Part 1: What The Hell He's Doing Here? (Revisi)

Mulai dari awal
                                    

Tapi itu hanya menimbulkan pertikaian yang lain. Wanita bernama Gwen itu langsung menamparku balik begitu melihat putri kesayanganya di tampar oleh gadis kotor sepertiku.

"Berani beraninya kamu menyentuh putriku?" bentaknya, aku tekejut dengan nada bicaranya yang semakin tinggi.

"Cukup!" ucap laki – laki yang ada disebelahku.

"Mas..."

"Dasar perempuan ja*ang!" teriak ku kesal pada wanita itu.

Dan seketika dia mendorongku dengan kuat membuatku melangkah mundur dan kemudian terhuyung – huyung jatuh dari trotoar. Laki – laki yang berdiri disebelahku mencoba menangkapku, tapi disaat yang bersamaan sebuah truk melintas dan suara tabrakan kuat terdengar.

"Papa!" teriakan itu menggema ditelingaku.

Bersamaan dengan itu aku terbangun dengan keringat membanjiri tubuhku. Nafasku memburu. Bandanku bergetar ketakutan memikirkan kejadian dalam mimpiku. Aku meneguk segelas air di atas lemari kecil di samping tempat tidur ku.

"Papa," lirihku.

Aku menekuk lutut, mendekatkannya ke arahku. Meringkuk dan memeluk diriku sekuat mungkin. Kepalaku tenggelam dalam lenganku dan isakan tangis terdengar di kamar.

Malam ini aku tak bisa tidur lagi.

***

"Nggak bisa ma... Rere nggak bisa pulang minggu ini. Kan bulan lalu Rere udah pulang buat cobain resep baru mama."

Sebagai jawaban mama merengek khas seperti anak kecil yang nggak kebagian kue. Tapi itu hanya berlangsung sebentar saat aku bilang akan bawa Raka untuk ikut pulang. Suara mama langsung berubah, menjadi nyonya-nyonya kolong melarat yang berwibawa.

Jurus paling ampuh, Raka Saveri Abel Pollitton. Musuh bebuyutan aku dan Mama.

"Tapi kan sayang sama voucher nya, kapan lagikan dapat discount 40% buat kursus disana... ayolah Re, kamu cuma perlu datang sekali habis itu biar mama yang tanganin sisanya."

"...., Rere usahain deh, tapi Rere nggak janji" jawabku setelah berfikir sebentar. "Lagian mama ada ada aja deh. Masa voucher buat kursus masak harus cantumin nama sama foto Rere. Kenapa nggak nama mama aja" lanjutku sambil menyuap nasi goreng di meja makan.

"Habisnya chef nya ganteng, mana tau nanti kecantol sama kamu," gumam mama di seberang telepon.

"Nah, pasti ada udang dibalik batu ni buat 'Insiden Voucher Masak' nya mama," jawabku sambil menyuap nasi goreng lagi.

"Makanya jangan bawa Raka pulang, nanti bisa kacau rencana mama," suara mama terdengar terlalu bersemangat di seberang telepon.

"Kayaknya ide buat bawa Raka harus aku pertimbangin deh ma, biar di bilang pasangan pengantin baru yang belajar masak, kan lebih keren."

"Rere!" teriak mama.

"Hahaha.... Iya deh, nanti malam Rere hubungi lagi ya" aku melirik jam dinding di ruang tamu.

"Mmmm... Jangan lupa makan, nanti maag kamu kambuh lagi loh. Istirahat yang cukup jangan banyak begadang. Jangan pulang dengan wajah kucel kayak bulan lalu. Mama sampai nggak bisa bedain kamu sama kain pel."

"Iya, walaupun kucel aku tetep anak mama yang paling syantik. Dah.. Rere tutup dulu ya. Bye ma. Muah," kecup ku dari seberang telepon.

Setelah panggilan telepon dari mama berakhir, aku kembali melanjutkan sarapan.

Perkenalkan, namaku Adresia Michael Polliton, kalian bisa panggil aku Adre atau Rere. Aku hanya wanita biasa dengan tinggi 160 cm. Artinya tidak ada yang spesial dariku. Anak pertama dari 2 bersaudara. Pemilik saudara paling menyebalkan yang pernah ada.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang