya Ando diam saja selama perjalanan?  "Gue berduka mendengarnya."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Be Yours?! DAMN!Where stories live. Discover now