gone

10 1 0
                                    


gilang, kamu satu-satunya yang aku miliki saat ini, bapak? dia sudah tidak perduli lagi sepertinya denganku.

mamah? walaupun masih satu atau dua kali dalam sehari dia menghubungiku untuk sekedar memastikan aku baik-baik saja,

tenang, aku selalu akan baik-baik saja karna semua tangisan dan keluh kesahku yang seperti debu tidak akan kalian anggap. 

aku benar-benar jatuh, aku benar-benar tidak ingin mendengarkan nasehat dari siapapun, 

masih dengan jendela tertutup besi aku menengok ke arah luar taman, sejuk dan sunyi, 

'biasanya ada yang main disana, lempar bola ataupun mamah lagi jemur pakaian' ujarku dengan nada menangis, dan lagi-lagi menangis.

hari ini aku tidak masuk ke sekolah, dan gilangpun tidak memaksakanku saat ini, dia mencoba menyamakan posisinya denganku.

fajar sudah menghilang, berganti matahari yang terang.

aku masih dengan lamunan dan ponsel yang hampir 2 menit sekali berdering sejak tadi tidak ku perdulikan. aku benar-benar sedang ingin sendiri berdamai dengan sunyi dan menangisi yang telah menghilang.

waktu memang tidak bisa diperlambat, sampai tepat pada pukul 4 sore aku belum beranjak dari tempat duduk di belakang jendela ini, tidak memperdulikan ibadah, makan, bahkan mandi.

suara motor sayup-sayup terdengar, sama seperti fikiranku, gilang!!.

"keke, kamu pucet banget, ke.. keke.." ucap ggilang memanggilku dari depan jendela yang masih tidak ku perdulikan karena fikiran yang sudah terlanjur beku seperti halnya masalaah ini.

'keke aku masuk ya' ucap  gilang 

dia menyetarakan duduk disampingku, aku merasakan nya tapi enggan untuk berpaling dari tatapan ku terhadap taman di depan rumah.

"aku tau kamu kecewa, aku tau kamu pasti ngerasain hancur, aku juga tau kamu pasti ngerasa hampa. tapi kamu harus tau masalah datang itu hanya ingin membuat kamu lebih kuat, lebih ikhlas dan tabah, kalo gini jadinya tuhan mungkin akan marah ke, diia pasti kecewa kamu kaya gini sama kaya rasa kecewa kamu ke orang tua,mending solat asar yu... abis itu kita makan" ucap gilang panjang

aku masih tidak membalas sepatah katapun..

"keke, ini aku disini ga akan ninggalin kamu, kamu nengok coba. tuhan ga akan kasih masalah yang ga bisa kamu pecahin ko ke, aku percaya kamu bisa" ucap gilang lagi-lagi mendadak seperti bapak.mario teguh

"aku cape, aku mau pergi aku gatahan kaya gini, aku gamau disini" ucapku rintih

"yaudah kita pergi dari sini yu, tapi kamu makan dulu yah" ucap gilang entah dengan fikiran macam apa gilang mengiyakan permintaan aku tadi

aku mengangguk dan perlahan membalikan badan ke hadapan gilang, sungguh muka kucel, kusam, dan sembab sepertinya sudaah tidak kufikirkan lagi, gilang menuntun ku ke kamar mandi untuk sekedar membasuh muka yang pada saat ini begitu lusuh.

masih dengan tatapan kosong aku membereskan baju dan dibantu oleh gilang.

selesai membereskan pakaian aku lekas pergi dengan nya, entah kemana tapi aku bahagia bisa keluar dari rumah yang penuh memori yang indah.

gilang mengajakku makan di salah satu cafe yang aku suka, meskipun dengan cara tersebut aku tetap  susah untuk menelan sebuah makanan masuk ke dalam perutku, yang saat itu aku inginkan adalah menghilang dan tidak kembali lagi.

selesai makan gilang mengantarku ke sebuah kosan dengan tertera di luar gerbang "kosan putri"

"aku tinggal disini?" ucapku sesampainya di lahan parkir

"iyah, gapapa ya? sementara sampai kamu bener-bener udah tenang, nanti kita pindah lagi, aku kawatir kalo kamu kost di tempat yang terbuka kamu ga akan bergaul, kalo disini kan kurang lebihnya kamu bisa ngobrol sama sesama cewe" ucap gilang yangg aku tahu intinya dia takut aku naksir dengan pria lain

"tapi aku ga ada uang" ujarku yang benar-benar terpuruk

"udah aku bayar buat sebulan, hayu masuk"ucap gilang dan memasuki kosan putri tersebut di iringi aku di belakang.

sesampainya di kamar kost benar saja, banyak remaja putri yang sedang melakukan aktivitas, seperti mengobrol sembari melahap rujak, ataupun segerombolan yang sedang asyik melipat baju sembari mengobrol.

aku memasuki kamarku dan dibantu gilang untuk membereskan nya 

"aku keluar sebentar ya, kamu tunggu disini" ucap guilang dan hanya di balas anggukan dariku

tidak selang setengah jam gilang kembali membawa air mineral satu dus dan sebuah boneka beserta coklat.

"buat kamu" .

aku hanya bisa membalas senyuman,

fajar sudah tenggelam sejak 2 jam yang lalu, dan gilang pun sudah harus pulang, mengingat kosan ini khusus putri jadi, dibatasi laki-laki yang bisa masuk ke dalam kosan,

"akuu pulang ya, kamu besok sekolah, jangan engga. ini ongkos buat besok yah, aku ga bisa jemput soalnya mau anter ibu ke sekolah" ujar gilang, ibu gilang memang seorang kepala sekolah di salah satu sekolah dasarr negri di sini.

aku mengangguk tanpa melihat berapa uang yang gilang kasih, gilang pun berlalu.

aku masih dengan beberapa barang yang belum di bereskan dan baru melihat ternyata gilang memberi 300 ribu, "ya tuhaan.. terimakasih telah memberikan gilang untukku" ucapku dalam hati dan, lagi-lagi menitihkan air mata. entah haru atau sedih intinya aku bersyukur bisa memiliki kekasih seperti gilang.

hari-hari berikutnya aku mulai mempersiapkan plzanning untuk berjualan, online shop yang ku pilih sebagai sarana untuk berjualan, penghasilan pertama  memang tidak besar tapi lumayan untuk bekalku



JATUH (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now