26

13.1K 1.6K 288
                                    

Arkan melihat lagi foto Arkan dan Lana di dapur rumah yang diambil oleh ibunya. Jika dilihat sekilas kakaknya itu terlihat mirip dengannya, sehingga foto itu tampak seperti fotonya dengan Lana. Namun Lana terlihat lebih bahagia di sana.

Lana tak pernah tertawa lepas seperti itu selama beberapa bulan terakhir. Mungkin mereka memang sudah tidak cocok lagi. Hanya ada pertengkaran dan emosi. Lana tidak bisa bahagia saat bersamanya. Padahal dulu sepertinya mereka bisa bersama selamanya, tapi ternyata sekarang hanya ada rasa sakit saja. Sebenarnya apa yang salah? Arlan tak dapat memahaminya. Dia merasa bahwa rasa sayang dana perhatian yang dia berikan pada Lana tak pernah berubah. Mengapa Lana selalu menuduh bahwa dirinya tak menyayanginya Lana lagi?

Ketika berbelok di koridor, Arlan berpapasan dengan Siwi. Gadis manis itu tersenyum dan menyapanya.

"Dokter mau ke kantin?" tanya wanita itu.

"Iya, kamu juga?"

Siwi menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.

"Kita bareng aja," ajak Arlan.

"Dokter duluan aja. Saya mau ke kamar mandi dulu."

Arlan meraih tangan Siwi. Sehingga wanita itu memandanginya dengan terkejut. Wanita itu tampak was-was menatap sekeliling.

"Kamu masih menghindari aku?" tanya Arlan.

Siwi menggeleng. Namun Arlan tahu, wanita itu berbohong. "Apa kamu masih memikirkan omongan orang-orang? Kamu nggak perlu memedulikan mereka, Siwi."

Siwi menghela napas. "Saya juga tidak ingin Memedulikankannya, tapi ternyata tidak bisa."

Arlan terdiam. Dia menatap Siwi. Air mata wanita itu sudah menggenang. Siwi adalah wanita yang sangat cantik dan menarik sehingga banyak pria terpikat padanya. Bukan salah Siwi jika orang lain menyukainya. Namun para wanita yang insecure selalu menyalahkannya. Lana dulu juga begitu. Dia selalu menuduh Arlan dan Siwi berselingkuh, hingga Arlan yang muak memilih untuk putus saja.

"Apa orang gila kemarin itu masih suka membuntutimu?" tanya Arlan.

Siwi menggeleng. "Alhamdulillah, dia tidak terlihat lagi belakangan ini. Dokter tidak usah mengkhawatirkan saya lagi," ucap Siwi. "Saya akan segera pindah ke apartemen. Di sana keamanannya lebih terjaga. Jadi Dokter tidak perlu mengantar saya pulang lagi."

"Kamu pindah ke apartemen mana?" tanya Arlan.

"Di daerah Pakuwon," jawab Siwi.

"Oh ya, di mana?"

"Eastcovia."

"Loh, aku juga sewa di sana. Unit nomor berapa?" tanya Arkan antusias.

"Dokter di sana juga? Saya ambil unit 1006," jawab Siwi.

Netra Arlan terbeliak. "Itu kan unit kosong yang persis di depan unitku," ucapnya. "Berarti sekarang kita tetangga."

Arlan tersenyum lebar. Setidaknya dia bisa selalu memastikan bahwa Siwi baik-baik saja. Walaupun wanita itu menghindarinya.

"Ayo kapan-kapan kita masak-masak bareng," tawar Arlan.

Siwi mengangguk saja. "Saya ke toilet dulu, Dokter," pamitnya ketika melihat pintu toilet wanita. Ketika masuk ke dalam toilet itu, dia melihat orang yang paling dihindarinya sedang berdiri di depan cermin untuk touch up. Dia adalah April. Cewek itu sok cuek dan sibuk menepuk-nepuk compact powder ke wajahnya.

Siwi turut mengabaikannya. Dia langsung saja masuk ke salah satu bilik. Siwi merenung mengingat masa lalu. Dia dan April dulu adalah teman satu kampus. Mereka pernah sangat akrab sampai berbagi kamar kos. Namun kini semua itu seakan tidak pernah terjadi. Siwi tidak mengerti mengapa hubungan mereka bisa menjadi seperti ini hanya karena seorang pria yang bahkan Siwi tidak ingat lagi seperti apa wajahnya.

Setelah selesai menuntaskan hajatnya, Siwi keluar dari bilik. Rupanya April belum selesai touch up. Cewek itu memang terbiasa menggunakan riasan tebal seperti topeng.

"Jadi sekarang kamu beraksi lagi? Merebut pacar orang?" tanya April tanpa menoleh.

***

Lama ya aku ga update cerita ini. Ini update karena butuh distraksi dari tesis yg bikin aku pusing haha.

Yang mau baca duluan langsung ke KK ya Guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang mau baca duluan langsung ke KK ya Guys... sudah diupdate sampai chapter 47 di KK.

Prajabatan Cinta [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang