28

14.8K 1.4K 133
                                    

"Dokter mau pesan apa?" tanya Siwi pada Arlan yang mengamati menu dengan serius.

Arlan melihat menu Mie Ayam, Es genderuwo dan udang keju. Tiga menu itu menu kesukaan Lana. Selain itu si gendut itu juga suka nambah French fries. Pokoknya dalam sekali lahap lima jenis menu aja nggak cukup buat Lana sendirian. Sekarang Arlan jadi sedikit berhemat karena dia nggak pernah jajanin Lana lagi. Ternyata Lana itu pengeluaran terbesarnya selama ini. Syukur deh dia akhirnya putus dari cewek itu.

"Dokter."

Arlan akhirnya menoleh setelah Siwi memanggilnya untuk yang ketiga kalinya. "Eh, iya, apa?"

"Dokter pesen apa?" tanya cewek yang siap dengan pena di tangannya itu. Dia mau menulis pesanan mereka di nota order.

"Aku mau mie ayam aja, minumnya es genderuwo," kata Arlan tanpa sadar. Entah kenapa dia jadi memesan menu kesukaan mantan pacarnya itu. Padahal sebenarnya Arkan lebih suka menu nasi goreng daripada mie ayam yang porsinya sedikit itu.

Setelah menyerahkan pesanan mereka pada kasir, Arkan dan Siwi pergi melihat-lihat rak buku.

"Tempat ini oke juga ya, bisa makan sambil baca buku sepuasnya. Dokter sering main ke sini?" tanya Siwi.

"Iya, sering banget," angguk Arkan. Zaman mahasiswa dulu sepertinya hampir setiap hari dia dan Lana nongkrong di sini. Bahkan dia sampai hapal letak susunan bukunya. Arkan berhenti. sejenak saat melihat buku-buku karya Shinta DM. Ini adalah buku favorit Lana, yang akhirnya juga menjadi buku yang dia suka juga. Mereka dulu suka taruhan untuk menebak siapa pembunuhnya. Yang kalah harus traktir mie ayam.

Lana... cewek itu bagaimana kabarnya? Sudah sebulan lebih mereka putus dan sekarang mereka sudah benar-benar lost contact. Arlan berpikir. Dalam hubungan mereka ini selalu Arlan yang meminta maaf, walaupun kadang-kadang dia tidak tahu apa salahnya. Lana sama sekali tidak pernah meminta maaf padanya ataupun menghubunginya duluan saat mereka bertengkar.

Apakah sebenarnya selama ini dia yang lebih menyukai Lana? Kenapa Lana tidak pernah mencoba untuk mempertahankannya? Kenapa harus selalu dia yang mengemis-ngemis pada Lana? Arlan pernah berharap bahwa suatu hari Lana akan meneleponnya duluan. Meminta maaf atas segala tuduhannya yang tidak beralasan dan mengajaknya balikan lagi. Namun hal itu sama sekali tidak pernah terjadi.

Arlan tadi sempat mengintip instagram Lana. Cewek itu akhir-akhir ini suka memosting menu makanan. Keliatannya dia tetap bisa makan enak walaupun sudah putus dari Arlan. Sementara Arlan sudah turun berat badan hampir lima kilogram karena dia tidak nafsu makan. Gimana nggak? Setiap kali melihat makanan dia pasti teringat Lana. Karena selama sepuluh tahun hampir tidak pernah dia makan tanpa Lana di sampingnya.

Setelah putus dari Lana, dia hanya bahagia dia minggu pertama saja. Setelahnya, dia merasa bosan dan seolah ada yang hilang. Biasanya ada Lana yang duduk di bangku penonton tiap kali dia main futsal. Biasanya ada yang dia bully gendut setiap hari. Biasanya ada yang bisa diajak nonton, tapi kemarin dia malah nonton Docter Strange sendirian saja. Itu pun sepanjang film Arlan tidak bisa menikmatinya, karena dia terus membayangkan bagaimana reaksi Lana yang biasanya duduk di sebelahnya.

"Wi, aku mau merokok dulu di rooftop ya," pamit Arlan.

"Eh, iya Dokter."

Siwi terdiam melihat Arlan yang menaiki tangga menuju rooftop. Sepertinya cowok itu tidak ingin Siwi mengikutinya.

Begitu sampai di rooftop garden di atas kafe, Arkan menyalahkan batang rokok sambil menatap jalanan kota Surabaya yang masih padat padahal langit sudah mulai gelap. Arkan mengingat dia pernah berdiri di sini dengan Lana. Mereka mencoba mengambil foto ala Titanic. Norak sekali. Arlan menutup matanya dengan punggung tangan lalu bersandar di dinding.

"Ndut, aku kangen," lirihnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prajabatan Cinta [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang