Baca selengkapnya. Klik https://muslim.or.id/402-berandai-andai-dalam-timbangan-tauhid.html
"Iyakah?" Aku menatap abah penasaran.
Abah hanya mengangguk.
"Astaghfirullah, ampuni dosa kaka ya Allah." Kataku mengadahkan tangan memohon ampun.
"Emang mikirin apa sih ka. Sampai berandai-andai gitu. Apalagi abah denger soal siapa. Emang siapa yang kaka sebut. Dokter Azlan ya?" Goda abah menaik turunkan alisnya ke arahku.
"Ihh apaan sih abah. Nggak usah sok tahu deh bah." Aku memilih membuang muka menghindari tatapan abah.
"Kan kamu ngomongin sendiri. Mau pakai hijab kalau udah ketemu jodoh."
"Itu dulu bah. Kalau sekarang alasan kaka pakai khimar kayak gini ya karena Allah. Ngapain gara-gara cowok kaka berubah. Kalau yang kayak gitu berarti kaka nggak ikhlas."
Abah hanya manggut-manggut, ngikutin boneka di dashboard mobil bang Aries.
"Terus kamu mikirin apa?"
"Ehmm, nggak mikirin apa-apa sih bah. Cuman kemarin Ipeh cerita kalau dia di jodohin."
"Terus kaka iri? Pengin di jodohin juga?"
"Nggak lah bah. Emang jaman Siti Nurbaya apa di jodoh-jodohin gitu." Elakku.
"Kirain. Kalau mau sih nanti abah cariin calon suami buat kamu deh."
"Siapa bah?" Aku memegang lengan abah penasaran.
"Tadi bilangnya nggak mau. Sekarang malah penasaran pengin tahu." Abah mencubit hidung mungilku.
Bibirku langsung berubah mode jadi cemberut.
"Kalaupun nanti ada seorang laki-laki datang buat lamar kamu. Abah nggak akan sembarangan terima. Dia harus masuk kriteria yang abah inginkan. Baru abah terima dia jadi suami cucu abah."
"Emang kriterianya apa bah?"
"Kaya, keturunan, ganteng, dan agamanya. Tapi sih pokoknya ya agamanya." Ujar abah.
"Kalau di pikir-pikir yang abah ucapin ini kayak kaka pernah denger deh." Aku menerawang mengingat di mana aku mendengar soal perkara ini.
Abah hanya cekikikan, kemudian membacakan salah satu hadits.
"Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung.” (HR Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi dalam kitabnya dari sahabat Abu Hurairah ra)"
"Tuh kan bener. Abah copy paste."
"Apaan tuh Ka? Kok kopi sama pastel (jajanan) di bawa-bawa. Abah cuman tahu kopi item, kopi manis, kopi susu sama kopi luwak. Pastel juga bunda kamu pinter bikinnya. Kalau kopi pastel di warkopnya mang Kumis ada nggak Ka? Abah pengin nyoba nih."
Sontak aku langsung menepuk jidat. Gaptek kayaknya si abah. Nggak tahu soal copy paste. Lah iya copy, C O P Y dianggap minuman yang berwarna item gitu.
"Copy Paste itu dari bahasa inggris abah. Copy, c o p y artinya menyalin. Kalau paste, p a s t e artinya tempel. Jadi arti copy paste menyalin dan menempel atau meletakkan suatu data ke tempat yang di inginkan. Istilahnya sih kayak tadi abah cuman nyalin aja hadits tadi ke pembicaraan kita."
"Ouh gitu ya, abah kira minuman sama makanan hehehe." Abah terkekeh geli.
Aku hanya berdecak dan menggelengkan kepala.
"Jadi gimana Ka. Kamu mau abah nyariin calon suami buat kamu."
Aku buru-buru melambaikan tangan menolak ide abah.
"Lah kenapa? Dari pada kamu berandai-andai nggak jelas. Mending abah pastiin aja sama jodoh pilihan abah."
"Pokoknya nggak bah. Kaka belum siap. Kaka pengin persiapin diri dulu, biar punya jodoh yang baik. Bukan asal comot."
"Terus kapan Kaka siapnya?"
"Kaka nggak mau langkahin abang Aries dan bang Igo. Lagian jodoh kan cerminan diri, kalau kita pengin jodoh yang baik ya kita harus baikin diri dulu."
"Baik nggaknya seseorang bisa di pelajari bareng-bareng Ka. Apalagi nanti kalau punya suami yang baik dan bisa bimbing Kaka jadi lebih baik. Bukannya itu lebih baik?" Abah menatapku, membuatku memikirkan benar-benar perkataan abah.
"Siapa bah yang mau nikah sama Kaka?" Kini aku lebih memilih memelankan suara dan menunduk.
"Insya Allah ada kak. Allah kan udah menulis siapa jodoh Kaka semenjak dunia ini belum tercipta. Dan soal Ayah." Abah menjeda perkataannya, sepertinya abah tahu yang jadi pokok permasalahan kenapa aku hanya bisa berandai-andai soal jodohku.
"Lupakan masalah yang membuatmu benci sama ayah. Karena cuman cara itu Ka, buat kamu bisa memaafkan kesalahannya. Kalau kamu mengungkit-ungkit terus bukannya memaafkan tapi kamu malah semakin membencinya. Ayah kamu orang baik Ka, nanti di waktu yang tepat kamu akan tahu alasannya kenapa dia meninggalkan kamu dan bunda."
Aku hanya mematung mendengar perkataan abah yang lembut di telingaku. Sebuah wejangan yang selalu abah ucapkan ketika aku mulai memikirkan tentang sosok ayah buatku.
Apa kali ini aku mengikuti perkataan abah aja. Dari pada aku terus hidup dengan dendam di hati seperti ini.
Ayah itu ayah kandungku, bukan orang lain. Darahnya mengalir di tubuhku. Sampai mati dan sampai ketika Allah memanggilku di padang mahsyar, nama ayah yang selalu mengikutiku. Bukan nama abah atau bunda. Dan sampai kapanpun dia teteplah ayahku. Kalau aku terus seperti ini, aku bakalan jadi anak durhaka. Aku nggak mau. Nggak mau di cap sebagai anak durhaka.
"Ayah maafin Kaka..." batinku menangis.
"Udah malem lebih baik tidur ya Ka." Pamit abah beranjak meninggalkanku seorang diri.
Aku hanya mengangguk. Dan kembali melamun.
"Kak masuk. Itu di belakang kamu hati-hati!" Setengah teriak dengan suara ketakutan abah mengingatkanku untuk segera masuk rumah.
Aku langsung bergegas mengeluarkan kaki dari dalam kolam ikan. Dan buru-buru berlari memasuki rumah, saking takutnya. Sampai lupa pakai sandal dan menendang sebungkus makanan ikan koi yang langsung nyemplung ke kolam.
Dari dalam rumah terdengar abah tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku yang kalang kabut ketakutan. Abah juga pakai bilang hati-hati, aku kira ada apaan di belakangku. Nggak taunya nggak ada apa-apa. Bikin shock aja nih abah, udah tahu cucunya lagi nglamun malah di takut-takutin.
Memasuki kamar wajahku masih cemberut gara-gara di kerjain abah. Walaupun abah sudah menenangkan aku kalau nggak ada apa-apa. Tapi rasa terkejutku saat abah bilang "hati-hati di belakangku' masih belum hilang.
Gini nih punya kakek yang demen banget nggodain cucunya. Bikin spot jantung aja.
YOU ARE READING
Asheeqa (SUDAH TERBIT)
SpiritualPesan via shopee aepublishing Aku tidak pernah tahu, Aku pun tak ingin mengetahuinya. Yang aku tahu, aku mengenal sosoknya pada diri orang lain. Tanpa pernah aku merasakan kehadirannya di sampingku. Dan ini,,,, membuatku sulit berdamai dengan kehi...
Asheeqa 23
Start from the beginning
