13

14.9K 1.6K 118
                                    

Berbanding terbalik dengan hatinya yang dongkol setengah mati, senyuman Lana malah terkembang. Bulik Endang selalu memamerkan statusnya sebagai anak mantu Prawirohardjo. Mulai dari cicin berlian, gelang emas, tas hermes, parfum channelnya dan masih banyak barang branded lainnya.

"Harusnya kamu itu sabar sedikit. Kok sayang banget kamu bisa putus dari cowok macam Arlan yang mau terima kamu apa adanya." Bulik Endang mengatakan hal itu sembari mengamati Lana dari atas sampai bawah. Lana jadi risih. Apa wanita itu sedang menghujat berat badannya dengan mata?

"Besok ada acara keluarga Prawirohardjo, kamu mau ikut? Barangkali keponakanku yang lain ada yang mau sama kamu."

Dahi Lana mengkerut. Seenaknya saja buleknya itu. Apa dia pikir Lana itu mobil bekas yang dipertontonkan di show room?

"Cobalah kamu itu diet sedikit. Kalau segendut itu kamu bakal susah lho dapat jodoh," ucapan menyakitkan dari buleknya itu akhirnya keluar juga.

"Inggih Bulek, Lana capek banget habis dari Surabaya, mau istirahat dulu ya, Bulek, Ibu," pamit Lana. Dia ingin segera meninggalkan tempat itu dan menuju ke kamarnya. Dia sudah tidak kuasa menahan lelehan air dari matanya. Kalau dia terus berada di sini bendungannya tidak akan tahan.

"Ya udah, kamu istirahat aja dulu Lana," ucap ibundanya sembari menepuk pundak Lana. Untung saja wanita yang melahirkannya itu mengerti.

Lana meninggalkan ibu dan buleknya dan langsung masuk ke dalam kamar. Air matanya tumpah di sana. Kenapa dia yang disalahkan ketika putus dari Arlan. Sungguh Lana juga tidak mau putus dari pria yang telah mengisi relung hatinya selama sepuluh tahun itu. Namun apa yang harus dia lakukan jika memang Arlan sudah tidak mencintainya lagi?

Lana memandangi pantulan tubuhnya di cermin kamarnya yang seukuran dengan tinggi badannya. Kini dia sudah gendut dan jelek seperti ini. Wajar saja jika cinta Arlan menghilang. Dia memang tidak bisa dibandingkan dengan Siwi yang cantik dan seksi itu.

Lana memegangi lipatan lemak yang menggelambir di bawah perutnya. Sepertinya Lana harus benar-benar berubah agar orang-orang tak meremehkan dirinya lagi.

***

Rumah sakit sedang mempersiapkan diri untuk akreditasi. Sebagai bagian dari tim, Arlan terpaksa mengikuti rapat dengan mata yang terkantuk-kantuk. Tadi malam dia main futsal sampai larut lalu lanjut karaokean sampai pagi buta. Sejak putus dari Lana, hidupnya jadi bebas sebebas-bebasnya. Dia bisa main, bergadang dan pulang larut tanpa ada yang mengomelinya. Ternyata menjadi jomblo itu amat sangat menyenangkan. Kenapa sih dia tidak putus dari dulu saja? Arlan sedikit menyesalinya.

Getar ponsel di saku celananya mengagetkan Arlan. Dia melihat layar benda itu di bawah meja. Rupanya ada pesan masuk dari Siwi.

Siwi_ Usap ilermu.

Netra Arlan membeliak. Masa sih dia ileran. Lelaki itu mengusap pipinya dan beneran dong ada yang basah di sana. Ya ampun, merusak image banget sih. Arlan menoleh pada Siwi yang duduk persis di hadapannya. Gadis itu terkekeh kecil sembari menutupi mulutnya. Sialan! Kenapa dia imut banget. Arlan misuh-misuh dalam hati karena Kepergok primadona rumah sakit itu pas dia lagi ileran begini.

Arlan_ Bukan iler. Itu air bekas minum aqua.

Arlan mengetikkan pesan balasan. Dia lalu melirik ke arah Siwi yang juga melihat ke bawah meja dan cekikikan.

Siwi_ Iya deh, anggap aja gitu.

Arlan berdecak kesal lalu menelungkupkan kepala di atas meja. Ah! Sialan!

***
Eh... Kemarin aku nggak update yak. Aku lupa. Lagi nyari rumah kontrakan guys... Harap maklum.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prajabatan Cinta [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang