Epilog

872 118 37
                                    



.

.

The essential part of happiness is you don't ask for more. You are in a state called enough that you don't want anything better

.

.

Alunan musik pengiring yang terdengar romantis, mengiringi langkah pelan Jiyeon yang tengah berjalan dengan mengapit lengan sang Ayah. Jalan setapak yang di lapisi karpet merah dengan taburan bunga mawar putih, menjadi penuntun menuju masa depan-nya. Senyum tak lepas dari bibir tipis yang di poles dengan lipstik berwarna rose pink, yang tampak pas dengan riasan sederhananya.

Jiyeon menahan senyum agar tak terlalu lebar. Di balik cadar transparan itu, matanya berkeliling – melirik kanan kiri untuk melihat sebera banyak tamu undangan yang menghadiri upacara pernikahannya. Dapat di lihat, senyum bahagia menghiasi wajah-wajah yang telah di poles sedemikian rupa untuk datang ke acaranya. Jiyeon tentu saja bahagia.

Keluarganya duduk melingkar di meja paling depan. Ibu, Ayah dan kedua adik kembarnya lengkap dengan pacar masing-masing, atau khusus untuk Jihoon hanya sebatas teman kencan sehari – mungkin. Lalu, keluarga Myungsoo juga tampak di sana. Tak terkecuali Haeryung yang terlihat cantik dengan gaun putih karya salah satu designer kenamaan. Dengan senyum tipis, calon adik iparnya tersebut tampak berkaca-kaca memandangnya.

Hubungannya dengan Haeryung tidak bisa di katakan dekat, setelah melalui pembicaraan panjang yang menguras emosi. Gadis itu memang telah merelakan Myungsoo untuknya, baik sebagai lelaki ataupun saudara. Mereka telah berbaikan, namun tak menjamin akan bisa berhubungan baik kedepannya. Mungkin sekedar sapa tak menjadi soal, tapi tidak untuk menjadi saling mengakrabkan diri.

Kembali pada acara pernikahannya. Jiyeon memfokuskan tatapannya pada lelaki yang telah menunggunya di ujung altar. Tuxedo gitam yang sangat pas membalut tubuh sang calin suami. Tak lupa, senyum andalan yang mampu mengalihkan fokus para wanita – mempesona.

Tiba di hadapan sang lelaki, Ayah Jiyeon menyerahkan sang puti pada Kim Myungsoo di sertai dengan beberapa kalimat yang intinya untuk selalu menjaga putri sulungnya tersebut. Acara di lanjutkan dengan sumpah janji suci oleh kedua mempelai dan rangkaian acara lainnya. Hingga prosesi selesai, sang bintang utama akhirnya menyingkir.

Myungsoo membawa Jiyeon menuju kamar yang telah di sediakan pihak hotel untuk pasangan pengantin. Sejenak, mengagumi kecantikan gadis yang telah sah menjadi istrinya tersebut dengan memeluk gadis itu dari belakang – tepat di depan cermin besar. Menatap penuh kebahagiaan pantulan diri mereka.

" Pestanya masih beberapa jam lagi, apa kita harus melanjutkan yang tertunda di apartment waktu itu?! " Ujar Myungsoo tersenyum jahil.

" Ckk enak saja. Aku tidak mau tampil jelek di pesta pernikahanku nanti "

" Kenapa making love bisa membuatmu tampil jelek? " Bingung sang lelaki.

" Aku ragu kau tidak akan meninggalkan bekas apapun di tubuhku jika kita melakukannya sekarang. Lagipula, pasti tidak nyaman berjalan kesana kemari dengan nyeri di pangkal paha 'kan "

Entah kenapa, pembicaraan frontal seperti ini tak lagi membuat keduanya canggung. Sebenarnya, bukan pertama kali Myungsoo menyinggung tentang hubungan intim bersama Jiyeon. Setelah ciuman panas di apartment kala itu, Myungsoo semakin gencar merayu sang tunangan untuk mau bermain dengannya. Terlebih, hubungan mereka telah mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga. Sayang, Jiyeon terlalu kuat untuk luluh dalam godaannya.

Story Of Us ( ON HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang