Tujuh Belas

Mulai dari awal
                                    

Aku memperhatikan mereka lamat, sepertinya ada yang aneh dari mereka selama tiga hari aku tidak masuk kuliah. Seingatku, bukankah terakhir kali aku tahu hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja? Lalu mengapa sekarang mereka terlihat seolah tidak pernah ada masalah sedikit pun?

"Kalian udah baikan? Ko gue nggak tahu?"

"Yaiyalah De, mana bisa sih Kaela marah sama gue lama-lama. Yang ada dia nggak kuat nahan rindu sama Edward si mantan pujaan hatinya."

"Dih fitnah si lo! Kan elo yang mohon-mohon biar gue maafin."

"Eh iya juga sih. Tapi kan gue lakuin itu biar lo nggak nangis-nangis kalo sampe rindu gue Kay."

"Alibinya pinter banget ya Ed." Kaela menoyor kepala Edward yang ditanggapi dengan tawa renyah milik Ed. kalau aku perhatikan, mereka itu cocok. Eh? Kenapa jadi cocok-cocokin mereka berdua sih?

"Jadi gini De, selama lo nggak masuk tiga hari, Edward ini berkali-kali digangguin David. Dan lo tahu? Saat Ed dikeroyok sama David dan teman-temannya, Hans malah ikut gebugin Ed. Dan gue yang merasa sebagai sahabatnya Ed, tentunya nggak mau dong lihat sahabat kunyuknya mati di tangan pacar gue sendiri? Wkwkwk."

"Bukannya seneng kalo gue nggak ada? Bisa sepuasnya pacaran sama si pucet tanpa keganggu kehadiran gue?"

"Awalnya sih iya, tapi berhubung nyokap lo bakal wawancarain gue tanpa jeda iklan kalo lo mati, jadi gue lebih pilih lo jangan mati dulu. Karena gue belom siap diwawancara sama nyokap."

"Ish kalian berdua itu kalo udah akur nggak pernah bisa serius ya?"

"Nggak bisa De, karena gue cuma mau seriusin lo, nggak mau sama bocah rempong ini."

"Ed plis deh, gue lagi serius dengerin penjelasannya Kaela. Jangan bercanda terus!"

Kaela tertawa, "Aduh mas, kodenya kurang keras itu."

"Lanjutin ceritanya Kay!"

"Siap ibu negara! ...."

Tanpa ada perpotongan lagi, Kaela menceritakan kejadian-kejadian selama tiga hari ini. Banyak yang telah mereka lalui tanpaku, dan kebanyakan berhubungan dengan David. Entah itu berantem, ngerjain David, bahkan sampai mempermalukan David yang berujung pertengkaran setelah jam kuliah berakhir.

Tetapi dengan kejadian itu, justru mereka berdua bisa kembali akur, kembali gila dan kembali tidak bisa diam, dan disinilah kami sekarang. Di depan rak buku komik dan dongeng, dengan tatapan tajam beberapa pasang mata dan omelan dari mba-mba staff toko yang memergoki kami saling lempar komik. Memang teman sialan.

Dengan rasa malu yang sudah tidak bisa ditahan lagi, kami bertiga menghampiri kasir untuk membayar buku yang dibeli Kaela dengan tambahan beberapa komik yang mau tidak mau harus kita beli karena sampulnya terlihat rusak. Padahal tidak seberapa rusaknya.

Wajah malu yang sedari tadi terpasang di wajah kami, kembali terganti dengan tawa puas setelah keluar dari toko. Satu sama lain dari kami bertiga tak ada yang bisa menahan tawa mengingat malunya kejadian tadi.

***

Ketika kaki ini melangkah dengan penuh canda tawa dari pemiliknya, mataku tak sengaja menangkap sosok yang kubenci bersama seorang perempuan.

Aku memandangnya intens, dan tiba-tiba ide untuk memojokkannya kembali terlintas. Dan kali ini, akan berakhir sempurna.

Tanpa dihiraukan kedua temanku, kakiku melangkah tegap begitu saja menuju tempat lelaki itu duduk. Ia bersama seorang perempuan, dua gelas smoothy, dan satu satu posri frenchfries.

"Eh ada senior. Kok kebetulan banget ya kita bisa ketemu di sini." Ucapku menyindir David.

"Apaan si lo. Gajelas banget." Jawabnya ketus sebelum ia mengetahui bahwa Dea dan Kaela bersamaku.

"Jangan galak-galak dong senior, nanti ceweknya berkurang lho." Aku menyambar dengan tawa meledek.

Perempuan yang bersamanya terlihat mengerutkan kening. Mungkin tidak mengerti ataupin heran dengan percakapan kami.

"Nggak usah songong deh lo!" David menegakkan badannya, berdiri menghadapku, seolah ia telah siap untuk berperang.

Dea dan Kaela yang baru saja tiba di tempat ini, menghadang David untuk mendorongku.
"Ka David apaan sih! Ini tempat umum, jangan buat keributan!" Sela Kaela.

"Tau tuh, udah pacaran di tempat umum, nyari ribut pula!" Kali ini aku berharap emosi David akan benar-benar tersulut.

"Eh elo jangan sok tau ya! Dan elo yang nyari gara-gara duluan!"

"Lho! Gue cuma nyapa lo aja kak. Nggak boleh ya? Takut gue ganggu pacarnya?" Seperti tadi, ejekanku kuakhiri dengan tawa menyepelekan.

"Shit!"

Bugghh!!!

Pukulan keras David melayang tepat ke hidungku, membuat aku yang tidak siap menerimanya terhuyung ke belakang.

Diam, yang perlu aku lakukan hanyalan diam dan mengatur emosi agar tidak membalas pukulannya. Demi misi ini!

"Kak David kok kasar sih, di depan pacar dan katanya calon pacarnya ini."

"Anjing lo! Secara nggak langsung lo ngatain gua playboy!"

"Memang itu kenyataannya kan?"

Bughh!!!!

"David STOP!!! Berhenti atau gue panggil security?!"
Suara yang sedari tadi aku inginkan akhirnya terdengar. Dea.
Membuat David menghentikan kepalan tangannya tepat di depan wajahku.

"Lo nggak punya malu? Ini tempat umum! Jangan sok gentle!
Ayo Ed, kita harus cepet ke rumah sakit sebelum Harry cariin gue."

🍃🍃🍃

I'm so sory for too late update :'( :'(

Lafya guys

Al

When Psycho Fallin in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang