•Chapter 2

40 18 2
                                    

"Dasar babi!!! Terpesona matamu!!!" Kao mulai emosi dengan perkataan orang itu.

"Wo... Slow mbak." katanya dengan santai dan senyuman.

Di tengah panasnya hawa di sekitar Kao, ibu Inna datang dan melihat Kao dengan sinis.

"Kao. Ngapain kamu berdiri di depan pintu? Duduk sana!" perintah Inna.

"Iya bu." balas Kao dengan malas.

Suasana kembali tenang. Terlihat wajah malas Kao yang harus bertatap muka dengan guru paling menyebalkan dan cowok yang juga sama menyebalkannya.

"Kao, langsung ke intinya saja. Perkenalkan, dia Kai Hagios. Dia siswa baru di kelasmu. Karena itu-.." belum selesai Inna bicara, perkataannya di potong begitu saja oleh Kao.

"Sebentar bu!. Siswa baru?! Kenapa siswa barunya nggak di kenalin di kelas malah di awetin di sini?!" tanya Kao.

"Kamu ini kebiasaan!! Nggak sopan banget ada guru lagi ngomong dengerin ampe selesai!!!! Lagian ini bukan drama tv dimana ada anak baru di kenalin di depan kelas trus akhirnya pada jatuh cinta, rebutan trus ada kejahatan!." bentak Inna.

"Iya iya. Maap deh."

"Haah. Seperti yang tadi saya bilang. Kao, kamu ini anaknya tuan Chaster kan?" tanya Inna di sertai anggukan Kao.

"Lalu, apa hubungannya ama saya, bu? Kenal aja kagak." kata Kao

"Mulai sekarang Kai akan jadi mentor belajarmu."

"What the fuck!!!!! Maksudnya?!!!!" Seakan kena sambaran petir, Kao kaget hingga tubuhnya kaku.

"Kao!! Omonganmu tolong di jaga!!! Haah... Kai. Harap maklum saja ya. Kamu sekarang sudah tau sifatnya. Semoga kamu bisa membimbingnya jadi lebih baik lagi. Ibu sangat berharap padamu."

"Ibu Inna!!! Kenapa ibu melakukan ini?!!!" tanya Kao memastikan.

"Ini karena kamu anak paling bermasalah di sekolah!!! Kamu suka bikin onar dan nilaimu buruk sekali!! Ibu cuma ingin menyembuhkan otak usang kamu itu!!!" kata Inna setengah emosi.

"Tapi kenapa harus dia!!!!" Kao juga tak kalah emosi dan menunjuk ke arah Kai yang sedari tadi senyum dan mengamati pertengkaran kecil mereka.

"Kai ini anak yang paling berprestasi di sekolahnya. Jadi berhubung dia pindah disini, ibu ingin Kai yang menyembuhkan otakmu. Karena ibu yakin kalau tidak ada lagi siswa disini yang mampu melakukannya." jelas Inna.

"Tapi bu-!!!"

"Stop. Berhenti bicara. Ibu tidak mau mendengar apapun lagi darimu. Lagipula orang tuamu yang ada di New Zeeland sudah setuju. Sekarang kembali ke kelas, dan bawa Kai bersamamu juga." perintah Inna absolut.

"Cih" Kao pergi dengan mulut komat-kamit bak mbah dukun.

"Ayo. Tunjukkan kelasnya padaku." Kai mengimbangi langkah Kao dan terus tersenyum.

Kao yang merasa diperhatikan itu pun langsung angkat bicara.

"Huh. Dasar orang aneh. Ngapain senyum-senyum gitu??? Gila ya???" tanya Kao ketus.

"Nama kamu Kao ya? Hampir sama dengan namaku ya." kata Kai.

"Napa? Nggak suka lu?"

"Bukan. Aku cuma ngerasa kita emang ditakdirkan ketemu gini ya."

Deg.

Kao berhenti dan diam mematung. Dia menggenggam tangannya dengan erat.

"Kamu kenapa diam saja?" tanya Kai dengan bego.

"Kenapa..... lu bilang gitu?"

Kai sedikit menerka-nerka. Dia sedikit bingung dengan apa yang ditanyakan Kao. Dia pun tersenyum.

"Karena............... Aku udah suka sama kamu sejak pandang pertama." jawabnya santai kayak di pantai.

Deg. Deg. Deg.

Tiba-tiba jantung Kao terpacu dengan cepat. Dia ingin sekali marah. Wajahnya sudah merah padam.

"Bacot!!! Gampang banget lu bilang gitu!!" Kao sedang menahan amarahnya.

"Meskipun kamu kasar.... Tapi ntah kenapa aku masih tetap suka ya?"

"Berisik bangsat!!!! Gue mau duluan!! Lu kalo mau tau kelasnya, tanya aja ke satpam brengsek di depan!! Jangan ngikutin gue!!!" kata-kata kasar meluncur mulus pada Kai.

Saat Kao pergi menghilang, dari kejauhan, Kai menatap Kao dengan sendu. Senyum simpulnya menghilang.

"Aku masih bingung dengannya. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang ku inginkan. Itu pasti!" Kai tersenyum kembali dan mengikuti jejak Kao yang sudah menghilang.

-&-

•VASSAGO•

01/10/2018

KAO(RI) [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora