24

12.6K 1.4K 75
                                    

"Kalau boleh tahu kenapa kamu pengen banget diet?" tanya Arkan. "Padahal kamu udah cantik banget loh kayak gini."

Lana mencebik jengkel. "Mulutmu manis banget ya, apa sudah lulus pelatihan merayu cewek dari Bang Reno?" tanya Lana.

Pasalnya kakak sepupu dan juga bos Arkan itu punya julukan internasional playboy. Lana dulu berkali-kali jadi korbannya ketika Arlan mengajaknya ikut arisan keluarga. Yah, Bang Reno itu emang cakep, body nya bagus, mulutnya manis, kaya raya lagi. Siapa sih yang nggak terpikat sama cowok macam itu. Ibarat lampu, Bang Reno punya cahaya 100 W gitu. Bikin mata silau banget. Lana jadi teringat bagaimana Arlan selalu mengomeli Bang Reno supaya menjauhi pacarnya. Bahkan Arlan sampai menutupi mata Lana setiap kali kakak sepupunya itu lewat. Kenangan indah itu kini membuat hatinya teriris. Arlan yang dulu sebucin itu kini sudah tidak ada lagi.

"Aku bisa lihat cermin, Ar, badanku ini jelek dan gendut. Makanya cinta Arlan juga menguap."

Arkan yang sedang mengiris-iris bawang bombay berhenti. Dia memperhatikan raut Lana yang tampak sendu. Gadis itu memang terlihat murung beberapa hari ini. Berbanding terbalik dengan adiknya yang justru lebih ceria setelah mereka putus. Arkan jadi bertanya-tanya. Apakah yang memutuskan hubungan mereka adalah Arlan? Arkan tidak dapat membayangkannya. Padahal Arkan dulu super bucin. Seolah-olah dia tidak bisa hidup tanpa Lana di sisinya.

"Aku juga capek denger orang-orang yang body shaming. Aku pengen jadi cantik lagi. Yah, walaupun nggak tahu apa dulu aku pernah cantik," kekeh Lana.

"Emang siapa yang bully kamu? Sini biar kutunjok!" ancam Arkan. Dia menyelipkan anak rambut Lana yang jatuh di telinga. "Kamu itu cantik, Lan. Coba ubah main set kamu."

Lana merasakan desiran yang aneh ketika Arkan memegang tangannya dan menggenggamnya. Sejujurnya Lana merasa risih. Apalagi wajah Arkan yang begitu mirip dengan mantannya membuat batin Lana tersiksa. Namun Lana juga tidak bisa menipis tangan itu begitu saja. Maka dia hanya diam dan bertanya-tanya apa maksud Arkan melakukan hal ini.

"Lihat tanganmu ini," kata Arkan. "Dari kecil sampai sekarang dia yang membantumu melakukan apa saja. Lihat kakimu, yang membawamu pergi ke mana pun kamu inginkan. Masa hanya karena ada lemak pada mereka lantas kamu mengatai mereka jelek. Jika mereka punya telinga mereka pasti sedih, Lan."

Lana terdiam mendengar ucapan Arkan. Dia jadi merenung sembari mengamati tangan dan kakinya yang menggendut. Benar juga, mereka tidak salah apa-apa. Tapi Lana membenci mereka hanya karena apanya gumpalan lemak. Bahkan kemarin sengaja melakukan diet ekstrem tanpa memedulikan kesehatannya sendiri.

Arkan meletakkan kedua tangannya di bahu Lana. "Jika kamu ingin diet, jika kamu ingin berubah, kamu harus menanamkan dalam dirimu kalau kamu sudah cantik dan menarik. Kamu melakukan ini karena kamu mencintai dirimu sendiri. Kamu ingin menjadi lebih sehat dan menikmati waktu yang lebih lama bersama dengan orang-orang yang kamu sayangi. Love your self first, Lana," senyum Arkan.

Perlahan sudut bibir Lana melengkung. "I love myself," ucapnya.

"Nah, kalau kamu cinta sama dirimu, kamu harus janji dari sekarang. Kamu nggak akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti dia, seperti diet ekstrem kemarin contohnya."

Lana mengangguk dengan khidmat. "Aku janji," ikrarnya.

***

Up!

Up!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prajabatan Cinta [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang