PROLOG

38.1K 3.2K 144
                                    

"Dek, nih kembaliannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dek, nih kembaliannya.." Aku menatap bingung abang supir bajai  yang baru saja memberikan uang kembalian. Mengernyit dengan bingung kuusap keringat yang sudah menetes di kening. Jakarta siang ini sangat panas, tapi memang setiap hari panas sih. Hanya saja aku tadi terlalu buru-buru ingin sampai ke toko.

"Lah katanya tadi ceban, kenapa dikembalikan goceng?" ucapku ke arah supir bajai yang kini juga mengusap wajahnya dengan handuk warna biru yang melingkar di lehernya. Abang itu malah memamerkan giginya dan menunjuk tas ransel yang memang aku selempangkan di bahu kanan.

"Abang tahu kok adek bolos sekolah kan? karena udah telat. Anak abang juga seumuran ama adek. Udah disimpan aja kembaliannya. Tapi jangan ngelayap ampe malam. Kasihan ortu yang nyekolahin."

Mataku membelalak mendengar ucapan abang bajai itu, mulutku bahkan menganga karena ucapan yang tidak aku sangka. Sebelum aku sempat menjawab, abang itu sudah melajukan bajainya meninggalkanku. Yang masih cengo karena dibilang anak sekolahan dan bolos sekolah. Astaga!

Aku menunduk dan menatap baju yang aku pakai. Padahal hari ini aku sudah menuruti ucapan mami yang bilang gini.. "Naomi sayang, itu baju ganti deh yang agak dewasa. Biar gak dibilang anak kecil terus. Pake tuh baju mami, yang bling-bling gitu. Jadi kamu keliatan tua."
Nah patuh sama ucapan mami tercinta, aku sekarang ini memakai rok payung dengan motif bunga mawar yang gede banget. Dan juga blouse warna merah yang sama dengan mawar itu. Bahkan aku udah pakai sandal mami yang sering dibuat kondangan itu. Yang tingginya aja  ngelebihi lift lantai 10 di apartemen seberang rumah. Harusnya kan aku udah tinggi nih, gak kelihatan kecil lagi.

Sambil melangkah ke arah toko bunga milikku, 'SARAS FLORIST'. Owh iya perkenalkan, aku Naomi Saraswati. Wanita Indonesia tulen nih, cuma masih ada bau-bau sedikit darah Jepang. Bukan papi atau mamiku, tapi konon dari neneknya neneknya mami. Pokoknya itulah, jadi ya maklum saja, namaku ada Naominya. Tapi teman-temanku seneng manggil Mi aja. Tidak ada yang salah sebenarnya denganku, aku cantik iya. Tapi karena memang keturunan dari nenek nenekku itu tinggi badanku mentok cuma sampai 150cm. Ditambah wajahku yang bulat dan mungil. Mami aja bilang wajahku hanya selebar telapak tangannya, anak sendiri dikatain begitu deh. Nah dari hasil itu semua, aku jadi seperti anak yang baru lulus SMP atau masih ada di bangku SMA. udah sejak jaman aku lahir ke dunia, aku banyak dipanggil adek.

Bahkan sampai aku ke bangku kuliah juga panggilan adek masih melekat. Yah kata mereka yang udah tahu setua apa aku mereka bilang, "Kamu itu emang imut-imut Mi. Kayak kamu kena kutukan gitu loh. Kutukan awet muda."

Kugelengkan kepala teringat ucapan teman-temanku. Kuputar kunci yang baru saja aku masukkan ke dalam lubang kunci. Aku kesiangan, harusnya sudah pukul 7 tadi di sini. Ada pesenan dari PT MAJU MUNDUR. Karangan bunga yang seharusnya udah siap karena nanti pukul 10 sudah diambil.

Aku melangkah masuk ke dalam toko bungaku ini. Erin, satu-satunya karyawanku di sini dari kemarin cuti sakit, sehingga aku yang harus menangani semuanya. Kuletakkan tas ranselku ke atas meja. Lalu segera mengambil bunga mawar merah yang dari semalam sudah aku potong dan aku rendam di air. Masih segar, aku segera mengambil kertas pembungkus. Hanyut dalam merangkai bunga, beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu berbunyi, tanda ada pengunjung.

"Selamat datang di Saras Florist."

Aku tersenyum dengan ramah dan membalikkan tubuh ke arah pria yang kini sudah beranjak maju dari ambang pintu. Dari pengamatanku pria itu sepertinya eksekutif muda dengan dasi dan setelan jas yang serasi. Dia melepas kacamata hitam yang bertengger di wajahnya.

"Ehmm adek yang jaga? Saya mau pesan bunga lili dan mawar kuning dua buket ya."

Aku mengernyitkan kening mendengar ucapannya. Sudah ribuan kali orang yang mengira aku ini anak kecil yang harusnya bersekolah. Dia melangkah mendekatiku dan mengulurkan sebuah kartu nama.

"Besok antarkan ke sini ya."

Menahan rasa kesal akhirnya aku mengambil kartu nama itu. Jangan terpancing emosi karena dianggap anak kecil, aku mencoba mensugesti diriku sendiri. Akhirnya aku tersenyum tapi pria itu malah bersedekap dan menatapku lekat.

"Kenapa anak sekecil kamu sudah menjadi karyawan di sini? Bukankah harusnya masih sekolah?"

Sialan.  Aku mengunyah mawar merah yang ada di tanganku. Sepertinya lebih baik kesurupan deh daripada dianggap anak kecil yang bolos sekolah.

"Ehm kalau tidak bisa meneruskan sekolah, saya bisa membantu. Saya punya yayasan yang mengurusi anak yang putus sekolah. Datang saja ke..."

Tapi aku segera memberikan kartu nama yang tadi diberikan kepadaku.

"Bapak yang terhormat, saya sudah lulus dengan status cumlaud. Dari universitas terbaik di sini. Dan usia saya sudah 29 tahun. Jangan remehkan saya."

Pria itu mengernyitkan kening, tampak bingung dengan ucapanku. Tapi kemudian dia malah terbahak lalu mengulurkan tangannya untuk mengacak rambutku.

"Jangan menipu orang tua adek, lagipula saya sudah 27 tahun loh. Gak baik memalsukan usia jauh banget. Adek gak mau sekolah gitu kan maksudnya? Sampai ngaku-ngaku usia 29 tahun?"

Aseemmmmmm kecuuuuuutttt...

Bersambung 

Hooii cerita baru nih...masukkan ke daftar baca ya ini cerita  romance komedi 

17 YEARS OLD?Where stories live. Discover now