[Misterious Man]

314 38 78
                                    

Malam ini pemandangannya sangat indah. Langit begitu cerah menampilkan milyaran bintang yang berkilauan. Bulan purnama juga terlihat begitu memukau. Susan merasa begitu hidup dan bergairah disaat seperti ini. Ia paling suka memandangi langit malam sejak kecil.

Dimalam saat semua warga di desanya terlelap dalam mimpi indah mereka, Susan lebih memilih bersantai di hamparan padang rumput menikmati pemandangan bintang. Memang benar, ia bisa menikmati pemandangannya cukup dari jendela rumahnya saja, hanya saja, rasanya lebih hidup bila menikmati semua ini di tempat terbuka. Udara lembab, hawa dingin, harmoni yang diciptakan para nokturnal, semua sangat disukainya.

Susan mempunyai tempat favorit. Di padang rumput yang luas ini, ada sebuah pohon cedar yang cukup rimbun. Ia selalu mengikat kudanya dan bersantai dibawah pohon tersebut. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan berbaring disini.

"Sudah kuduga kau disini," didekatnya, datang seorang pria dengan rambut keemasan yang bermain ria ditiup semilir saat kuda putihnya berhenti disertai ringkikan kecil.

Reinhard Diastrea. Teman dari masa kecilnya. Kalau dia disini berarti Ibu Susan tahu kalau putrinya lagi-lagi menyusup sendirian di malam hari. Rei adalah salah satu prajurit kerajaan. Hanya saja sekarang ia sedang dalam masa cuti. Di desa, ia sering berkeliling untuk sekedar berjaga-jaga. Desa kecil seperti ini tentu sangat rawan dari serangan bandit, apalagi di malam hari. Ibunya pasti memintanya untuk mencari Susan. Padahal selama ini Susan selalu baik-baik saja. Hal ini tentu membuatnya kesal. Bagaimana tidak, temannya itu akan membopong paksa dirinya seperti seorang anak kecil kalau dia menolak.

"Tunggu sebentar lagi, pemandangan malam ini sangat indah," balas sang gadis dengan suara yang lembut itu.

"Kau biacara apa, aku justru mau bergabung menikmati pemandangan malam ini," Rei ikut menali kudanya. Kemudian ia bergabung bersama Susan, berbaring memandangi langit malam.

"Tumben kau mau melakukan hal tidak penting seperti ini?" tanya Susan yang berbaring disampingnya.

"Siapa bilang, santai seperti ini juga penting bagi seorang kesatria. Kami juga manusia, kami bukan mesin petarung yang selalu siap melaksanakan perintah setiap saat."

Susan tersenyum. Sudah lama ia tak menghabiskan waktu bersama teman masa kecilnya ini. Sejak menjadi prajurit kerajaan tiga tahun lalu, mereka sudah jarang bermain bersama. Padahal dulu, orang-orang di desa sering memanggil mereka sepasang kekasih.

"Kapan kau kembali?" Susan membuka pertanyaan yang memecah keheningan saat itu.

"Sebenarnya tiga hari lagi, tapi aku mendapat pesan dari kerajaan untuk kembali besok. Mungkin sedang ada hal penting di ibukota."

"Jadi, kita akan berjumpa lagi tahun depan," nada suaranya mengisyaratkan kesedihan.

"Ya begitulah, tapi tenang saja, aku tidak akan tertarik dengan gadis pelayan di istana," balas Rei sambil tertawa.

"Ih, kamu ngomong apaan sih?" Susan mencubit gemas pipi temannya itu.

"Aduduh duh, sakit! Sakit, ..." Rei tiba-tiba bangkit dan langsung mengambil pedangnya yang sebelumnya ia gantung di pelana kuda miliknya. Hal ini tentu membuat Susan bingung.

"Ada apa?" tanya Susan.

"Ssst! ada yang datang," Rei memberi isyarat siaga pada Susan. Susan ikut memperhatikan kearah yang ditunjuk Rei. Benar, Susan bisa mendengar derap langkah kuda mendekat. Samar-samar ia bisa melihat orang itu memacu kudanya dengan cepat kearah mereka. Namun ada yang aneh pada sang penunggang. Ia telungkup begitu saja diatas pelana.

"Rei! Dia ambruk!" Susan langsung berlari mendekat saat sang penunggang tersebut jatuh tersungkur dari kudanya yang masih terus berlari.

Lugica Saga : Susan AdventureWhere stories live. Discover now