37. Tabungan Masih Cukup...

10.6K 549 21
                                    

"Pasien dengan nama Jessica, dimana dia?" Tanya Bryan tidak sabaran pada suster di depannya.

"Di ruang operasi, sir. Ruang operasinya di lantai dua. Lorong sebelah kiri dari lift."

"Thanks."

Bryan langsung berjalan menuju lift. Di dalam lift Caroline mengusapi bahu putranya sementar Dario meminta Gael menarik pasukan milik Joshef untuk berjaga di rumah sakit. Dario memejamkan matanya sejenak. Dia melirik putranya yang masih terlihat kalut. Dario menepuk bahu Bryan dengan kuat namun lembut.

"Dia akan baik-baik saja..." ujar Dario.

Bryan mengangguk kecil. Bryan keluar dari lift dan berjalan menuju ruang operasi. Matanya menangkap seorang gadis berparas nyaris mirip dengan gadisnya. Gadis itu jug sedikit terkejut saat melihat Bryan ada di depannya.

"Ah... Mrs., saya..." ujar gadis itu pada Caroline.

"Bahas itu nanti. Bagaimana keadaan Jessica?"

"Masih ditangani oleh Dad."

Bryan memilih duduk di salah satu kursi tunggu. Dia berdoa dalam hati agar gadisnya baik-baik saja. Semoga saja.

"Umm..."

"Hentikan saja kalau kau mau memberikan penjelasan soal rencana di otakmu itu." Ujar Bryan memutus ucapan Jesslyn.

Jesslyn terdiam dan menunduk.

"Setelah ini, Jessica ikut pulang denganku ke Kanzpia." Ujar Bryan tanpa melihat ke arah Jesslyn.

Beberapa saat kemudian, Kanato keluar dari ruang operasi bersama dua dokter lainnya. Kanato cukup terkejut melihat Bryan juga ikut datang ke Marvinia. Bryan melihat ayahnya memberi tanda agar Kanato ikut dengannya. Keempat orang itu pergi, Bryan yakin mereka akan ke kantin atau ke tempat yang lebih bisa digunakan untuk diskusi.

Bryan sendiri lebih memilih menunggui Jessica sampai gadis itu keluar dengan kondisi terbaring di atas ranjang pasien dan di dorong menuju ke rawat.

"Kalian membawanya ke kamar apa?" Tanya Bryan saat gadisnya sudah berada di dalam lift.

"Ke kamar rawat kelas tiga, sir."

"Pindahkan ke ruang VVIP."

"Tapi, sir."

Bryan melirik ke arah para perawat dan dia segera mengirim pesan pada ayahnya. Begitu pintu lift terbuka, saat itu juga seorang pria paruh baya masuk ke dalam lift dan menahan para perawat yang hendak mendorong ranjang Jessica untuk tetap di dalam lift.

"Maaf, young master. Para perawat ini, tidak tahu kalau anda putra tuan Alexander."

"Hn."

Pria yang belakangan Bryan tahu sebagai wakil kepala rumah sakit itu, menyuruh perawat membawa Jessica ke kamar VVIP. Mereka langsung menurut dan mengantarkan Bryan kesana. Mereka meninggalkan Bryan disana dan keluar dari kamar itu.

"Apa yang kamu lakukan, Baby?" Gumam Bryan pada Jessica yang masih menutup matanya.

"Lihatlah! Kamu melarikan diri dariku selama dua bulan dan memberiku kabar kamu kecelakaan seperti ini. Kamu mau membuat aku mati muda, hm?"

Bryan duduk di sisi gadisnya. Dia menggenggam tangan tirus sang gadis dengan erat.

"Pokoknya, aku akan "mengikat"mu setelah ini..." ujar Bryan.

Bryan mengulurkan tangannya membelai pipi gadisnya. Dia tersenyum kecil. Gadisnya tetap cantik meski kini mata indah itu tengah menutup rapat.

"Bryan..." panggilan itu membuat Bryan menoleh. Dia melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu.

[KDS #3] Ma Belle CibleWhere stories live. Discover now